Kamis, 06 Agustus 2015

Sahabat Sedunia Se-Syurga, in syaa Allah


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Apa kabar, bloggers? Rindu rasanya lama tak bersua di blog ini, maafkeun yaaa bukan maksud hati ingin melupakan, tapi waktu yang sedikit untuk bisa menulis dan memposting tulisan disini. Semoga akan ada waktu lagi untuk menyempatkan menulis disini, hihi^^
Kali ini, kiki tidak akan memposting cerpen ataupun puisi, tapi kiki mau memperkenalkan sahabat-sahabat baru kiki nih... Eits, sepertinya ini sudah seperti keluarga, soalnya akrab pisan pokoknya cintalah sama sahabat sekaligus keluarga ini^^
Penasaran??? Yuk kenalan^^


Muslimah Bidadari Syurga atau disingkat Madasy adalah salah satu sarana untuk menjalin silaturahim antara sesama muslimah-muslimah yang dicintai Allah. Madasy dibuat karena keinginan yang menggebu-gebu untuk mempersatukan ikatan cinta kasih sayang sesama muslimah.
MADASY TERBENTUK 06 MEI 2015, Alhamdulillah :))
Bahagia adalah ketika niat hati ini tercapai berkat doa-doa serta dukungan dari sahabat-sahabat sekalian semua, syukron :)

Harapan dari terbentuknya Madasy ini semoga akan memberikan manfaat kepada siapapun, dan bersama-sama mengejar cinta dan syurga-Nya agar mampu menjadi bidadari-bidadari syurga (ciee..ciee in syaa Allah yaa ukh)

Kawan, jika nanti kalian berada di syurga dan kalian tak menemui aku disana, mungkin aku sedang di neraka. Tolong panggil dan jemputlah aku karena ikatan yang telah kita rajut bersama-sama ini, Aamiin aamiin allahuma aamiin.. :')

Kawan, ada sebuah nasihat dari Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah : Ukhuwah itu hanya sekedar buah dari keimanan kita kepada Allah.
Semoga ukhuwah yang kita jalin ini disebabkan oleh iman yang ada dalam hati-hati kita, aamiin.
Salam Ukhuwah Fillah <3




TADI KAN KENALAN TENTANG NAMA KOMUNITASNYA. SEKARANG KENALAN LEBIH DALAM LAGI, YUUKKKKK :D








Ini kegiatan Madasy untuk melepas rindu, tsaaahh kalian sangat merindukan sekali ukh :') Ini acara MEET UP kami yang pertama. Lokasinya di Taman Suropati, tanggal 31 Mei 2015.
Kumpul-kumpulnya bukan kumpul-kumpul biasa yaaa :D kami juga ada melakukan tilawah Al-Qur'an, sharing atau berbagi pengalaman antara sesama anggota, sholat berjama'ah, makan siang bersama, dan yang paling khas dari Madasy adalah TUKAR KADO :D ini yang paling seru dan paling ditunggu-tunggu <3<3





Dan ini MEET UP kami yang kedua, berlangsung tepatnya tanggal 22 Juli 2015 di Taman Margasatwa Ragunan. Acaranya masih sama seperti yang di Taman Suropati, tapi di Ragunan ini lebih menyenangkan (walau sebenarnya sama kalianpun akan selalu menyenangkan) hihi di Ragunan kami semua berjalan-jalan menyusuri rindangnya pohon dan melihat hewan-hewan yang disana. Yang paling seru memang saat TUKAR KADO yaaa, ukh :'D




Dan seperti itulah kehidupanku sekarang, beda banget ya sama dulu :') hehe memang seseorang harus melompat jauh untuk menemukan apa yang sebenarnya harus digenggam.
Ohiya, untuk kawan-kawan akhwat sekalian yang mau bergabung bersama kami, boleh bangettt^^ Anggota kami sekarang sudah hampir 40 ukh :') Alhamdulillah, anggota tersebar di seluruh bagian Indonesia. Jarak tidak jadi masalah kok, kami berkomunikasi via GRUP WHATSAPP. Di grup kita boleh menanyakan apapun seputar islam, in syaa Allah nanti akan ditanggapi oleh anggota yang lain :))
Banyak manfaatnya, kan? Yuk yang mau gabung boleh SMS ke nomor 081905262590 yaaaa, HANYA SMS YA, TIDAK ADA TELEPON DAN TIDAK ADA LAKI-LAKI.
Untuk sekarang, twitter kiki @QIQIQOOOY sudah tidak pernah dibuka lagi, jadi silakan temukan kiki di INSTAGRAM @rizkikusumaw, atau FACEBOOK Rizki Kusuma Wardani.

Hmmm... Rasa-rasanya sudah cukup sampai disini saja ya salam pembukaanku dan pengenalan komunitasku^^
Terima kasih banyak untuk semua pembaca setia. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin aamiin allahuma aamiin, jazakumullah khayran untuk yang sudah baca postingan ini^^v Barakallah!!<3<3

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selasa, 13 Januari 2015

Mengais Harapan







Matahari belum terbit. Kira-kira pukul empat subuh mereka sudah bersama-sama keluar rumah. Diantara kegelapan, mereka berjalan beriringan sambil memegang obor ditangannya masing-masing. Udara dingin seakan menusuk rusuk anak-anak kecil ini, tapi mereka terus berjalan. Berhati-hati kaki mungil itu menapaki jalan yang bergelombang. Tanpa alas kaki, kaki mereka menapak pasti. Tanpa baju hangat, tubuh mereka tegar berdiri. Tanpa tas dan alat tulis lainnya, niat mereka teguh, meraih mimpi-mimpi yang sudah mereka rakit. Hatinya memantapkan hati untuk menjadi seseorang suatu saat nanti. Tanpa pernah mereka tahu, ada sepasang mata yang terus mengikutinya.
Lebih kurang satu setengah jam mereka sampai ditepian sungai, sungai rumpit namanya. Sungai yang terletak dipedalaman Rimba Rupit, Sumatera Selatan ini, seakan menjadi saksi bisu betapa banyak mimpi-mimpi yang bertebaran ketika mereka menyebrangi sungai ini. Bocah-bocah ini dengan mulai berbaris untuk menyebrangi sungai satu per satu. Hanya ada satu buah jembatan yang digunakan untuk menyebrangi sungai yang menjadi satu-satunya jalan untuk sampai ke sebrang. Sepasang mata itu merasakan ngeri ketika kaki-kaki mungil itu berjalan tertatih melewati jembatan. Setelah mereka semua sampai disebrang, ia pun melewati jembatan itu perlahan-lahan.
            Tak pernah disangkanya, semua anak-anak ini berjalan menuju sebuah bangunan yang kecil dan lusuh, didepannya terdapat tulisan “SD Harapan Bangsa”
“Tuhan, haruskah seperti ini untuk mencapai pendidikan di negara semakmur dan sekaya Indonesia?” air matanya menetes.
Mereka mencuci kakinya yang kotor disebuah kolam kecil yang memang disediakan untuk mencuci kaki anak-anak itu sebelum masuk ke kelas. Tapi, kelas? Sekecil ini? Oh, Tuhan..
Ia mendekati jendela-jendela yang sudah rapuh. Ditengoknya kedalam, anak-anak mungil ini duduk dilantai sambil menatap ke arah guru yang berdiri didepan kelas. Seorang guru muda, berparas cantik, mengajari mereka dengan sabarnya.
“Coba sekarang ibu mau tanya, apa cita-cita kalian?” tanya guru kepada murid-muridnya.
“Aku ingin menjadi dokter, Bu!”
“Aku ingin menjadi guru!”
“Aku ingin menjadi pengusaha!”
“Aku ingin menjadi presiden, Bu!” jawab seorang anak perempuan berparas manis, berkulit hitam, berlesung pipit.
“Kenapa kamu ingin menjadi presiden, sayang?” tanya sang guru lembut.
“Karena aku ingin membangun jembatan, sekolah yang bagus,” jawabnya polos.
Sang guru hampir saja meneteskan air matanya. Sungguh mulia sekali cita-cita anak-anak ini, keinginannya untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Kalau sudah seperti ini kenyataannya, kenapa masih banyak yang melewengkan uang pendidikan mereka?
***
Mereka sedang bermain air dipinggir sungai. Aku mendekati mereka.
“Hai adik-adik, lihat nih kakak bawa apa?” kataku sambil menggoyang-goyangkan beberapa buku ditanganku yang ku bawa dari rumah.
“Wah banyak sekali bukunya, kak. Eh, tapi, kakak siapa?” tanya salah satu dari mereka.
“Oh,iya, sini kita kenalan dulu yuk..” kataku meminta mereka untuk mendekat.
Mereka pun mendekat. Dan duduk disampingku, membentuk lingkaran.
“Kenalin nama kakak Riani. Kakak kesini karena ada sesuatu urusan,”
“Urusan apa?” tanya salah satu dari mereka.
“Urusan kuliah, sayang,” jawabku sambil mengelus kepalanya lembut.
“Kuliah itu apa, kak?” tanya yang satu lainnya.
“Sebelum kakak jawab, kalian kenalkan diri dulu ya satu-satu..” kataku sambil tertawa kecil.
“Oke, kak. Namaku Bita, aku kelas 2 SD,”
“Namaku Suli, aku sekelas sama Bita,”
“Aku Jati, aku kelas 2 juga tapi beda kelas sama Suli dan Bita,”
“Aku Sera, kak..”
“Ya,ampun ternyata anak ini namanya Sera..” gumamku dalam hati, ya, anak ini yang tadi bercita-cita menjadi presiden.
“Sekarang kakak jelasin apa itu kuliah, kak?” tanya Jati, seorang anak lelaki yang berambut keriting, berbadan kurus.
“Oh,iya. Jadi, kuliah itu adalah sekolah lanjutan setelah SMA. Di perkuliahan nanti kalian bisa memilih jurusan-jurusan yang kalian mau,”
“Jadi, aku harus kuliah kalau mau jadi presiden ya, kak?” tanya Sera.
“Iya, Sera. Kamu ingin jadi presiden?”
Ia mengangguk malu, perlahan air matanya menetes.
“Kenapa kamu menangis, sayang?” tanyaku lembut.
“Orang tuaku bilang, aku tak akan bisa jadi presiden, kak. Katanya itu tak akan mungkin. Menyekolahkanku saja orang tuaku harus kerja banting tulang pagi siang malam..” jelasnya.
Aku memeluknya erat, lalu menghapus derai air matanya.
“Apa orang pedalaman seperti kita tak bisa mempunyai cita-cita seperti itu ya, kak?” tanya Jati.
“Cita-cita itu hak setiap insan manusia. Siapapun dia, cita-cita apapun yang ia inginkan, tak ada yang patut dipersalahkan. Jadi, kalian bebas bercita-cita sesuai hati kalian. Kakak bawa buku-buku banyak untuk kalian, semoga ini bisa bermanfaat. Dan harus dibaca ya, kalian adalah penggenggam indonesia 10 tahun kedepan..”
“Benar, kak? Jadi kita boleh bercita-cita setinggi apapun?” Sera bersemangat.
“Boleh, sayang. Kakak selalu berdoa untuk keberhasilan kalian semua,”
“Kakak baik sekali..” mereka semua memelukku.
“Tuhan, mudahkan mimpi-mimpi mereka. Amin.” Doaku dalam hati.
Merekapun membaca buku-buku yang kuberikan. Mereka begitu senang dan serius membacanya. Senang sekali melihatnya.
***
Sepertinya pendidikan yang layak belum menyeluruh di Indonesia yang sangat makmur ini. Masih banyak yang harus diperbaiki. Mereka, anak-anak kecil yang memiliki cita-cita yang sangat mulia. Mereka memang polos, tapi dari kepolosannya itu terciptalah impian-impian yang begitu sangat mereka dambakan. Hanya Tuhan yang tau bagaimana nasib mereka kelak. Mungkin Tuhan sudah menulis skenario-skenarionya yang indah untuk anak-anak ini. Tuhan tak akan buta untuk melihat bibit-bibit penerus bangsa Indonesia yang akan membawa pendidikan Indonesia lebih dan lebih maju lagi dari zaman sekarang.
Harapan-harapan, cita-cita, impian-impian mereka sudah tercatat rapi di skenario Tuhan. Semoga mereka berhasil mencapai cita-citanya masing-masing.
Diantara keheningan malam, aku mengetik sebuah judul skripsiku. “Mengais Harapan Anak-Anak Pedalaman”

Sabtu, 13 Desember 2014

Selamat Datang di Indonesiaku



Selamat datang di Indonesia.
Negeri dengan ribuan kekayaannya.
Negeri dengan ratusan juta jiwanya.
Negeri dengan sejarahnya yang menggetarkan jiwa.

Selamat datang di Indonesia.
Selamat menikmati keindahan Indonesia.
Gunung berapi, lautan, pulau-pulau indah yang tersembunyi.
Gedung-gedung pencakar langit, jalanan yang selalu penuh oleh deru kendaraan.

Selamat datang di Indonesia.
Jangan sekali-kali kamu hina negeriku.
Jangan sekali-kali kamu khianati negeriku.
Jangan sekali-kali kamu bandingkan dengan negeri lain.

Inilah Indonesiaku.
Inilah tanah airku.
Inilah bahasaku.
Dan inilah aliran nadiku.

Terima kasih, Indonesia.

Rabu, 10 Desember 2014

SEMUA TENTANG KITA



Putih abu-abu. Masa-masa yang masih saya alami sekarang. Masa-masa yang paling membahagiakan dalam kehidupan remaja saya. Masa-masa yang paling menyedihkan. Masa-masa yang tak akan pernah saya lupakan. Masa-masa itu mengalir, terukir, indah, penuh warna, penuh tetesan air mata. Dan semuanya terangkum dalam untaian penuh kasih perpisahan dari segala pertemuan. Tulisan ini saya persembahkan untuk semua siswa siswi kelas 12 MAN 2 Jakarta, terutama dan yang paling saya sayangi kelas 12 Bahasa.

Kawan, kita dulu tak pernah menjadi kita. Saya hanyalah saya dan kamu hanyalah kamu. Saya dan kamu tak pernah menjanjikan pertemuan disini. Saya dan kamu tak mengenal sebelumnya. Maka dari itu saya berterimakasih kepada Tuhan, karena sesungguhnya Tuhan berperan penting dalam pertemuan saya dan kamu sehingga mampu bersatu menjadi kita.

Kawan, saya tak pernah membayangkan sebelumnya masa-masa putih abu-abu saya akan diwarnai dengan manusia-manusia seperti kalian. Kalian yang selalu bisa menjadi pelipur lara saya. Kalian yang selalu bisa menjadi alasan kenapa saya bersemangat sekolah. Kalian yang selalu bisa menjadi sesuatu yang sangat amat saya takuti untuk bertemu perpisahan.
Kawan, baca tulisan ini ya. Semoga nanti kita semua akan dipertemukan lagi oleh pena Tuhan yang maha Esa.
***
Juli 2010

Dengan senyuman renyah dan penuh rasa bangga saya langkahkan kaki ini menuju gerbang MAN 2 Jakarta. Sekolah yang sekarang akan menjadi tempat dimana saya berkreasi dan menuntut ilmu. Jantung terasa berdegup kencang. Perasaan bangga kini bergulat dengan takut. Takut bagaimana nanti kawan-kawan saya disini. Apakah mereka semua menyebalkan? Sombong? Atau bahkan mereka semua sangat ramah? Saya semakin bertanya-tanya dan memantapkan langkah saya lebih menjauhi gerbang. Dan tibalah saya di depan kelas yang di pintunya ditempelkan satu kertas bertuliskan “Ilmu Pengetahuan Bahasa”. Bismillah saya ucapkan sambil melangkahkan langkah pertama saya di kelas yang baru ini. Di dalam kelas, sudah banyak terdapat siswa siswi yang dengan diam duduk di kursinya masing-masing. Semuanya terasa dingin. Hanya ada sepatah dua patah kata yang terucap, selebihnya? Diam lebih mendominasi. Apakah ini sifat mereka? Atau masih ada rasa canggung dalam diri mereka? Aku hanya diam sambil terus memperhatikan satu per satu siswa siswi di kelas.

Hari demi hari saya lewati bersama kawan-kawan baru. Lama kelamaan, mereka semua ternyata tak seperti dulu saat pertama kali masuk kelas ini. Saya mencoba bersosialisasi dengan yang lainnya dan ternyata mereka semua ramah, meski ada beberapa orang yang masih canggung. Tapi saya yakin, kita semua mampu menjadi satu kesatuan.
***

Kelas 10 pun terlewati dengan cepatnya. Kini saya sudah duduk di kelas 11 dan masih bersama kawan-kawan yang lama. Di kelas 11 ini, kita semua berusaha untuk lebih menyatukan satu dengan yang lain. Dan di kelas ini pun baru terlihat sifat-sifat asli mereka. Ternyata mereka semua ramah, asyik dan tak membosankan rasanya berlama-lama di kelas ini.

Setiap harinya selalu kita lewati penuh canda dan tawa. Semuanya tersaji dengan begitu sederhana namun cukup mengesankan. Meskipun saat ini kita belum mampu bersatu, tapi suatu saat nanti kita harus yakin, kita mampu menjadi satu. Satu dan utuh. Satu kesatuan rasanya sulit sekali kita raih bersama. Entah karena faktor apa. Entah karena siapa. Rasanya semuanya susah untuk menyatu. Apa mungkin sejauh ini kita satu kelas masih menyimpan rasa canggung? Saya paham itu tapi seharusnya kita berpikir bagaimana kita nanti. Tapi saya dan kawan-kawan lainnya hanya diam dan masih mengikuti alur cerita dari kelas ini, kelas yang unik, membanggakan.

Kawan, kelas 11 ini tak akan berjalan lama. Semuanya tak akan terasa. Dan sekarang semakin lama, kita semua hampir menyatu. Kita semua berhasil membentuk satu kesatuan, meskipun belum sepenuhnya bersatu. Tapi setidaknya kita sudah berusaha untuk menyatukan perbedaan menjadi sesuatu yang mengesankan.
Kawan, saya bangga menjadi salah satu bagian dari kelas ini. 11 Bahasa.
***

Waktu terus bergulir, dan tak akan kata stop ditengahnya. Kini sampailah kita di masa-masa akhir, kita sampai di kelas 12. Kelas 12 tak akan berjalan lama, kita akan terus termakan waktu sia-sia jika kita tak memanfaatkan waktu yang singkat ini. Kawan, saya mohon bersatulah..

Kawan, saya tak pernah berharap banyak dari kalian. Saya hanya mau, kita mampu menghiasi lembaran kelas 12 ini. Menghiasinya dengan satu kesatuan penuh kasih.
2 tahun lebih kita berada di kelas yang sama. Kawan yang sama. Sifat-sifat yang tak akan pernah berubah. Dan kini perpisahan semakin dekat, kawan. Perpisahan seakan memaksa saya untuk menitikkan air mata ini. Saya takut, perpisahan ini berakhir dengan kita yang belum mampu menjadi satu. Kawan, ayo kita bersatu, langkahi niatan hati untuk menjadi satu.

Kawan, kalian ingat? Saat-saat kita bergerombol makan bersama di kantin? Saat-saat dimana kita bernyanyi-nyanyi di kelas? Saat-saat dimana kita mengotori papan tulis dengan gambar-gambar aneh hasil karya kita? Dan yang paling dan sangat sulit saya lupakan adalah saat-saat dimana dua guru Bahasa Jerman mengatakan kalau kelas kita adalah “Kelas Galau” dan “Kelas Complicated”. Oh, God, kalian bisa lihat seberapa gilanya kita, guys! Kelas kita tak akan pernah bisa menjadi kelas lain. Kelas lain tak akan pernah bisa menjadi kita.

Kawan, kita nggak perlu uang banyak untuk bahagia. Kita gak perlu barang-barang mewah untuk bersatu. Kita hanya perlu niat dan rasa sayang. Dan saya tau, sekarang, di masa ini, di kelas 12 ini, kita semua sudah menyatu sama lain. Kita sudah mampu menjadi satu kesatuan. Tak ada lagi canggung yang dulu sempat mewarnai kelas ini. Ya, beberapa tahun yang lalu.

Kawan, waktu berjalan semakin cepat. Kita tak akan pernah bisa memberhentikan semuanya. Semuanya tak akan pernah bisa terulang lagi. Dua tahun yang lalu, saya, kamu, kalian tak pernah mengenal. Dan di tahun ketiga ini, saya, kamu dan kalian sudah menjadi kita, kita yang sebentar lagi akan berpisah.

Kawan, hampir 3 tahun kita bersama. Dan selama itu pula kita berusaha untuk menjadi satu. Tapi rasanya waktu tak berpihak pada kita. Kita sudah menyatu di saat-saat terakhir. Tuhan, bolehkah kali ini saya salahkan waktu? Tuhan, bolehkah kali ini saya mohon, berikan kebahagiaan yang sejatinya untuk kelas saya?

Kawan, saya bangga menjadi salah satu bagian dari kelas ini.

Kawan, saya bangga mengenal kalian semua.

Kawan, waktu kita sebentar lagi. Tak akan lebih dari dua bulan. Kita akan berpisah. Tak akan ada lagi canda tawamu.

Kawan, jikalau nanti kalian semua merindukan kelas ini. Saya mau kalian dengarkan lagu Peterpan yang berjudul Semua Tentang Kita. Lagu itu benar-benar menceritakan tentang bagaimana perpisahan yang sesungguhnya. Coba kalian pahami lirik lagu ini.

Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua sepi dihati
Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka, saat kita tertawa
Teringat disaat kita tertawa bersama
Ceritakan semua tentang kita

Kawan, semua kertas putih sudah tergores pena tawa kalian. Lembar demi lembar kisah telah kita lalui. Tangis, tawa, sendu, seakan bercampur menjadi satu.

Kawan, cerita ini tak akan pernah ada habisnya. Cerita ini tak akan berakhir disini. Saya ingin, kita akan bertemu lagi untuk meneruskan cerita kita dalam satu ikatan persahabatan.

Kawan, masa putih abu-abu tinggal menghitung hari. Masa mengesankan itu akan segera habis. Dan setelah masa itu habis, kita hanya bisa mengais sisa-sisa kebahagiaan, sisa-sisa tawa dan sisa-sisa kebersamaan.

Kawan, tak akan ada yang seperti kalian. Tak akan ada yang seabstrak kalian. Kalian yang paling paling! Kalian yang paling melekat.

Kawan, tetaplah menjadi satu. Tetaplah menjadi yang paling utuh. Tetaplah menjadi kita.

Kawan, saya, kamu dan semuanya bertemu karena satu skenario Tuhan.

Kawan, skenario Tuhan indah, ya? Semoga perpisahan ini akan menjadi skenario Tuhan yang lebih indah setelah pertemuan yang sangat indah.

Selasa, 02 Desember 2014

Kuliah Itu Ya Begini Dah..

Kuliah itu gak seindah di FTV.
Kuliah itu gak semudah dibayangan saya sebelumnya.
Dulu pas SMA, rasanya pengen ngerasain jadi anak kuliahan, yang bisa hang out kesana kesini ketawa ketiwi sama temen-temen.
Dulu pas SMA kelas 12, tugas berbaris rapi, berderet, gak tau berapa meter, saya nggak bawa meteran soalnya dan memang gak punya.
Dulu pas SMA kelas 12, rasanya capek banget sama tugas-tugas itu, pengen cepet-cepet kuliah.
Jujur, saya rajin berangkat sekolah sebenarnya bukan untuk bertemu pelajaran-pelajaran, tapi untuk ketemu temen-temen, bercanda di kelas, ah miss that moments :')

Sekarang udah nggak SMA lagi, tapi udah kuliah.
Giliran udah kuliah, rasanya pengen balik lagi ke SMA.
Oke ini emang labil banget.

Sekarang saya semester tiga.
Ternyata kuliah yang saya alami benar-benar jauh dari bayangan saya.
Benar-benar jauh.
Kalian tahu?
Tugas-tugas ini membunuh saya.
Eh ngga deng, hiperbola banget ya.
Tapi ya sekiranya memang seperti itu.
Ini saya mau UAS tapi tugas-tugas dari dosen pada bejejer rapih.
Dan nyebelinnya barisan tugas-tugas itu lebih panjang dari tugas-tugas pas SMA dulu.

Tapi ya saya ngga bisa apa-apa.
Saya cuma bisa menjalani semua kewajiban saya sebagai mahasiswi.
Tulisan ini saya ketik sehabis saya menyelesaikan tugas mata kuliah Membaca.
Kalian tahu?
Saya mengerjakan tugas ini dari jam delapan, dan baru kelar jam segini.
Capek?
Banget!

Eh tapi mau capek, kesel, atau gimanapun, tetap aja itu tugas harus diselesaikan tepat waktu.
Dasar manusia ya, baru dikasih cobaan dikit ngeluh, dikasih kebahagiaan dikit takabur (ngomong didepan kaca)
Mending sekarang kita istigfar terus berdoa semoga Allah memberikan kebahagiaan setelah kerumitan kuliah ini. Aamiin.

Udah ya, udah hampir jam 11 malam. Mata saya udah  sipit nih minta istirahat, segini aja kali ya curahan hati saya. Buat temen-temen yang mengalami masa-masa seperti yang saya alami sekarang. Yuk kita semangat! Indonesia ada ditangan kita sepuluh tahun ke depan! Semangat!! (loncat-loncat ngasih semangat)

Mohon maaf jika ada pihak yang merasa tersinggung atau apapun, saya sama sekali tidak ada maksud untuk itu. Ini hanyalah curahan hati dari seorang mahasiswi usia 19 tahun yang sedang mengalami masa-masa lelah kuliah dan ingin menikah saja. (yang ini jangan dianggep serius, mending temenan dulu aja biar kenal satu sama lain) okelah di skip aja ya....^^

Selamat malam, semua yang senasib sama saya!!!!^^v