Jumat, 30 Desember 2011

- si jutek itu PACAR ku -


Siang itu terasa panassssssssss. Maaf  's' nya banyak bukan bermaksud lebay tapi ini benar-benar panas! . Aku cuma bisa duduk di bawah rimbunan pohon yang cukup besar. Memandangi anak-anak cowok kelasku yang sedang bermain futsal.

"Gila, siang-siang gini maen futsal.." ujarku sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Ku ambil daun-daun besar yang berjatuhan dari pohon ini lalu ku kipas-kipaskan ke badanku. Entah kenapa siang ini terasa amat sangat panas, mungkin karena ada mantan pacarku disana yang sedang duduk berdua dengan kekasih barunya. Ah kenapa harus jadi disambung-sambung ke dia. Edwin, mantan kekasihku itu sekarang sedang bermesraan dengan wanita lain. Ya wanita yang ku kenal, Rindu. Anak kelas 11 ips 3 itu memang terkenal centil tapi entah kenapa dia bisa pacaran sama Edwin, cowok super super jutek yang pernah ku kenal.

Oh iya sampai lupa, kenalin nih namaku Bunga. Nama yang bagus bukan? Teman-temanku beranggapan begitu, haha. Aku saat ini duduk di kelas 11 ipa2. Aku bersekolah disalah satu SMA negeri yang cukup populer di kotaku ini Jakarta. Aku terakhir dari tiga bersaudara. 2 kakakku sudah besar, yang pertama kak Yogi, dia sekarang kuliah di Bandung. Sedangkan yang kedua kak Deni, dia baru lulus SMA dan belum kuliah, katanya sih mau tenang-tenang dulu ah tapi pastinya ia memang malas -_-" . Kerjaannya dirumah hanya bolak-balik ngerenovasi sepedanya, dia rela menabung demi sepeda bututnya itu. Memang bersepeda itu sehat, tapi bagi dia sepeda itu seni. Ya itu tentang kedua kakak laki-laki ku. Sekarang aku, aku satu-satunya perempuan di rumah ini, eh salah berdua sama Bundaku, hehe.

Aku terlahir dengan nama Bunga Noveriska Jihanny. Aku biasa dipanggil Bunga, tapi dirumah aku biasa dipanggil Jihan, emm panggilan kecilku memang itu, kata Bundaku sih, hehe. Bunda bilang waktu aku lahir itu semua keluarga besarku menanti-nanti kelahiranku. Yaa mungkin aku diharapkan karena aku cucu perempuan satu-satunya bagi kakek dan nenek. Tepat tanggal 23 Agustus 1995 aku lahir, kata Bunda sih hari Minggu pukul 02:30.

Oh iya lanjut ke Ayah, Ayahku seorang wiraswasta, ia mempunyai usaha Toko Sepatu gitu. Sukses memang Alhamdulillah dari usaha Ayah itu bisa mencukupi kebutuhan keluargaku sampai aku sebesar ini.
Ayah sangat amat menyayangi mobilnya. Tidak ada satupun yang boleh menaiki mobil kunonya itu sebelum mendapat izin dari Ayah ( jangan dibilang "lebay" ini memang sifat Ayahku ) hehehe. Sekalinya mobilnya itu terkena noda atau apapun yang membuat mobil itu kotor, ya jadilah Ayah akan marah-marah -___-" .

Udahan ya bahas tentang keluargaku, udah kenal kan? Sekarang aku ceritain tentang kehidupan aku deh. Yuk capcuss~

Pagi, 18 Maret 2011
Aku berangkat sekolah di antar kak Deni menggunakan mobilnya Bunda.

"Bundaa...aku berangkat ya." teriakku setelah meneguk segelas susu.

Bunda masih sibuk dengan pesanan kuenya. Ayah sudah berangkat sebelum aku bangun.
"Yuk kak.." kataku sambil menarik lengan kak Deni.
Kak Deni langsung mengambil kunci mobilnya Bunda dan aku langsung keluar rumah, lalu naik ke mobil.

* Di dalam mobil *
"Pulang jam berapa nanti de?" tanya kak Deni
"Biasa kak, jam 2. Mau jemput emang?"
"Ya kalo gue dirumah de, haha" jawabnya sambil tertawa dan mengacak-acak rambutku
Aku hanya memonyongkan bibirku memandakan "UNMOOD" -___________-

15 menit kemudian aku sampai disekolah. Aku turun dari mobil dan mencium tangan kak Deni.
Aku langsung menuju kelasku. Pelajaran pun di mulai.

Pukul 10:00 , waktu istirahat. Aku ke kantin bersama kawan-kawanku. Namanya Bella dan Nisaa. Mereka berdua itu sahabat terdekatku. Meraka tau semua tentangku, aku selalu cerita apapun kepada mereka.
Di kantin aku duduk dan memesan mie ayam beserta jus jeruk.

"Bunga, liat deh si Edwin ngeliatin lo terus...." kata Bella sedikit berbisik.

Aku hanya melihat lurus ke arah depanku dan ku lihat Edwin, kakak kelasku yang ku tau jutek banget sedari tadi memperhatikanku. Tampan memang, tapi juteknya itu looh. Waktu aku masuk SMA ini, ada orientasi siswa dan dia itu anggota OSIS dan aku kenal namanya waktu dia memperkenalkan diri di depan kelas. Dan dari cara dia ngomong aja udah ketauan sifat juteknya dia. Tapi ku akui dia memang menarik.

"Ehh..kenapa jadi bengong lu Bunga.." kata Bella mengagetkan lamunanku.
"Eh..em..engga kok..." jawabku terbata-bata
"Yaudah nih mie ayamnya.." kata Bella sambil menyodorkan mie ayam untukku.

Ku habiskan semua mie ayam ini, sesudah makan. Nisa membayar semua makanan ini, karena hari ini jadwalnya dia untuk mentraktir aku dan Bella, hehe.
Pas lewat di depannya kak Edwin, dia menarik tanganku.

"Ih apaan sih kak.." gerutuku sambil menarik tanganku
"Bentar, gue mau ngomong.." katanya sambil terus menarikku ke belakang sekolah
"Apaan sih kak! Gak usah narik-narik dong" bentakku pada kak Edwin.

Entah kenapa Bella dan Nisaa hanya diam saat kak Edwin menarik tanganku.
"Sepertinya ini sudah di rencanakan..."gumamku

"Ishh ada apaan sih kak!" bentakku sambil menghempaskan tanganku dari tangan kak Edwin.
"Gue pengen kenal sama lo Bunga.." jawabnya kalem
Aku bengong dan bingung mau ngomong apa. Gila harus dengan cara kayak gini gitu?

"Ga harus narik-narik gini kaan?" tanyaku jutek
"Ya bagi gue harus, abisnya lo gak pernah bales chatting, mention ataupun wall gue.." jawabnya sambil menatap mataku.
"Arghh..yaudah terus mau lo apa sekarang.." tanyaku sedikit emosi.
"Mau nomer lo.." pintanya
Haaa? Minta nomer aja sampe kayak gini? What the.......

"Yaudah nih nomer gue..." jawabku sambil mencatat nomerku di telapak tangan kak Edwin.
"Makasih yaa Bunga..." jawabnya sambil berlalu meninggalkanku.

Ya ampun tuh cowok, udah dapet yang dia mau aja langsung pergi -___- . Aku pun bergegas ke kelas, sesampainya di kelas.....

"Ciyeeee Bungaaaaa...." goda Bella
"Apa-apaan sih lo Bellaaaaa, kenapa lo diem ajaa.." jawabku sedikit membentak.
"Hehehe, sebenernya kak Edwin udah nyuruh kita buat diem aja soalnya dia mau ngomong sama lo.." jelas Bella disusul Nisa yang tertawa.
Aku hanya bersungut-sungut. Kemudian duduk untuk menerima pelajaran kembali.

Pelajaran saat ini Biologi, tapi kenapa di fikiranku yang terlintas hanyalah kak Edwin. Teringat tadi saat tanganku dipegang olehnya. Senyumannya yang memikat, ah aku enggan untuk melupakan senyum itu. Eh tapi kenapa aku jadi memikirkan kakak jutek itu? Hahaha masa iya aku menyukainya. Padahal aku sama sekali tidak menyukai cowok jutek. Ah entahlah...

Jam pulang pun berbunyi, aku, Nisa dan Bella pulang bertiga tapi ketika kami sampai di pintu gerbang, ada kak Edwin duduk di atas motornya. Begitu melihat aku, ia langsung menghampiriku.
"Pulang bareng yuk.." pintanya sambil memegang tanganku
"Haaa? Gue pulang sama temen-temen kak.." jawabku sambil melepas tanganku yang di pegang kak Edwin
"Eh gak apa-apa kok Bunga, lo balik sama kak Edwin ajaa.." celetuk Nisa
"Eh apaan sih.." bisikku
"Udah sama kak Edwin aja..." kata Bella
"Yaudah ya Bunga, gue duluan. Bye...." kata Nisa sambil menarik tangan Bella dan meninggalkanku.

Aku hanya bisa diam mematung. Kak Edwin masih menungguku.
"Yuk.." ajaknya lagi
Aku tersenyum dan naik ke motornya.

"Rumah kamu dimana de?" tanya kak Edwin
Aku kaget denger kak Edwin memanggilku dengan sebutan "de" -__- kemaren-kemaren enggak.

"Oh iya kak, di perumahan Mawar Indah.." jawabku singkat

Suasana di motor ini sangat hening, aku hanya diam. Begitu pula kak Edwin, tapi tiba-tiba....
"Kamu udah punya pacar de?" tanya kak Edwin yang lagi-lagi mengagetkanku.
"Hahaha belum kak..." jawabku sambil tertawa
"Wah ada kesempatan dong buat kakak.." jawabnya lagi sambil tertawa
Aku hanya tersipu dan tertawa kecil.

Akhirnya sampai juga di depan rumahku.
"Makasih ya kak.." ujarku sambil turun dari motor.
"Sama-sama Bunga, besok pagi mau di jemput gak?" tanyanya lagi
"Eh enggak usah kak, gue sama kakak gue kalo berangkat. Yaudah ya gue masuk dulu, hati-hati kak.." jawabku sambil membuka pintu gerbang rumahku.
Dan kak Edwin pun hanya tersenyum dan mengangguk.

Aku masuh ke rumah.
"Ciyeee di boncengin cowok..." goda kak Deni yang sedang membersihkan sepedanya di garasi.
"Apaan sih temen kok.." jawabku lalu masuk ke rumah.

Aku pun langsung masuk ke rumah.
"Siang mah..." ujarku pada mamah yang sedang asyik membuat aneka macam kue.
"Iya sayang, tuh makan dulu..." kata mamah sambil menguleni adonan
Aku pun langsung mencuci tangan dan duduk di meja makan.
Seusai makan aku langsung masuk ke kamar. Saat aku ingin rebahan, handphoneku bergetar.

" 1 new message from 085627893*** "
Bunga, ini kak edwin :) 


"Oh nomernya kak Edwin..." gumamku
aku pun membalasnya.

iya kak :)


Setelah itu kita pun saling balas membalas pesan, dan ternyata kak Edwin yang terkenal dengan sifatnya yang jutek itu sama sekali tidak menampakkan sifatnya itu. Dia baik, care tapi memang sifat juteknya sedikit masih ada, hehe.
Cukup lama kita sms-an sampai adzan maghrib pun terdengar, dan aku menyudahi pesan.
" udh dulu ya kak, udh magrib"


Dia hanya membalas,
" iya Bunga, eh besok kaka mau ngmg yaaa"


Aku langsung turun ke meja makan untuk makan bersama dan setelah itu shalat magrib berjama'ah .
Seusai makan dan shalat aku kembali ke kamar dan aku memikirkan pesan dari kak Edwin, apa yang ingin ia bicarakan ya... Hemm entahlah.
Aku langsung belajar dan lalu tidur.


*Kringgggggg*
Jam-ku membangunkanku. Tepat pukul 05:00 aku bangun dan langsung mengambil air wudhu untuk shalat subuh, setelah itu aku mandi dan bersiap-siap ke sekolah.
Kak Deni sedang memanaskan mobil untuk mengantarkanku ke sekolah, Bunda sedang mengoles selai di rotiku , Ayah sudah berangkat ke kantor. Aku langsung minum segelas susu dan memakan satu roti lalu berangkat ke sekolah.

Sesampainya disekolah, aku langsung menuju kelas. Tapi tiba-tiba.....
"Bunga.." terdengar panggilan dari arah belakangku.

Aku pun menoleh dan ternyata kak Edwin memanggilku, aku menghentikan langkahku.
"Ada apa kak?" tanyaku pada kak Edwin yang mendekatiku
"Nanti pulang sekolah, gue tunggu di tangga ya.." jawabnya singkat dan langsung meninggalkanku.
Aku hanya mengangguk dan langsung menuju ke kelas.

*Kringg Kringgg Kringgg*
Bel tiga kali menandakan waktu pulang. Aku menuju tangga dan ternyata kak Edwin sudah menungguku disana.
"Bunga.." panggilnya
Akupun mendekat,
"Ada apa kak?"
"Bunga, aku suka sama kamu.." katanya sambil meraih kedua tanganku.
Aku diam dan menunduk

"Kamu mau gak jadi pacar aku?" tanyanya lagi dan itu mengngagetkanku.
"Hah? Pacar kak?" jawabku kaget
"Iyaa Bunga, aku sayang sama kamu. Aku suka sama kamu udah lama tapi aku belum berani ngomong dan sekarang aku ngomong semuanya.." jelasnya

Jujur dihatiku memang ada perasaan suka pada kak Edwin, kalaupun sayang mungkin lama-lama akan tumbuh dengan sendirinya dan entah kenapa aku mengiyakan pertanyaan itu.
"Beneran? Sekarang kita pacaran?" kata kak Edwin seakan tidak percaya
"Iyaaaa Edwin..." jawabku lembut

kak Edwin pun langsung menggandengku menuju parikiran motor.
Hari ini tepat 19 Maret 2011, hari jadianku bersama kak Edwin, hihi. Gak nyangka bisa pacaran sama si kakak jutek ini. Dia mengantarku pulang, tapi dia mengajakku ke tempat yang cukup nyaman buat duduk-duduk. Dia menggandeng tanganku lagi, hihi. Dia mengajakku duduk di bangku panjang itu.

"Aku sayang kamu..." bisiknya di telingaku.

Aku hanya tersenyum, kami ngobrol ini itu. Ternyata kita punya banyak kesamaan. Dia menggenggam tanganku. Tuhan, ada rasa yang berbeda di hatiku, apa aku benar-benar menyayanginya?

Tapi sekarang kita saling berjauhan, kamu bersamanya disana dan aku sendiri disini.
Yaaa, kurang lebih 5 bulan kami menjalani hubungan, tiba-tiba saja putus ditengah jalan alasannya memang tidak jelas tapi karena kami sudah tidak sama-sama cocok. Tapi jujur, sayang ini masih ada. Sampai sekarang, sampai dia menggenggam tangan wanita lain.
Ah.. Terlalu banyak kenangan bersamanya. Mungkin sudah waktunya untuk di lupakan.
Berbahagialah bersama orang yang bisa membuatmu tersenyum disana.

Ku tutup buku harianku.
"Ah..usai sudah tulisanku..."
Aku pun bergegas kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran kembali.


Senin, 26 Desember 2011

Tuhan, jika ia memang bukan untukku, mengapa kau pertemukan aku dengannya, dan mengapa kau biarkan sayang ini mengalir untuknya....

KUPU-KUPU ITU BERDARAH




Tetesan darah terus mengalir di hidungku. Padahal dr.Fandi bilang bahwa aku baru saja di operasi.
"Hmmm apa mungkin aku sudah sehat?" gumamku dalam hati.
Jam menunjukkan pukul 23.00, tapi rasanya mata ini enggan terpejam. Ku pandangi seisi ruangan yang bau obat ini. Kulihat Bik Isma tidur di sofa yang ada di kamar ini, Pak Surya tidur di lantai beralaskan tikar. Ayah sepertinya tidak disini. Tenggorokanku terasa kering, ingin rasanya aku membangunkan Bik Isma, tapi aku tidak ingin mengganggu tidurnya. Aku pun mengurungkan niatku untuk minum.
"Pejam lah! Pejaaaaaam!" teriakku dalam hati
Kenapa aku harus terbangun. Aku membersihkan darah kering yang menempel di hidungku, sudah kering memang. Bosan rasanya harus membuka mata dan harus melihat darah-darah kering menempel di hidungku. Tapi sakit dikepalaku memang sudah tidak mengganggu ketenanganku lagi.

"Ish bau banget obat sih ruangan ini.." gerutuku dalam hati
aku memang tidak menyukai bau-bauan obat seperti ini, maka dari itu aku enggan berlama-lama dirumah sakit.
"Aduhhh, kapan pagi sih! Lama banget.."
Aku mulai bosan , sesekali duakali aku menatap jam.
Ku ambil handphoneku, tidak ada pesan dari siapapun, agak kecewa sedikit.
Ku tengok jam entah yang ke berapa kali.
"Hmm masih jam 1 pagi.." gumamku
Aku harap besok pagi aku sudah tidak ada di tempat ini.
Akhirnya mataku pun terpejam, aku tertidur.


"Bangun Non, yuk siap-siap pulang..." suara Bik Isma membangunkanku
Aku membuka mata dan melihat Bik Isma sedang membereskan barang-barang, bersiap-siap untuk pulang.
"Bik, aku boleh pulang hari ini?" tanyaku dengan senyum lebar
Bik Isma hanya tersenyum dan mengangguk.
Aku sudah membayangkan ketika nanti aku tiba dirumah, Kak Sandi dan teman-temanku yang lain sudah menyambutku.
Ah tenang rasanya setelah hampir 2 bulan lamanya aku tertidur. Tapi ternyata Tuhan masih mengizinkan aku untuk menatap panjangnya jalanku untuk hidup.
Bik Isma membersihkan tubuhku dan mengganti pakaianku. Aku terus tersenyum sampai-sampai Bik Isma menggodaku.

"Asik deh yang udah sehat, bisa berduaan lagi sama mas Sandinya.."
"Ahhh bibi apaan sih.." aku pun tersipu

Kak Sandi..
Ah, dia masih menguasi pikiranku. Senyumnya, perhatiannya.
Ayaaaaaah, aku jatuh cintaaa padanya...
Teriakku dalam hati.

"Yukk Non..." kata Bik Isma sambil menuntunku untuk duduk di kursi roda.
Aku mengangguk.
"Bik, Ayah mana..?"
"Ayah udah nungguin di rumah Non.."

***
Sesampainya dirumah, Ayah menyambutku dia berkata,
"Windi, Ayah mau ke Pontianak lagi. Ada kerjaan disana.."
"Ayah mau ninggalin Windi?" jawabku sambil menatap mata Ayah
Ayah hanya menangis dan memelukku.
"Windi baik-baik ya disini, Ayah mau cari uang yang banyak buat Windi. Windi jangan bandel, nurut ya sama Bik Isma sama Pak Surya..." jelas Ayah sambil mengecup keningku.

Sebenarnya aku tidak rela kalau Ayah harus pergi jauh lagi. Aku masih butuh Ayah tapi Ayah harus bekerja untuk mencari uang. Tapi harus sampai kapan aku dan Ayah dipisahkan jarak yang teramat jauh ini.
Ayah mengecup keningku lagi dan aku pun mencium tangannya.
"Ayah hati-hati yaa.."
Ayah tersenyum dan berlalu meninggalkan rumah ini.

Jadilah rumah ini kembali dihuni oleh tiga orang saja. Aku, Bik Isma , dan Pak Surya. Tapi yasudahlah bagaimanapun juga semuanya harus terus dijalani.
"Bik, aku mau jalan. Gak mau duduk di kursi roda ini.." kataku pada Bik Isma
Kemudian Bik Isma membantuku berdiri dan aku pun sudah bisa berjalan walau masih sedikit lemas.

"Bibi ke dapur ya Non..." kata Bik Isma
Aku tersenyum dan kemudian menyetel televisi diruang keluarga.
Tiba-tiba......
Handphoneku bergetar, aku harap itu pesan dari Kak Sandi. Tapi ternyata Tandu yang mengirimi ku pesan.

From : Tandu 
Windi, gimana keadaan lo? 

Aku pun membalasnya,

To : Tandu
Gue udh di rumah ndu, ke rumah dong sama yang lain :) termasuk Kak Sandi yaaaa hehehe


Tandu membalas,

From : Tandu
Kamu udah sehat kan? haha iya win, nanti deh pulang sekolah, gue sama yg lain kerumah lo. lo udh sehat bener? kalo iya nanti kita latian drama dirumah lo aja win...


Aku membalas,

To : Tandu
udaah kok ndu, gue udh sehat. yaudah iya ide bagus tuh. gue tunggu yaa ndu. salam buat Bu Suci dan yg lain..


Tandu membalas,

From : Tandu
ok windi :)


Aku jadi membayangkan drama yang akan aku mainkan. Bulan depan aku harus mementaskan drama itu sedangkan aku baru sekali ikut latihan . Tapi aku yakin aku bisa tampil maksimal di drama itu.
Sementara itu aku terus membayangkan tentang penyakitku ini. Tuhan, izinkan aku untuk sehat sekali ini saja....

Jam menunjukkan pukul 01.00 . Aku pun menanti kedatangan teman-temanku, 30 menit kemudian mereka datang. Risa, Tandu, Wina, Rindi , Aiya datang mengagetkanku yang tengah asyik menonton televisi.

"Haiii Windi..." teriak Aiya saat melihatku sedang menonton televisi

Aku pun menyambutnya, dan memeluk mereka. Ku lihat tidak ada Kak Sandi di situ.
"Loh, Kak Sandi mana?" tanyaku
"Emmm, udah gak usah bahas dia dulu Win, sekarang kita latihan ya..." jawab Risa
"Ih Risaaaaaa, Kak Sandi itu kan lawan peranku, masa dianya enggak ada sih..."
"Yaudah sementara diganti Tandu duluu..." saran Wina

Hatiku bertanya-tanya, kemana Kak Sandi. Kenapa teman-temanku seperti menyembunyikan sesuatu dariku? Tuhan, aku rindu Kak Sandi....

Latihan pun di mulai, tapi aku tidak terlalu bersemangat, karena orang yang biasanya membuatku semangat untuk latihan drama tidak ada disini. Tapi aku sembunyikan semuanya, aku berpura-pura bersemangat.
Baru sekitar 20 menit kamu berlatih drama, aku meminta alasan untuk istirahat karena aku benar-benar tidak bersemangat.
"Udahan dulu yuk, badanku terasa lemas.." keluhku
Risa langsung menuntunku untuk duduk di sofa.
"Yaudah kita istirahat dulu yuk, kasihan Windi kondisinya kan belum stabil.." kata Risa

Tandu sibuk bermain PSPnya, Winda duduk disebelah kananku, Risa duduk disebelah kiriku sambil memegangi tanganku, sedangkan Aiya dan Rindi sibuk dengan gadgetnya masing-masing.
"Ris, kemana Kak Sandi?" tanyaku dengan suara sendu
"Emm Win, lo jangan kaget ya.." kata Risa dengan nada suara yang serius
"Ada apa Riss? Cerita sama gue..." pintaku dengan muka penasaran
"Kak Sandi pacaran sama Angel Win..." ceplos Aiya
"AIYAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!" teriak Risa sambil menutup mulut Aiya

Aku terdiam.
"Ris, beneran yang dibilang Aiya?" tanyaku menahan air mataku
Risa menatap mataku,
"Gue juga gak nyangka Win! Kenapa dia bisa pacaran sama cewek tengil itu.."
Aku menangis dan memeluk Risa.
"Risaa, gue sayang sama Kak Sandi Riss.." jawabku terisak
Wina, Aiya dan Rindi ikut memelukku.
Tandu berusaha menjelaskan semuanya.

"Windi, mau gue ceritain yang sebenernya ga?" celetuk Tandu
"Kenapa Ndu?" jawabku
"Kak Sandi dan Angel itu di jodohin sama keluarganya.." kata Tandu singkat
"Udah Ndu, gak usah di ceritain dulu.." kata Risa berusaha membuatku tenang
"Gak apa-apa kok Risaaa, aku baik-baik aja..." jawabku menghapus air mataku.

Jujur, rasanya sakit saat aku mengetahui Kak Sandi pacaran sama Angel, cewek yang terkenal centil itu. Tapi aku tidak ingin membuat teman-temanku khawatir terhadapku, aku pun berpura-pura tegar dihadapan mereka. Jika memang Angel adalah wanita yang tepat untuk Kak Sandi, aku ikhlas asalkan Kak Sandi mendapatkan kebahagiaan bersamanya. Tuhan, aku menangisinya. Apakah ini yang dinamakan sayang? Ya aku pun sudah bilang secara langsung dihadapan Kak Sandi, bahwa aku menyayanginya...

"Windi, lo baik-baik aja kan? Maafin gue ya Win..." kata Aiya sambil mengelus kepalaku.
"Gak apa-apa Aiya..." jawabku sambil tersenyum

"Tenang aja Win, gue tau kok Kak Sandi itu sayang banget sama lo.." kata Tandu tiba-tiba
Aku pun tersenyum. Ya aku percaya Kak Sandi menyayangiku..
Akhirnya melihat keadaanku yang semakin lemas. Teman-temanku izin pulang dan membiarkanku untuk beristirahat.
"Gue pulang yaa Win, gak usah berpikir macem-macem yaa. Tenang Kak Sandi sayang sama lo kok." kata Tandu sambil melangkah menuju pintu gerbang rumahku. Aku pun tersenyum.

Aku menuju taman belakang rumahku, dan menunggu sang sahabatku, si kupu-kupu indah itu.
Tapi ia tak kunjung datang. Aku pun hanya duduk disamping kolam renang, sambil terus memikirkan Kak Sandi. Tuhan, jika ia memang bukan untukku, mengapa kau pertemukan aku dengannya, dan mengapa kau biarkan sayang ini mengalir untuknya....


*bersambung....



Senin, 19 Desember 2011

Katakan padaku! bahwa aku baik-baik saja....

KUPU-KUPU ITU BERDARAH



Cukup lama aku memejamkan mata ini. Ku berfikir, aku sudah tidak dapat membuka mata ini. Kak Sandi menceritakan semua yang terjadi pada tubuh ku yang penuh penyakit ini. Dia bilang, aku koma. hampir 2bulan! Aku tersentak. selama itukah aku tertidur? separah itukah penyakitku? Ayah, aku berharap saat aku membuka mata ini, penyakit menyeramkan itu sudah pergi dari tubuhku. Tapi.... apakah mungkin? apakah itu hanya mimpiku? Ayah, apakah aku masih bisa tampil pentas drama beberapa minggu ke depan? Ayah, katakan padaku! bahwa aku baik-baik saja....

"Alhamdulillah Windi, akhirnya kamu bangun juga" terdengar suara kak Sandi yang sedang memegang Al-Qur'an ditangannya. Ku rasa ia sehabis mengaji.
Aku hanya tersenyum. Kepalaku terasa sakit. Aku memandang langit-langit kamar rumah sakit ini.
Kak Sandi melihatku yang kebingungan akan apa yang terjadi pada diriku.
"Kenapa sayang? gak usah bingung yaaa, kamu tidur aja kalo masih sakit. nanti aku ceritain semuanya kalau kamu udah sehat.." kata Kak Sandi sambil mengelus pipiku.
Aku hanya tersenyum. menampakkan lesung pipiku.
Kak Sandi menatapku lalu mencium keningku dan berkata "aku menyayangimu". kemudian dia memanggil Dokter untuk memeriksa kondisiku. Dalam hatiku terus berkata, kemana Ayah? kenapa hanya ada Kak Sandi disini? Satu yang hatiku rasakan sekarang, sedih.

Dokter memasuki ruanganku dan kemudian memeriksa kondisiku.
"Bagaimana Windi keadaannya? masih sakit kepalanya?" tanha Dokter padaku
"Aku kenapa Dokter?kepalaku masih terasa sakit.."jawabku lemas
"Kamu habis operasi Windi, 2bulan yang lalu. Ayahmu bilang lebih baik kanker dikepalamu itu segera diangkat dan akhirnya operasi berjalan lancar walau kamu harus melewati masa-masa kritis selama 2bulan, banyak orang datang untuk mendoakan kesembuhanmu. Saya rasa banyak sekali yang mengharapkan kamu bisa sehat seperti biasa.." jelas Dokter Fandi panjang lebar.

Aku hanya mengangguk-angguk.
"Tapi..apa aku sudah benar-benar sembuh Dokter?" tanyaku
Dokter hanya tersenyum dan mengelus-elus kepalaku. Tanpa meninggalkan sepatah kata pun untuk menjawab pertanyaanku, beliau meninggalkan ruanganku.
Ayah langsung menghampiriku dan mencium keningku. Tampak sekali matanya sembab.
"Ayah kenapa? Ayah sakit ya?" tanyaku pada Ayah.
"Gak usah peduliin kesehatan Ayah, yang penting kamu sembuh. cuma itu impian Ayah.." jawab Ayah sambil menyeka airmatanya.
"Ayah jangan sedih yaaa. Windi udah sehat kok. Nih Windi udah senyum kan?" jawabku sambil tersenyum lebar mencoba menenangkan Ayah.

****

Teman-temanku datang menjengukku di rumah sakit ini. Risa, Wina, Rindi, Aiya, Tandu, Selli, Manda dan banyak teman-teman sekolahku yang datang . Senang rasanya.

"Kelas sepi banget tau gak ada lo Win" kata Risa sahabat sejatiku ini sangat amat setia padaku.
"Hahaha..memang gue berisik terus yaa kalo di kelas?" jawabku sambil bercanda
Semuanya tertawa. kelihatannya mereka senang dengan kondisiku yang kata Ayah sudah sehat.

"Windi, tapi lo nanti ikut pentas drama kita kan?" tanya Tandu
"Iyaaa dong!pastinya. masa kalian tampil tanpa gue sih.." jawabku

"Eh eh itu kak Sandi setia banget sih sama lo.." celetuk Aiya sambil mengupas buah apel untukku
"Lo pacaran ya win sama kak Sandi? ngaku lo...." balas Risa
Aku hanya tersenyum dan berkata
"Kalau gue sayang sama dia memang berarti harus pacaran ya?"
"Tuh kaan bener pacaran!" teriak Selli dan Manda

Tak lama dari itu Kak Rio masuk ke ruangan ini sambil membawakan buah-buahan dan serta setangkai mawar putih. Entah darimana ia mengetahui bahwa aku memang tidak suka mawar terkecuali mawar berwarna putih. aku amat sangat menyukai mawar putih . bersih,suci , damai sekali rasanya kalo dikamar bermandikan mawar putih...

"Gimana udah sehat kan?" tanya kak Rio sambil menaruh bunga dimeja sambil kasur.
"Udah.." jawabku singkat

Kak Rio duduk disamping Tandu.
"Sandi mana Win?" tanyanya padaku
"Tadi sih keluar, gak tau kemana.."
"Dia nungguin kamu?"
"Iya.."
Entah kenapa kak Rio mukanya berubah menjadi kecut kayak jerukk paling asem saat aku bilang kalo kak Sandi nungguin aku. loh? apa salah? tak lama kak Sandi masuk.
"Eh, ada lo Yo.." sapa kak Sandi sambil menjabat tangan Kak Rio.
"Iya nih kebetulan tadi kata anak-anak Windi udah sadar yaudah gue langsung caw ke sini deh"
"Ohh.." jawab kak Sandi sambil mendekatiku.

Kak Sandi membelai rambutku. semua teman-temanku mengejeknya.
"Ciyee kak Sandi udah engga JONES lagi hahaha..."
"Setuju gak kalo kakak pacaran sama Windi?" tanya kak Sandi sambil menatapku
Semuanya saling berpandangan.
"Bukannya kalian udah pacaran?hahahaha.." celetuk Risa sambil tertawa
Aku hanya tersenyum.

"Kakak pamit dulu ya Win.." kata kak Rio tiba-tiba
"Loh?kak. kenapa kok buru-buru sih?" jawabku
"Gak kenapa-kenapa kok.. duluan ya semuanya. Cepet sembuh ya Windi" katanya dan keluar dari ruangan ini

Dalam hati aku berpikir, kenapa kak Rio tiba-tiba pulang dengan muka yang unmood gitu? apa aku ada salah sama dia?
"Tuh Kak Rio cemburu Win kalo Kak Sandi deket sama lo..." kata Tandu
Aku hanya terdiam.
apa benar Kak Rio cemburu? ah entah. dia pun sudah memiliki kekasih yang ku tahu kekasihnya itu engga tinggal di Jakarta. yaa jarak jauh gitu deh, jadi gak mungkin lah kalo dia cemburu kalo aku deket sama kak Sandi.
Semakin lama perasaan ku pada Kak Sandi semakin tidak jelas. entah apa aku ini menyayanginya bahkan terkadang aku merindukannya. Kak Sandi terlihat sungguh-sungguh menyayangiku. tapi aku masih ragu. Tapi terlepas dari perasaan ragu itu. Aku sungguh-sungguh menyayanginya...

***
Malam ini aku ditemani Pak Surya dan Bik Isma. tanpa Kak Sandi, ia sedang belajar karena besok ada ulangan katanya. Oke tidak masalah..
"Bik, kapan aku pulang?" tanyaku
"Bibi gak tau Non, mungkin sebentar lagi. Non juga udah sehat kan?"
Aku termenung dan terdiam merasakan sakit itu. aku tidak memberitahu Bik Isma. aku menahan sakit dikepalaku ini. perlahan darah pun mengucur dari hidungku. Bik Isma bergegas membersihkannya.
Bik Isma mengelap darah-darah yang mengucur dari hidungku.
"Bik, apa aku sudah sehat? aku tidak merasakan itu......"kataku
Bik Isma menangis dan memelukku.



*bersambung....

Jumat, 16 Desember 2011

Tuhan, ini menyiksaku. apa ini cobaan darimu Tuhan?...

KUPU-KUPU ITU BERDARAH




Adzan magrib berkumandang....

"Masuk yuk Win, udah adzan tuh" peringat kak Sandi menyadarkan ku yang sedari tadi memandangi kupu-kupu yang terbang disekitarku.
Aku pun tersenyum dan membiarkan kak Sandi mendorongku yang terduduk diatas kursi roda ini masuk ke dalam rumah.

"Aku ambil air wudhu dulu yah Windi" izin kak Sandi sambil melangkah menuju mushollah dirumah ku.
"Kak...aku ikut" kataku
kak Sandi tersenyum dan membawaku menuju tempat wudhu. Seusai aku berwudhu, aku berusaha bangun dari kursi roda ini. terasa sakit memang. tapi kalau terus menerus bermalas-malasan di kursi roda ini aku tidak akan bisa menjalani hari-hariku. aku berdiri sambil mengenakan mukena milikku.
tak lama kak Sandi datang dan langsung berdiri di depanku. untuk menjadi imamku dalam magrib ini.
kami pun melaksanakan sholat maghrib ini berjama'ah .

seusai sholat, kak Sandi membalikkan badannya dan aku pun langsung meraih tangannya dan mencium tangannya. Kak Sandi mengelus kepalaku sambil berkata
"aku selalu sebut nama kamu disetiap sujud aku" sambil tersenyum ia mengecup keningku.
Aku meneteskan air mata, kak Sandi laki-laki pertama yang mengucapkan seperti itu. rasanya semua beban dihatiku hilang mendengar perkataannya.

setelah itu kak Sandi menuntunku keluar dari mushollah. kemudian....
"kak....." kataku pelan sambil memperlihatkan tanganku yang penuh darah keluar dari hidung dan mulutku
"astagaa Windii...." kata Kak Sandi sambil menggendongku dan membawaku ke kamarku.

Tanganku bermandikan darah yang tak kunjung berhenti menetes. kak Sandi panik dan memanggil Ayahku. Ayahku langsung menyuruhku untuk ke rumah sakit tapi aku berkata tidak. aku masih kuat menahan ini. kak Sandi membersihkan tanganku dan mulutku yang berlumuran darah. Ayah menelfon dr.Fandi untuk segera ke rumah. Beliau begitu khawatir dengan keadaanku. Ayah menyuruh kak Sandi untuk menjagaku dikamar.

"Kak, apa aku akan sehat seperti yang lain?" jawabku sambil menatap darah di tanganku
kak Sandi tersenyum dan menjawab "kamu selalu terlihat sehat dimata aku"
aku tersentak mendengar jawab darinya.
air mata pun menetes bercampur darah yang tak kunjung berhenti.

"Windi jangan nangis, aku disini buat kamu kok" kata kak Sandi sesaat setelah air mataku menetes.
"aku sayang kakak" jawabku singkat.
"aku tau itu sayang" jawab kak Sandi sambil mengecup keningku.

Pintu kamarku terbuka, Ayah masuk bersama dr.Fandi . Kak Sandi langsung menjauh dariku dan membiarkan dr.Fandi memeriksa kondisi ku. dr.Fandi pun memeriksa ku dan menyuntikkan obat ke tubuhku. setelah itu aku tertidur.
dr.Fandi keluar dari kamarku dan Ayah membiarkan kak Sandi menemaniku di kamar. kak Sandi menangis, sesekali ia menyeka air matanya. sambil mengelus tanganku ia berkata
"apa harus kamu tau semua tentangku?aku menyayangimu...." katanya singkat.
kak Sandi mencium keningku lagi dan meninggalkanku sendiri dikamar ini. ya karena sekarang sudah malam kak Sandi memutuskan untuk pulang dan datang ke rumahku esok hari.
"cepet sembuh yaa sayang...." katanya dan pergi.


***
Keesokan paginya....
"udah bangun non?kalo masih lemes tidur lagi ajaaa non" kata Bik Isma yang sedang membereskan kamarku.
"aku baik-baik aja Bik, kepalaku sakit Bik" kataku sambil memegang kepalaku
"bentar ya non, bibi ambilin makan terus abis itu non minum obatnya" jawab Bik Isma sambil meninggalkan kamarku.
aku mengangguk dan bersandar dikasurku.

"Tuhan, ini teramat sakit. ambil penyakitku ini Tuhan..." teriakku di dalam hati.
aku mengambil kertas dibawah bantal aku menulis sesuatu
"Tuhan, peluk aku sebentar saja. aku lelah dengan semua ini"

Bik Isma datang duduk disampingku dan menyuapiku dengan sabar.
"Bik, ayah mana?" tanyaku
"Tuan tadi pagi berangkat ke kantor non" jawab Bik Isma singkat
"hmmmm..."
seusai makanan habis, Bik Isma meracik obat untukku setelah itu membersihkan badanku dan mengganti pakaianku.
"Bik, aku mau duduk dihalaman belakang...." pintaku.
Bik Isma pun mendorongku yg terduduk dikursi roda menuju halaman belakang.

di halaman belakang, aku menatap seekor kupu-kupu bertengger di bunga-bunga itu. Kupu-kupu bewarna putih bersih itu seakan berkata padaku "kamu harus bisa terbang bebas seperti aku.jgn terpuruk" . ah indahnya......
Kupu-kupu itu mendekat, andai ia bisa berbicara dan mendengar apa perkataanku. mungkin aku sudah menceritakan semua keluh kesahku padanya . aku tersenyum saat Kupu-kupu itu terbang diatas kepalaku. ia seakan mengajakku bercakap-cakap. sepertinya ia tau bahwa aku memerankan tokoh "KUPU-KUPU" dalam dramaku. Kupu-kupu itu terbang menjauh dariku. mendekati bunga-bunga . aku berusaha bangkit dan berjalan untuk mengejarnya . ya mengejar SAHABAT BARUKU ! tapi apa daya, badanku terlalu lemah untuk menggapai kupu-kupu yang tegar itu.
kepalaku terasa sakit dan aku pun terjatuh diatas rumput-rumput yang bermandikan embun ini. aku berusaha bangun. aku meraih kaki dari bangku taman dan mencoba berdiri.
akhirnya aku mampu berdiri. langkah demi langkah ku tapaki kakiku berjalan.

Pak Surya melihatku yang sedang tertatih berjalan pun menghampiriku.

"ya ampun Non,kenapa gak minta tolong bapak sih"

"aku bisa ko pak.."

Pak Surya menuntunku dan mendudukkanku di kursi roda ini.
"kalo ada apa-apa panggil bapak ya Non" kata Pak Surya sambil mendorong kursi roda ini ke dalam rumah.
"Pak, titip bunga-bunga di halaman belakang yaa.disiram tiap hari.." kataku pada Pak Surya
Pak Surya bingung dan pada akhirnya ia mengangguk.
aku tersenyum dan mengucapkan Terima Kasih.
Tuhan...
Jaga kupu-kupu itu. jangan biarkan binatang besar melahapnya. biarkan dia hidup, biarkan dia bebas tidak seperti aku yang harus hidup dengan bantuan kursi roda ini.
pesanku dalam hati.

Entah kenapa..
aku begitu mengagumi sesosok KUPU-KUPU .
Entah kenapa..
aku banyak belajar dari sesosok KUPU-KUPU .
Tuhan..
Biarkan aku terbang bebas menyentuh langitmu seperti KUPU-KUPU .....

tiba-tiba...
handphoneku berbunyi. "Kak Sandi" sebuah nama tertera dilayar handphoneku.

"Haloooo.."
"Iya kak, ada apa?"
"Gimana keadaan kamu Windi?"
"Aku udah sehat kok..." perlahan darah menetes dari hidungku
aku pun pingsan, handphoneku terjatuh.
"Windii!! kamu kenapa!!!!!..." terdengar suara panik dari jauh sana

Tubuhku terjatuh dari kursi roda, keningku berdarah .
Bik Isma memanggil Pak Surya dan membawaku ke mobil dan aku dibawa kerumah sakit.
aku merasakan sakit dikepalaku yang teramat sakit. Tuhan, ini menyiksaku. apa ini cobaan darimu Tuhan?..



*bersambung....

Rabu, 14 Desember 2011

aku menyayangimu dan aku menyadarinya, aku merindukanmu dan aku merasakannya......

KUPU-KUPU ITU BERDARAH


Entah berapa lama aku tertidur, sesaat aku merasakan kecupan di keningku. ku membuka mata dan ternyata kak Sandi mengecup keningku. dia mengelusnya penuh kasih. dia tersenyum, begitu pun denganku. dia membawakanku makanan-makanan enak, kesukaan ku. aku memakannya.
tapi tiba-tiba kak Sandi pergi menjauh, entah kemana. aku merasakan badanku digoncang-goncangkan oleh seseorang dan ternyata aku bermimpi. ku lihat Bik Isma membangunkan ku dari tidurku.

"Kak Sandi mana bik!!mana kak Sandi" teriak ku pada Bik Isma

"apaa sih non? katanya mas Sandi kesini nanti sore, sekarang aja masih jam 2" jawab Bik Isma sambil menaruh obat-obatku dimeja kecil.

"tapi tadi kak Sandi disini bik" jawabku dengan suara merendah.

Bik Isma hanya tersenyum dan meracik obat untukku . aku hanya terdiam dan aku yakin tadi itu bukan mimpi! astaga kenapa aku terus menerus memikirkannya? Tuhan, aku sayang dia.....
Aku bersandar dibantal kamarku dan duduk di atas kasur. sambil terus memikirkan kak Sandi.
"ini non obatnya" Bik Isma mengagetkan ku dan menyodorkanku obat-obatan itu.
aku pun segera melalap habis obat-obat itu. banyak sekali obat yang harus di minum.

"Bik, kepalaku sakit lagi" keluhku pada Bik Isma

"yaudah non tidur lagi ya,nanti kalo mas Sandinya dateng baru bangun lagi" saran Bik Isma sambil merebahkan badanku.
Aku pun merebahkan diriku diatas kasur. tapi aku tidak tidur. aku terus merintih sakit dikepala ku ini.
aku coba menahan semuanya. astaga ini sungguh sakit, aku terus memegangi kepalaku.
Bik Isma menyuruhku untuk tidur dan meninggalkan kamarku.

Aku mengambil handphoneku, tapi tanganku terasa lemas sekali. aku teru berusaha meraih handphoneku yang ada disamping obat-obatanku. setelah berusaha keras aku brhasil meraih handphoneku. aku mengirim pesan ke Risa.

To : Risaaaaaaaa
Ris, lagi apa? aku kangen kalian. aku kangen kostum kupu-kupu ku Ris :( aku bisa ga ya pakai kostum itu 3bulan nanti. :'( aku takut ga bisa hidup lama lagi Ris.


10 menit kemudian Risa pun membalas pesanku.

From : Risaaaaaaa
Yah ampun Windi!! kamu apa-apaan sih! kenapa ngomongnya kayak gitu! kamu pasti sembuh dan kita bakalan pentas bareng-bareng Windii!!! aku gak suka ah kamu ngomongnya kayak gitu :( sedih tau gak! 


air mata ku pun menetes membaca pesan dari Risa, benarkah katanya?aku akan sembuh?kondisiku sekarang seperti ini. apa aku sanggup pentas drama bareng mereka? apakah aku masih bisa beradu peran dengan kak Sandi? pangeran Kakatua dalam drama itu :( entah kenapa kak Sandi slalu datang di fikiranku.
aku mengambil satu kertas dari buku catatanku.ku tulis :


" Pangeran Kakatuaku, bukannya aku tidak ingin merajut kasih denganmu. tapi aku punya alasan dari semuanya. aku menyayangimu dan aku menyadarinya. aku merindukanmu dan aku merasakannya" 

ku lipat kertas itu dan ku selipkan dibawah bantalku.

aku memutar lagu Rossa "Memeluk Bulan" . Tuhan, andaikan bisa aku ingin memeluk bulanmu, ciptaanmu. aku ingin mengadu padanya. aku ingin tenang dipeluknya, pasti aku tidak akan merasakan sakit ini. aku menangis untuk yang kesekian kalinya.
tak terasa tetesan air mata ini mengering di pipiku. dan menjadi teriakan kesal dihatiku! TUHAN AMBIL PENYAKITKU INI :( !

waktu terus berjalan, menunjukkan pukul 4 sore. aku menanti-nanti kedatangan kak Sandi .
tiba-tiba handphoneku berdering , ada pesang dari kak Sandi

From : Kak Sandi
Windi , kaka otw kerumah kamu yaa sayang


aku reply pesannya

To : Kak Sandi
iyaaaa kak ;-) aku tunggu yaaaa. 


aku berusaha untuk bangun dari tempat tidurku. aku melangkah,sedikit demi sedikit. Ayah memasuki kamarku dan langsung berkata

"kamu mau kemana Windi?masih belum sehat gak usah jalan-jalan terus"

"aku mau nunggu kak Sandi yah di depan, dia mau datang"

"yaudah sini ayah tuntun"

Ayah menuntunku menuju ruang tamu. aku duduk disana sambil menunggu kak Sandi. Ayah menggodaku

"aduh yang lagi nunggui pangerannya" celetuk Ayah sambil mengacak-acak rambutku

"ih ayah apaan sih orang cuma temen kok" jawabku tersipu

"yaudah ayah mau istirahat dulu ya, kalo ada apa-apa atau perlu apa-apa panggil Bik Isma, pak Surya atau ayah aja yah Windi" kata Ayah sambil berlalu meninggalkanku.

aku sendiri menunggu kak Sandi, 5 menit kemudian ada yang mengetuk pintu rumah. aku memanggil Bik Isma untuk membukakan pintu karena kakiku masih sangat lemas .
dan ternyata sosok pangeran tampan kini ada dihadapanku, dan duduk disampingku.

"nih buat kamu" kata kak Sandi sambil memberiku seikat bunga mawar.
ku tatap mawar ini. ku hirup aromanya.

"kamu suka?" tanya kak Sandi.
aku mengangguk.

"makasih ya kak"
kak Sandi tersenyum.

suasana nampak hening....
aku terdiam. kak Sandi pun begitu. kami seakan-akan menyembunyikan perasaan masing-masing. Tuhan andai dia tau....
"emm Windi udah makan?" kata kak Sandi mencairkan keheningan ini.

"udaah ko. kaka udah?" tanyaku
"aku makan ga ketelen Win,kalo inget kamu sakit" jawab kak Sandi sambil memegang tanganku.
aku tersenyum. satu perasaan dihatiku "RAGU" yaa itu sebuah rayuan atau sebuah kejujuran? entah...

"kamu udah sehatan kan?" tanya kak Sandi sambil mengelus kepalaku.

"aku baik-baik aja selama ada kakak , hehehe" candaku pada kak Sandi.
kak Sandi menatap mataku.

"aku sayang kamu Windi"

aku tersenyum.
"kak kita keluar yuk,aku unmood dirumah terus"

"tapi ini udah mau malam Windi"

"huh yaudah kak, mau ke taman belakang gak?tapi aku naik dikursi roda nanti kakak yang dorong ya?"

kak Sandi langsung mengambil kursi rodaku dan menaruhku diatasnya , kemudian mendorongku menuju taman belakang.
sesampainya dihalaman belakang. ku hirup udara yang sejuk. kak Sandi berkata
"Windi, liat deh kupu-kupu itu . cantik ya kayak kamu. dia itu kuat looh. dia bisa terbang kemanapun dia mau. hujan,panas, dia lewatin. kamu harus seperti itu ya. jangan rapuh"

aku menangis mendengar perkataannya. seakan-akan aku memiliki semangat untuk menjalani semuanya. terima kasih Tuhan, kau telah kirimkan sosok pangeran dalam hidupku, walau aku belum memilikinya......



*bersambung

Minggu, 11 Desember 2011

Ayah, aku menyayanginya........

KUPU-KUPU ITU BERDARAH


selagi kita semua bergurau ria. tiba-tiba Ayahku masuk ke dalam ruangan ini.
"Ayaaaaaaaah" teriak ku sambil berjalan setengah berlari mendekati Ayah. tapi aku masih terlalu lemah, aku terjatuh setelah tanganku menggapai tangan Ayah.
"astagfirullah Windi" sahut Ayah sambil memapah badanku dan menaruhku di kasur.
kak Sandi duduk di samping kiri kasur rumah sakit, sedangkan Ayahku beliau duduk disamping kananku sambil terus mengelus-elus keningku.
"aku kangen Ayah" jawabku sambil menitikkan air mata
Ayah menangis dan mencium keningku.
"Ayah lebih kangen kamu Windi,maafin ayah ya sering ninggalin kamu sendiri. sampe kamu sakit gini" jawab Ayah mencoba menahan air matanya.
"Ayah jangan nangis, nanti aku gak sembuh-sembuh kalo Ayah nangis.hehehe" candaku pada Ayah sambil menghapus air mata yg membendung dikelopak matanya.
Ayah pun tersenyum dan menyuruhku untuk istirahat. lalu keluar dari ruangan.

"kamu istirahat dulu deh ya.kita semua pulang dulu lagian juga udah hampir jam 9" kata kak Sandi sambil mengelus tanganku.
"tapi aku masih kangen kalian,aku masih mau bareng kalian" jawabku sambil menatap Risa dan Tandu yg berdiri disamping kak Sandi.

Tandu menangis, begitu juga Risa. aku tau mereka semua berat untuk meninggalkanku .
tapi kak Sandi bilang kepada mereka kalau aku perlu istirahat. akhirnya mereka bertiga meninggalkanku.
aku tertidur dikasur rumah sakit ini. ditemani Pak Surya yang sedari tadi duduk disofa sambil membaca koran.
aku hanya bisa menatap langit-langit ruangan ini. sambil sesekali mengganti posisi tidurku. tidak nyaman tidur ditempat seperti ini, aku merindukan kamarku.
"arghhhhhhh" teriakku sambil memegangi kepalaku.
Pak Surya langsung menghampiriku.
"non,kenpa non? sakit lagi? bapak panggilin dokter ya non sebentar . tahan ya non" kata pak Surya terburu-buru .
"gak kenapa-kenapa pak, aku baik-baik aja cuma sakit sedikit" jawabku sambil terus menahan kesakitanku.

Ayah masuk ke ruangan bersama dokter, mungkin tadi Ayah mendengar aku berteriak dan beliau langsung memanggil dokter untuk memeriksa apa yg terjadi pada diriku.
Dokter memegang-megang kepalaku. aku merasa kesakitan dan menangis.
Ayah duduk disampingku sambil menangis dan berkata
"seandainya bisa, biarkan Ayah yang merasakan akit itu nak"
aku terus menangis, dokter pun menyuntikkan ku obat agar sakit dikepalaku ini mereda. aku pun tertidur.

di dalam tidurku, aku bermimpi sedang menonton drama kawan-kawanku. semuanya baik-baik saja dan berjalan lancar. tapi ditengah-tengah mimpiku itu aku duduk dikursi roda. entah ada maksud mimpi itu, yang jelas aku tidak tampil dalam pentas itu. aku terbangun. ku tengok jam udah pukul 05.00 . aku segera bangun dan membangunkan Ayah dan Pak surya untuk melaksanakan sholat subuh.
kami semua melaksanakan sholat berjama'ah ,tapi aku?aku sholat sambil duduk karena aku masih terlalu lemas untuk berdiri.
seusai sholat, suster membersihkan tubuhku dan mengganti pakaianku. pukul 07.00 sarapan sudah tersedia diruangan ini. tapi enggan rasanya menyantap makanan itu. hanya sekotak bubur yang rasanya asin itu. menjijikkaaaaaaan!! aku benci disini!

"Ayaaaah! aku mau pulang!" kataku pada Ayah sesaat setelah Ayah duduk disampingku
"kenapa Windi?kamu harus disini.katanya mau sembuh" jawab Ayah sambil mengupas apel
"aku gak mau makan seperti ini! aku kangen rumah yah" jawabku sambil menyodorkan sekotak bubur itu kepada Ayah.
Ayah hanya tersenyum,mengelus rambutku dan berkata,
"nanti Ayah tanya ke dokter ya tentang kamu, kalau memang sudah boleh dirawat dirumah ,nanti kita pulang"
akupun tersenyum.

kemudian Ayah keluar untuk menemui dokter, aku hanya bisa tiduran ambil makan apel yang dikupas Ayah tadi.
Ayah masuk ke ruangan dr.Fandi .
"permisi dok" kata Ayah sambil membuka pintu ruangan dr.Fandi
"iya pak,silahkan masuk" jawab dr.Fandi ramah
"begini dok, anak saya sudah tidak betah dirumah sakit ini. sedari tadi dia merengek minta untuk dirawat dirumah, tapi saya masih khawatir dengan kondisinya dok" kata Ayahku membuka percakapan
"Windi ini memiliki sifat yang tidak bisa diam, seharusnya dia bisa lebih mengkontrol kegiatannya agar kanker dikepalanya tidak semakin meluas, kanker yg di derita anak bapak ini tergolong kanker biasa tapi mematikan. karena kita tau kanker itu penyakit yang membunuh secara perlahan, tapi kita masih bisa usahakan agar kanker ini tidak meluas. jika Windi menginginkan untuk dirawat dirumah baiklah asal harus bisa menjaga kesehatannya. nanti saya kasih obat-obat yang harus diminum. jika dalam seminggu penyakitnya tidak membaik, segera bawa kemarin ya pak" jelas dr.Fandi panjang lebar
Ayah tersenyum dan berkata
"ok! baiklah saya akan semaksimal mungkin menjaga kesehatannya" sambil berjabat tangan dengan dr.Fandi
Ayah dan dr.Fandi pun menuju ruanganku.

"nah Windi, sekarang kamu boleh pulang" kata dr.Fandi ambil melepas alat pernafasan yang sedari tadi malam nyangkut di hidungku.
"bener dok?makasih yaaa!!!" ujarku senang dan tersenyum lebar
Ayah hanya tersenyum-senyum kecil melihat aku yang sangat bahagia.
Ayah mendorong kursi roda yang aku naiki, menuju keluar rumah sakit untuk kembali ke rumah. pak Surya membawa tas-ta yang berisi pakaian-pakaian dan buah-buahan yang dikasih sama orang-orang yang menjengukku.

dengan wajah senang, aku naik ke mobil .
45 menit kemudian, kamu sampai dirumah. Ayah menurunkan kursi roda dan langung menaruhku diatas kursi roda. Ayah mendorong kursi roda sampai ke ruang keluarga.
Bik Isma langsung menyambutku, ia mencium keningku sambil menitikkan air mata.
"non,udah makan belum?mau bibi bikinin makanan kesukaan non?" tanya Bik Isma kepadaku
"gak usah bi,aku cuma kangen sama rumah" jawabku sambil berusaha bangun dari kursi roda ini
"eh kamu jangan bangun dulu nanti kamu lemas lagi" perintah Ayah sambil menahanku untuk bangun dari kursi roda ini.
aku hanya tersenyum sambil menahan tangis. kemudian Ayah mengelus kepalaku lalu menuju ke luar rumah. "Bik,aku mau nonton tv" pintaku pada Bik Isma
Bik Isma pun tersenyum lalu mendorong kursi rodaku. Bik Isma menyalakan tv untukku. tapi pada saat itu....

"Bik, hidungku berdarah lagi" kataku pada Bik Isma sambil menahan derasnya tetesan darah yang mengucur.
"astagfirullah non Windi...Tuan, Windi Tuan" teriak Bik Isma memanggil Ayahku sambil membersihkan darah ini.
Ayah langsung datang aku pun langsung memeluknya.
"Ayah,sakit yah" keluhku pada Ayah sambil memperlihatkan tanganku yang penuh darah.
Ayah memelukku sambil menangis
"Windi sembuh kok, Windi pasti sembuh" kata Ayah sambil mengelap tanganku yang belepotan darah.
Aku menangis, Bik Isma menangis. Ayah langsung menggendongku dan membawaku ke kamar.
Ayah menyuruhku istirahat dan aku pun tertidur.

Ayah meninggalkan kamarku. aku membuka mata, aku sadar apa yang terjadi pada diriku. aku tidak sempurna, aku sakit, aku lemah. tetesan air mataku pun terus menetes.
*I can show you the world.......* nada dering handphone ku berbunyi, aku mengambil handphone ku yang ada di meja kecil disamping kasurku. ternyata kak Sandi menelfonku.

"Assalamualaikum" jawabku lemas
"Waalaikumsalam,Windi gimana keadaan kamu?kata Risa kamu udah dirumah? kenapa udah pulang Windi. kamu tuh masih sakit" kata kak Sandi
"aku gak betah di rumah sakit kak, aku pengen dirumah aja"
"yaudah nanti sore kaka ke rumah kamu ya" pinta kak Sandi
"iya kak,aku mau tidur dulu ya.kepala aku sakit" jawabku sambil memegang kepalaku
"yaudah kamu istirahat,maaf ya ganggu waktunya, bye Windi"
"bye kak"
telfon terputus.

Aku pun memejamkan kedua mataku. dan berharap aku masih bisa membuka mata ini sampai nanti sore untuk melihat kak Sandi. entah kenapa hanya dia yang aku fikirkan sekarang. apa aku menyayanginya? Entah......

Senin, 05 Desember 2011

kini semuanya tau bahwa aku sakit :'(

KUPU-KUPU ITU BERDARAH



aku menangis, merindukan sosok mama ku.
"Bik,mama lagi apa ya sekarang?apa dia tau aku sakit?" tanyaku pada Bik Isma sesaat setelah meneguk segelas air putih.
"Non, gak usah mikir yang enggak-enggak dulu ya. yang penting non sembuh dulu" jawab Bik Isma sambil mengambil gelas yang ku pegang.
"Bik,papah tau aku sakit?apa dia masih peduli?apa dia akan datang kesini buat nemuin aku dan ninggalin kerjaannya itu?" tanyaku sambil menangis.
Bibik hanya tersenyum dan mengelus kepalaku.

"Bik, aku lapar"
"Yaudah non,bibik beli makanan dulu ya buat non" jawab bibik
aku pun tersenyum.
Bik Isma meninggalkan ruangan ini. aku mengambil handphone ku yang ada disamping bantal.
aku langsung mengirim pesan ke Risa dan kak Sandi .

To : Kak Sandi
kak, kesini dong.aku sendirian ajak Tandu juga ya please :(


Dan juga ke Risa


To : Risaaaaaa
Ris, kesini dong. temenin aku :( please yaaaaaaaa Ris. td aku jg udah nyuruh kak Sandi sama Tandu kesini kok.


Gak lama kemudian, Kak Sandi bales.


From : Kak Sandi
iya sayang. nanti aku kesana ya. nanti aku ajak Tandu juga.


Aku pun menunggu kedatangan mereka bertiga.
20 menit kemudian Bik Isma datang, membawakanku sekotak makanan. aku pun makan makanan yang dibawa Bik Isma.
15menit kemudian, Kak Sandi, Tandu dan Risa datang.
aku menyambut mereka dengan senyum.
"aaaaaaah Risaaa aku kangen deh" godaku kepada Risa sambil memeluknya.
"yaaaah kakak nggak di peluk Win?" sahut kak Sandi.
"dih?maubanget dipeluk kak?" goda Risa.
aku hanya tertawa-tawa kecil.
"eh eh sini duduk" kataku sambil turun dari kasur dan duduk di sofa.
"eh kamu, masih sakit juga .jgn banyak gerak Windi" jawab Kak Sandi sambil membantuku turun dari kasur.
"engga kenapa-kenapa kak, kan ada kalian semua.aku jadi sehat deh" jawabku kemudian duduk disofa

kak Sandi duduk disampingku, Risa duduk di depanku bersampingan dengan Tandu.
kak Sandi menyuruh Risa dan Tandu untuk keluar sebentar karena sepertinya ada yang ingin dibicarakan denganku.
kemudian Risa dan Tandu keluar dari ruangan ini. kak Sandi menatapku
"kamu sakit separah ini kenapa engga cerita ke kakak?kamu anggep kakak ini apa Win?" kata kak Sandi sambil menatap mataku
aku tertunduk dan menangis
"Windi, jangan nangis.ada kakak disini.cerita yah sama kakak" jawab kak Sandi menggenggam tanganku.
"sekarang semua orang udah tau ya kak?kalo aku sakit" jawabku terisak-isak
"iya terus emang itu harus disembunyiin?iya?lama kelamaan juga semua orang akan tau apa yang kamu rasain, seperti kakak. dari dulu kakak mendem perasaan kakak ke kamu.tp apa?pada akhirnya semua orang tau kakak sayang sama kamu" jawabnya sambil menghapus air mata dipipiku.
"tapi kak,pasti mereka semua akan ngelarang aku untuk gerak kesana kesini, untuk gak boleh ini gak boleh itu dan......."
"kamu emang harus membatasi semuanya Windi, kamu gak boleh terlalu capek ya. kakak mau kamu sembuh, kamu sehat. kamu gak usah mikirin apa kata orang tentang kamu" jawab kak Sandi memotong pembicaraanku.
aku tertegun.
"tapi kak, aku sakit.aku gak akan sembuh. dokter pun bilang begitu" jawabku sambil menangis
"hey Windi, gak ada penyakit yang gak bisa disembuhin. kamu sakit apa Win?kanker otak? iya? masih bisa ikut terapi-terapi Windi. kamu jangan terpaku sama apa yang dibicarakan dokter ya" jawab Kak Sandi sambil memegang kedua pipiku.
aku tersenyum. Risa dan Tandu pun masuk ke ruangan.
Tandu duduk disampingku dan bilang "kita semua sayang kamu Windi, aku, Risa, anak-anak drama semuanya sayang sama kamu. kamu gak usah nyembunyiin apa-apa lagi ya"
aku pun memeluk Tandu dan Risa.
"ah,mimpi apa aku punya sahabat seperti kalian" semuanya menangis.
"kamu pasti sembuh Win" kata Risa sambil mengecup pipiku
"tapi dokter bilang umurku......." tak sempat ku berkata kak Sandi memotong pembicaraanku
"hussss! gausah percaya dokter, semuanya ada ditangan Allah Win"

ditengah-tengah pembicaraan kita........



*bersambung....


Jumat, 02 Desember 2011

aku sembunyikan ini......

KUPU-KUPU ITU BERDARAH


terdudukku disandaran bantal kamar mamaku. terdiam, ku tengok lemari kecil di samping meja rias mamah. disitu ada seikat bunga. ku bangun dan ku ambil seikat bunga itu. 
"bunga dari siapa ini" gumamku.
aku membawa seikat bunga ini. aku pun menengok jendela kamar dan ternyata langit sudah gelap.  aku berjalan lunglai keluar kamar. ku duduk di meja makan padahal sama sekali tidak ada niatku untuk makan. aku memandangi bunga ini. 
tiba-tiba bik Isma datang dan menggodaku 
"bunga dari mas Sandi itu non" celetuk Bik Isma sambil menaruh lauk dimeja.
"eh emang iya Bik?kapan dia ngasihnya?terus dia bilang apa?" tanyaku penasaran
"gak bilang apa-apa non, cuma bilang nitip buat Windi gtu non"jawab Bik Isma
aku pun hanya tersipu dan memandang seikat bunga mawar ini.
sejujurnya aku tidak terlalu suka bunga mawar tapi entah kenapa aku terus menerus memegangi bunga ini. 

"non,ini dimakan dlu.masih sakit gak kepalanya?" kata Bik Isma membuyarkan khayalanku
"eh iya bik,udah mendingan kok" jawabku sambil menaruh seikat bunga dimeja. lalu aku pun mengambil nasi untuk makan.
"bik, pak Surya mana?suruh kesini dong temenin aku makan" tanyaku setelah melahap sesuap nasi
"iya non,tadi sih bibik lihat lagi nyuci mobil,bentar deh bibik panggil" jawab Bik Isma sambil berlalu.

setelah melahap tiga suap nasi, Pak Surya datang dan  aku langsung menyuruhnya makan disampingku. Bik Isma pun aku suruh makan bersama juga. jadilah kita bertiga makan dimeja makan ini.
aku makan tidak terlalu banyak.hanya beberapa suap nasi. kepala ku terasa sakit, aku pun meletakkan sendok yg ku pegang dipiring, dan langsung memegang kepalaku. 
pak Surya langsung menahan badanku yg lemah.
"udah pak,aku gak kenapa-kenapa kok" jawabku lemah
"non,ke dokter aja . biar tau non sakit apa" kara Pak Surya
aku pun hanya tersenyum dan berkata "aku baik-baik aja pak, bantu aku ke kamar pak.aku ingin membereskan buku untuk pelajaran besok"
"non jangan sekolah dulu, tunggu sakitnya sembuh dulu" kata bik Isma sambil memegang tanganku.
"bik,aku harus latihan buat drama sekolah.aku pemeran utama,aku gak kenapa-kenapa bik" jawabku sambil mencium kening Bik Isma. ku tahu Bik Isma menahan tetesan air matanya.

pak Surya memapahku ke kamar dan aku duduk di kursi belajarku lalu membereskan buku-buku untuk pelajaran besok. "Fisika, Seni, Matematika dan Sastra" ku berkata sendiri sambil membaca jadwal pelajaran. dan setelah menyiapkan buku-buku itu aku pun segera merebahkan diri dikasurku.
ku lihat handphone ku, ada banyak pesan dari teman-teman drama ku. yg menyuruhku untuk istirahat dirumah dan tidak usah masuk besok. tapi aku merasa berdosa jika besok tidak datang untuk latihan drama.
aku membalas pesan singkat dari Risa "aku besok masuk Ris,aku udah sehatan kok.aku kangen pengen latihan drama lagi" dan tak ada balasan dari Risa. "hmm sudah tidur mungkin"gumamku.
aku pun meletakkan handphoneku dimeja riasku dan langsung tidur.


suara burung-burung pagi bersahut-sahutan membangunkan tidurku. aku terbangun dan langsung menuju kamar mandi dan besiap-siap ke sekolah. dikamar mandi kurasakan tetesan darah dari hidungku. aku langsung membersihkannya. tanpa memberitahu Bik Isma bahwa darahku terus menetes, aku keluar kamar dan menuju ruang makan untuk sarapan. pukul 06.00 aku berangkat ke sekolah diantar pak Surya.
*di dalam mobil*
"non, nanti kalo sakit lagi, izin pulang aja ya nanti telfon bapak aja" kata pak Surya yang terlihat masih khawatir dengan kondisiku.
aku tersenyum dan menjawab "iya pak, pasti kok"

kemudian sampai disekolah, aku berjalan lemas menuju kelas. lalu kak Sandi menghampiriku.
"kamu kok udah masuk Win?"sapanya sambil memapahku berjalan
"iya kak, aku kan juga mau ikut latihan drama bareng kakak dan anak-anak yang lain" jawabku
"tapi kamu masih sakit, tuh lemes gini kamu. kita semua ngerti kok Win kalo kamu sakit" katanya khawatir
aku pun tersenyum.
kak Sandi mengantarku sampai ke depan kelasku. Risa kaget melihatku masuk ke kelas.
"kok udah masuk sih Win!!!"bentaknya
"aku pengen latihan drama Ris"
"tapi kamu tuh masih sakit!!! bandel banget sih"
aku hanya senyum dan menepuk pundaknya
"aku akan lebih sakit lagi kalo membiarkan kamu dan yg lain latihan tanpa ada aku"
Risa pun memelukku sambil menangis.
aku pun duduk di kursiku.

tak lama bel pun berbunyi. pak Tarto memasuki kelas dan pelajaran fisika dimulai.
2 jam pun terlewati, aku bersama Risa menuju ruang drama karena kita harus mulai latihan dari sekarang. 5 menit kami sudah sampai di ruang drama. disana sudah ada Bu Suci, kak Sandi, kak Tandu, Wina, Rindi , Aiya dan anak-anak kelas satu lainnya.
kak Sandi langsung memapahku ketika melihat ku sudah ada di depan pintu. kita semua berkumpul untuk membicarakan soal drama ini. semua anggota drama. semua mata tertuju padaku saat kak Sandi menghampiriku dan membantuku berjalan. aku duduk disamping Bu Suci.
"kamu udah sehat Windi?" tanya Bu Suci
"insya allah udah Bu" jawabku lemas
"yaudah sekarang kita bagi peran yaa" kata Bu Suci pada semua anak-anak diruangan itu.
"Windi, kamu sebagai kupu-kupu. Risa sebagai Kumbang. Sandi sebagai Burung Kakatua. Tandu sebagai sapi . Wina sebagai kerbau. Rindi sebagai Tikus kecil. Aiya sebagai Kelelawar......." jelas Bu Suci panjang lebar
kita semua dibagikan naskah drama. aku sebagai pemeran utama membaca naskah. disini diceritakan percintaan antara kupu-kupu dan burung kakatua. tapi percintaan diantara keduanya terhalang oleh tikus karena si tikus juga mencintai burung kakatua.
setelah membaca naskah kita semua mulai latihan diatas panggung.

"Suatu hari di sebuah ladang hiduplah sapi  dan kerbau mereka hidup bersama. saling membatu satu sama lain, mereka bersahabat dengan burung kakatua dan banyak hewan-hewan lainnya........."
Hana sang narator membacakan narasi cerita.
muka ku terlihat pucat dan Bu Suci menyuruhku untuk duduk di kursi tapi aku enggan menuruti karena aku ingin ikut latihan bersama mereka semua. Bu Suci pun membiarkan ku untuk ikut latihan.
tiba saatnya tokoh kupu-kupu dan burung kakatua sedang bercengkrama diatas dahan pohon.
"kamu tau?apa yang bikin aku semangat jalanin hari-hari aku?" kata si kakatua
"aku enggak tau,emangnya apa?" jawab kupu-kupu
"senyuman kamu" jawab kakatua sambil mengelus kupu-kupu
kupu-kupu pun tersipu.
ditengah-tengah latihan, kepalaku terasa pusing dan hidungku tertetes darah. kak Sandi menggotong ku dan membawaku ke UKS.

"kan aku udah bilang, kamu gak usah ikut latihan dulu. liat deh ini kan jadinya sakit gini" kata kak Sandi sesaat setelah aku dibaringkan dikasur UKS.
"kak,antar aku pulang kak.aku gak kuat" kataku sambil menatap matanya Kak Sandi.
"iya,aku anter kamu pulang" jawab kak Sandi sambil memapahku bangun.

*sesampainya dirumah*
kak Sandi membantuku berjalan memasuki rumahku. tetesan darah terus mengucur. pak Surya yang sedang duduk diruang tengah langsung menyiapkan mobil untuk membawaku kerumah sakit.
"astagfirullah non, kenapa lagi? masuk mobil aja mas kita kerumah sakit" kata pak Surya sambil menuntunku masuk ke mobil. aku tidur dipangkuan kak Sandi. kurasakan tetesan darah terus mengucur dari hidungku.
entah berapa lama aku mengejamkan mata, saat membuka aku sudah berada diruangan dokter.
tangan kiriku terinfus. ku rasakan sakit dikepala ini.
"alhamdulillah Win, kamu sadar juga" kata Risa sambil mengelus pipiku.
"aku dimana Ris?aku kenapa?"jawabku bingung
"kamu dirumah sakit Windi, kamu kenapa nggak bilang ke aku kalo punya penyakit separah ini?" kata Risa sambil menahan air matanya.
"aku gak bisa ceritain sekarang Ris,kepalaku sakit" jawabku sambil memegang kepalaku
"yaudah kamu tidur lagi ya" kata Risa

lama ku tertidur, suara Bik Isma membacakan yasin membangunkanku.
"Bik...aku haus" pintaku dengan suara kecil
"eh iya non, ini ini minum dulu" kata Bik Isma sambil menyodorkan segelas air putih kepadaku.
aku pun bersandar di tempat tidur.
"non,kenapa nggak cerita kalo sakit kyak gini?" kata Bik Isma sambil memegang tanganku.
aku menangis setelah itu............


*bersambung......