Senin, 10 Februari 2014

Harapan Untukmu

Semu, nyatamu hanya mimpiku.
Aku tau ini salah.
Aku tau, aku terlalu banyak menanam harap.
Namun apakah aku salah jika aku berharap harapanku menjadi nyata?
Tolong jangan anggukkan kepalamu.

Kamu hadir, seakan tak bersalam sayang itu merasuki hati ini.
Hati yang dulunya sepi senyap.
Bukan, bukan karena aku tak ingin ada penghuni didalamnya.
Melainkan karena aku menunggu.
Menunggu kamu benar-benar sepenuh hati merasuki hati ini.
Sayang itu ada, namun sayang, hanya aku yang rasa.

Aku ingin merangkai semua bersamamu.
Aku lelah bermimpi sendiri.
Aku lelah berharap sendiri.
Tapi aku tak pernah lelah untuk selalu meninggikanmu dihatiku.
Ya, hatiku yang selalu bermandikan namamu.

Tersenyum, seperti itulah gambaran hatiku saat ini.
Mungkin ia akan bertambah gembira kala melihat sesosok hati menemani disampingnya.
Sudikah kamu menjadi alasan dari kegembiraannya hatiku?

Karya : Rizki Kusuma Wardani

Gila Merindumu

Diantara sesak, aku menyebutmu, rindu.
Diantara harap, aku memanggilmu, rindu.
Diantara senja, aku berdoa untukmu, rindu.

Daun melambai, awan melukismu.
Seiris rindu yang belum sampai.
Seukir cinta yang masih menunggu.

Menunggu untuk diraih.
Menunggu untuk dipeluk.
Menunggu untuk dikasihi.

Rinduku belum habis.
Cintaku belum usai.
Masih berjejer rapih deretan rindu.
Masih tersusun rapi gumpalan kenangan.

Pernahkah kau sebut ini gila?
Gila karena merindu.
Menunggumu pun tak pernah ku sesali.
Selama apapun itu, aku mampu.

Karya : Rizki Kusuma Wardani

Rinduku

Aku benci jarak.
Terkadang ia memaksaku untuk terus menahan rindu.
Rindu membelai sejukmu.

Haruskah ku belai bayangmu?
Haruskah ku sapu sayup rinduku?
Haruskah ku teriakkan cintaku?

Rasanya semua kebahagiaan telah ku genggam.
Kebahagiaan yang mampu membuat matahari tersenyum malu.
Kebahagiaan yang mampu membuat awan menangis.
Menangis bahagia melihat dua insan saling mencinta.
Aku, kamu, disisipi sepotong rindu.

Karya: Rizki Kusuma Wardani