Selasa, 28 Agustus 2012

Cinta Pangeran Kupu-Kupu


                 Aku mencintainya,pangeran kupu-kupu  itu. Hanya ia yang sedari dulu tinggal di hati kecil ini. Tapi kini aku tak lagi menemukannya. Dulu kami tinggal bersama, di dahan  pohon itu. Kami selalu bersama sejak kami berdua masih menjadi ulat. Ah, aku ingat saat pertama kali mengaguminya.  Ia menggeliat-menggeliat, menampakkan kulitnya yang indah. Bewarna kekuningan emas disisipi warna hijau muda yang begitu mengkilau. Sangat indah, dan aku sangat yakin jika nanti pada saatnya ia menjadi kupu-kupu, ia akan menjadi kupu-kupu yang sangat tampan dan benar saja setelah ia terlebih dulu menetas dari kepompong, kini ia menjadi seekor kupu-kupu yang sangat indah. Karena kepakan sayapnya yang indah itu pula-lah ia dijuluki “Pangeran Kupu-Kupu” . Beberapa jam setelah ia menetas dari kepompongnya, aku pun ikut menetas. Tapi sayang, aku tak terlahir sebagai kupu-kupu yang indah. Sayapku tak seindah sayap pangeran kupu-kupu. Ya, pangeran pun lupa bahwa ia pernah berkata ia akan menyayangiku, hingga nanti kematian-lah yang memisahkan cinta ini.
                
               Hai, namaku Butterliza. Mereka biasa memanggilku Liza. Aku hanya seekor kupu-kupu yang memiliki paras tak begitu indah. Tak seperti kupu-kupu kebanyakan. Aku terlahir disebuah dahan pohon yang ku tau pohon itu sudah tua karena akarnya pun sudah menjalar kemana-mana. Dan pohon itu masih setia menjadi tempat tinggalku, sampai sekarang. Kalian tau? Menjadi kupu-kupu sepertiku tak terlalu menyenangkan. Aku tak bisa bermain bebas disini, aku tak bisa terbang bebas diatas sana. Karena apa? Aku malu, aku malu akan parasku yang berbeda dengan kupu-kupu yang lainnya. Ya, aku hanya memiliki dua buah sayap berwarna hitam diselingi kuning yang tak terlalu menarik. Wajar banyak yang tak ingin berteman denganku. Dan aku hanya mampu tinggal sendiri didalam pohon ini. Di pohon ini terdapat sebuah lubang, dan lubang ini kujadikan tempat untukku tinggal. Sendiri, padahal kawan-kawanku yang lain berpasang-pasangan. Ya, aku malang, sangat malang.
               
                 Aku ingin sekali menyapanya. Menyapanya yang dulu pernah menjadi bahagiaku. Kita pernah bersama-sama menghabiskan pucuk daun teh yang nikmat itu. Ya, aku dan dia, dia yang kini menjadi pangeran kupu-kupu. Ah, entah ia masih mengingatku atau tidak. Tapi yang kutau kini ia telah hidup mapan di kerajaan kupu-kupu-nya. Dan mungkin ia tak akan ingat bahwa dulu kami pernah menjadi kepompong bersama di pohon ini.
                
              “Perhatian kepada seluruh rakyat kupu-kupu untuk berkumpul di lapangan samping     istana.”

Terdengar suara pengawal kerajaan mengumumkan berita melalui speaker yang dibuat menggunakan daun yang dibuat sedemikian rupa. Mendengar itu seluruh rakyat kupu-kupu keluar dari rumahnya dan segera terbang menuju lapangan yang terdapat disamping istana. Begitu pula aku. Perlahan lapangan yang tadinya kosong, kini telah dipenuhi oleh ribuan kupu-kupu. Dan aku berdiri di barisan paling depan. Aku melihat pangeran kupu-kupu berjalan didampingi pengawal kerajaannya menaiki panggung. Ah sayap itu... Lebih dari indah.
                
                  Semua mata tertuju kepadanya. Aku yakin semuanya tak akan percaya bila tau aku pernah bahagia berdua pangeran itu. Aku masih tetap memandangi pangeran itu, memandangi sayap indahnya. Sayap yang menjadi idola dari setiap kupu-kupu. Ingin rasanya aku membelai lagi pipi sang pangeran yang kini hanya tinggal angan bagiku.
                
            “Selamat siang semua rakyatku. Saya mengumpulkan kalian disini ingin memberitakan sebuah berita penting.  Minggu depan akan diadakan sayembara untuk menjadi putri di kerajaan ini. Dan putri itu akan menjadi istriku nantinya. Jadi siapapun kupu-kupu wanita, boleh mengikuti sayembara ini. Cukup sekian dan terima kasih akan perhatiannya.”

Ya, pangeran pun menuruni panggung dikawal pengawalnya. Kupu-kupu wanita yang ada disebelahku langsung berbicara dengan semangatnya, satu sama lain.

“Aku harus jadi istri pangeran!” sahut kupu-kupu wanita yang tinggal dipohon yang sama denganku tapi ia tinggal dibagian bawah.
           
           “Tidak! Aku yang akan menjadi penerus kerajaan ini.” sahut yang lainnya.
              
           “Huh, tentu saja aku. Lihatlah parasku sangat cantik dan pangeran pasti jatuh hati.” Sahut kupu-kupu wanita yang ku tau bernama Flywings. Ia biasa dipanggil wings oleh kawan-kawannya. Ia dijuluki sebagai kupu-kupu cantik, ia memiliki sayap yang sangat indah. Berwarna merah muda beserta warna putih yang sangat bersih. Jujur, aku iri pada kepakan sayapnya yang indah. Dan aku yakin pangeran akan jatuh kepadanya. Pupuslah sudah harapanku...
***
Seminggu kemudian....

Wings bersama kawan-kawannya bersolek didepan cermin. Mereka menggunakan baju pesta yang sangat indah, aku memandangi mereka dari balik jendela rumahku. Semua kupu-kupu wanita berusaha berpenampilan sebaik mungkin untuk menarik perhatian pangeran. Ya, mereka semua sangat cantik. Berbeda denganku. Aku hanya duduk dibalik jendela memperhatikan mereka semua. Aku tak berniat untuk hadir dalam sayembara itu. Karena aku tau semua itu hanya akan menjadi kesia-siaan saja. Jadi lebih baik aku disini dan mendengarkan sayup-sayup meriahnya di istana. 
                
              Pukul 10 pagi, semua kupu-kupu wanita keluar dari rumah masing-masing dan segera terbang menuju istana. Aku memandang semuanya dengan penuh rasa iri dan perlahan air mataku menetes.  Aku sedih aku tak dapat hadir ke pesta sayembara itu. Ya, mau bagaimana lagi? Aku tak punya gaun-gaun indah seperti yang mereka kenakan. Ah, sudahlah biarkanlah pangeran menemukan cinta sejatinya. Dan aku harus menerima jikalau bukan aku cinta sejatinya...
               
              Terdengar suara kemeriahan pemain musik istana memainkan alunan musik yang sangat indah. Dari jendela aku juga mampu menyaksikan balon-balon berwarna putih diterbangkan ke udara. Semuanya pasti berbahagia disana, dan aku bingung harus ikut bahagia atau....
***
Sementara itu di istana...

“Pengawal, semua kupu-kupu wanita sudah ku perhatikan. Tapi aku tak menemukan sosok wanita yang mampu membuatku jatuh hati. Bagaimana ini? Apakah semua wanita sudah berkumpul disini?” tanya pangeran.
                
            “Semua wanita sudah berkumpul disini, wahai pangeran.” jawab pangeran lembut.
        
            “Coba temui aku dengan kupu-kupu tercantik di wilayah ini.” perintah pangeran kepada
              pengawalnya.

Pengawalnya pun membawa pangeran menuju Wings. Kupu-kupu yang memiliki sayap paling indah. Alangkah senangnya Wings ketika dihampiri sang pangeran. Ia pun langsung berjalan layaknya model iklan yang sedang naik daun. Sayapnya telah dihias dengan manik-manik bewarna keemasan, sangat sempurna. Pangeran memperhatikan Wings, tapi kenapa tak ada getaran cinta yang ia rasakan. Pangeran merasakan ada seekor kupu-kupu wanita lagi yang belum hadir, tapi siapa?

“Pengawal, keluarkan kereta kencanaku. Marilah kita berkeliling wilayah sini, aku masih ragu bahwa semua kupu-kupu wanita sudah hadir disini.”  perintah pangeran.
             
             “Lalu bagaimana dengan pesta sayembara ini, pangeran?”
      
            “Halah, sudahlah. Biarkan pesta ini berjalan seperti ini, biarkan mereka menikmati semua
              yang ada disini. Cepat turuti saja perintahku!”
              
            “Baik pangeran.”  pengawal segera pergi mengeluarkan kereta kencana dan menuruti
              perintah pangeran.

Pangeran berdiri  di depan istana dan kemudian masuk ke dalam kereta kencana. Ia bersama para pengawalnya segera menuju perkampungan disini. Setelah sekitar 15 menit perjalanan, pangeran meminta pengawalnya memberhentikan kereta kencananya didepan sebuah pohon yang sangat besar.

                 “Berhenti! Aku teringat sesuatu akan pohon ini.” katanya kepada salah satu pengawal.

                 “Ingat apa, pangeran?”

                 “Aku pernah tinggal disini, dulu, sewaktu aku menjadi ulat. Ya, dan aku bersama seekor     
                ulat wanita. Namanya.... Aduh aku lupa nama wanita itu. Ia sangat cantik.”
              
                “Bagaimana kalau kita telusuri rumah-rumah yang ada dipohon itu, pangeran?”
              
                “Baiklah.”

Pangeran beserta para pengawalnya pun terbang menuju rumah-rumah yang ada dipohon besar ini. Dipaling bawah pohon pangeran hanya menemukan rumah yang kosong, ya mungkin semua kupu-kupu di rumah ini sudah pergi semua ke istana. Begitu pula ketika sampai dipohon yang paling atas. Semua rumah kosong, kalaupun ada hanya tinggal kupu-kupu jantan.

                “Semua rumah disini kosong dan tak ada wanita lagi, pangeran.” Sahut salah satu pangeran.

Tapi pangeran tak menghiraukan tiba-tiba saja ia terbang ke atas pohon yang lebih tinggi lagi. Karena ia melihat ada sebuah pintu disana. Dan ternyata rumah ini adalah rumah yang ditinggali Liza.
Pangeran mengetuk pintu rumah Liza. Dan tentu saja ini membuat Liza kaget karena belum pernah ada seorang pun yang bertamu ke rumahnya. Liza membukakan pintu. Alangkah terkejutnya ia melihat sosok yang ia cintai ada dihadapannya.  Pangeran diam, Liza pun diam. Mereka saling berpandangan. Ya, ada cinta dipandangan mereka.

                “Pangeran..” kata Liza lembut.

                “Namamu Liza?” tanyanya sambil memandang mata Liza.
Liza tak menyangka pangeran masih mengenalinya.

                “Kamu masih mengenaliku?”

                “Tentu. Mana mungkin aku lupa dengan seekor ulat semanis kamu.”

                “Ah, kamu berlebihan. Dulu aku memang seekor ulat yang manis. Tapi lihatlah sekarang.”
               
Liza menunjukkan sayapnya yang sama sekali tak indah.

                “Aku tak peduli itu. Aku hanya tau, aku pernah bahagia bersamamu. Kamu pernah ada
                dihidupku, Liza.”

Liza masih diam tak berbicara lagi. Ia bingung harus melakukan apa. Kemudian pangeran mengajaknya untuk terbang menuju istana. Tak mungkin Liza menolaknya, dan terbanglah mereka berdua menuju istana.

                Sesampainya di istana, betapa terkejutnya Wings dan kawan-kawannnya. Ia tak menyangka Liza, seekor kupu-kupu yang jauh dari kata indah itu mampu dicintai dan sekarang resmi menjadi istri dari pangeran yang sangat tampan. Semua kupu-kupu wanita disana memandang iri ke arah Liza ketika pangeran memeluk dan memakaikannya sebuah mahkota.

                Kini, Liza dan pangeran hidup bahagia. Sebahagia mereka sewaktu dulu. Liza dan Pangeran saling mencintai. Pengawal meminta kepada Liza untuk didandani, tapi pangeran menolaknya.

                “Tidak, biarlah dia seperti ini. Karena seperti inilah aku mencintainya.”

1 komentar:

  1. Bahasanya bagus, pendeskripsiannya mantep dan gak bertele2, tapi dalam pendeskripsian konflik agak kurang qoy, serasa kaya salak pondoh tapi bijinya gede2.. :) kiritikan haha

    dari ka salim.

    BalasHapus