Putih
abu-abu. Masa-masa yang masih saya alami sekarang. Masa-masa yang paling
membahagiakan dalam kehidupan remaja saya. Masa-masa yang paling menyedihkan.
Masa-masa yang tak akan pernah saya lupakan. Masa-masa itu mengalir, terukir,
indah, penuh warna, penuh tetesan air mata. Dan semuanya terangkum dalam
untaian penuh kasih perpisahan dari segala pertemuan. Tulisan ini saya
persembahkan untuk semua siswa siswi kelas 12 MAN 2 Jakarta, terutama dan yang
paling saya sayangi kelas 12 Bahasa.
Kawan,
kita dulu tak pernah menjadi kita. Saya hanyalah saya dan kamu hanyalah kamu.
Saya dan kamu tak pernah menjanjikan pertemuan disini. Saya dan kamu tak
mengenal sebelumnya. Maka dari itu saya berterimakasih kepada Tuhan, karena
sesungguhnya Tuhan berperan penting dalam pertemuan saya dan kamu sehingga
mampu bersatu menjadi kita.
Kawan,
saya tak pernah membayangkan sebelumnya masa-masa putih abu-abu saya akan
diwarnai dengan manusia-manusia seperti kalian. Kalian yang selalu bisa menjadi
pelipur lara saya. Kalian yang selalu bisa menjadi alasan kenapa saya
bersemangat sekolah. Kalian yang selalu bisa menjadi sesuatu yang sangat amat
saya takuti untuk bertemu perpisahan.
Kawan,
baca tulisan ini ya. Semoga nanti kita semua akan dipertemukan lagi oleh pena
Tuhan yang maha Esa.
***
Juli
2010
Dengan
senyuman renyah dan penuh rasa bangga saya langkahkan kaki ini menuju gerbang MAN
2 Jakarta. Sekolah yang sekarang akan menjadi tempat dimana saya berkreasi dan
menuntut ilmu. Jantung terasa berdegup kencang. Perasaan bangga kini bergulat
dengan takut. Takut bagaimana nanti kawan-kawan saya disini. Apakah mereka
semua menyebalkan? Sombong? Atau bahkan mereka semua sangat ramah? Saya semakin
bertanya-tanya dan memantapkan langkah saya lebih menjauhi gerbang. Dan tibalah
saya di depan kelas yang di pintunya ditempelkan satu kertas bertuliskan “Ilmu
Pengetahuan Bahasa”. Bismillah saya ucapkan sambil melangkahkan langkah pertama
saya di kelas yang baru ini. Di dalam kelas, sudah banyak terdapat siswa siswi
yang dengan diam duduk di kursinya masing-masing. Semuanya terasa dingin. Hanya
ada sepatah dua patah kata yang terucap, selebihnya? Diam lebih mendominasi.
Apakah ini sifat mereka? Atau masih ada rasa canggung dalam diri mereka? Aku
hanya diam sambil terus memperhatikan satu per satu siswa siswi di kelas.
Hari
demi hari saya lewati bersama kawan-kawan baru. Lama kelamaan, mereka semua
ternyata tak seperti dulu saat pertama kali masuk kelas ini. Saya mencoba bersosialisasi
dengan yang lainnya dan ternyata mereka semua ramah, meski ada beberapa orang
yang masih canggung. Tapi saya yakin, kita semua mampu menjadi satu kesatuan.
***
Kelas
10 pun terlewati dengan cepatnya. Kini saya sudah duduk di kelas 11 dan masih
bersama kawan-kawan yang lama. Di kelas 11 ini, kita semua berusaha untuk lebih
menyatukan satu dengan yang lain. Dan di kelas ini pun baru terlihat
sifat-sifat asli mereka. Ternyata mereka semua ramah, asyik dan tak membosankan
rasanya berlama-lama di kelas ini.
Setiap
harinya selalu kita lewati penuh canda dan tawa. Semuanya tersaji dengan begitu
sederhana namun cukup mengesankan. Meskipun saat ini kita belum mampu bersatu,
tapi suatu saat nanti kita harus yakin, kita mampu menjadi satu. Satu dan utuh. Satu
kesatuan rasanya sulit sekali kita raih bersama. Entah karena faktor apa. Entah
karena siapa. Rasanya semuanya susah untuk menyatu. Apa mungkin sejauh ini kita
satu kelas masih menyimpan rasa canggung? Saya paham itu tapi seharusnya kita
berpikir bagaimana kita nanti. Tapi saya dan kawan-kawan lainnya hanya diam dan
masih mengikuti alur cerita dari kelas ini, kelas yang unik, membanggakan.
Kawan,
kelas 11 ini tak akan berjalan lama. Semuanya tak akan terasa. Dan sekarang
semakin lama, kita semua hampir menyatu. Kita semua berhasil membentuk satu
kesatuan, meskipun belum sepenuhnya bersatu. Tapi setidaknya kita sudah
berusaha untuk menyatukan perbedaan menjadi sesuatu yang mengesankan.
Kawan,
saya bangga menjadi salah satu bagian dari kelas ini. 11 Bahasa.
***
Waktu
terus bergulir, dan tak akan kata stop
ditengahnya. Kini sampailah kita di masa-masa akhir, kita sampai di kelas 12.
Kelas 12 tak akan berjalan lama, kita akan terus termakan waktu sia-sia jika
kita tak memanfaatkan waktu yang singkat ini. Kawan, saya mohon bersatulah..
Kawan,
saya tak pernah berharap banyak dari kalian. Saya hanya mau, kita mampu
menghiasi lembaran kelas 12 ini. Menghiasinya dengan satu kesatuan penuh kasih.
2
tahun lebih kita berada di kelas yang sama. Kawan yang sama. Sifat-sifat yang
tak akan pernah berubah. Dan kini perpisahan semakin dekat, kawan. Perpisahan
seakan memaksa saya untuk menitikkan air mata ini. Saya takut, perpisahan ini
berakhir dengan kita yang belum mampu menjadi satu. Kawan, ayo kita bersatu,
langkahi niatan hati untuk menjadi satu.
Kawan,
kalian ingat? Saat-saat kita bergerombol makan bersama di kantin? Saat-saat
dimana kita bernyanyi-nyanyi di kelas? Saat-saat dimana kita mengotori papan
tulis dengan gambar-gambar aneh hasil karya kita? Dan yang paling dan sangat
sulit saya lupakan adalah saat-saat dimana dua guru Bahasa Jerman mengatakan
kalau kelas kita adalah “Kelas Galau” dan “Kelas Complicated”. Oh, God, kalian
bisa lihat seberapa gilanya kita, guys! Kelas kita tak akan pernah bisa menjadi
kelas lain. Kelas lain tak akan pernah bisa menjadi kita.
Kawan,
kita nggak perlu uang banyak untuk bahagia. Kita gak perlu barang-barang mewah
untuk bersatu. Kita hanya perlu niat dan rasa sayang. Dan saya tau, sekarang,
di masa ini, di kelas 12 ini, kita semua sudah menyatu sama lain. Kita sudah
mampu menjadi satu kesatuan. Tak ada lagi canggung yang dulu sempat mewarnai
kelas ini. Ya, beberapa tahun yang lalu.
Kawan,
waktu berjalan semakin cepat. Kita tak akan pernah bisa memberhentikan
semuanya. Semuanya tak akan pernah bisa terulang lagi. Dua tahun yang lalu, saya,
kamu, kalian tak pernah mengenal. Dan di tahun ketiga ini, saya, kamu dan
kalian sudah menjadi kita, kita yang sebentar lagi akan berpisah.
Kawan,
hampir 3 tahun kita bersama. Dan selama itu pula kita berusaha untuk menjadi
satu. Tapi rasanya waktu tak berpihak pada kita. Kita sudah menyatu di
saat-saat terakhir. Tuhan, bolehkah kali ini saya salahkan waktu? Tuhan,
bolehkah kali ini saya mohon, berikan kebahagiaan yang sejatinya untuk kelas
saya?
Kawan,
saya bangga menjadi salah satu bagian dari kelas ini.
Kawan,
saya bangga mengenal kalian semua.
Kawan,
waktu kita sebentar lagi. Tak akan lebih dari dua bulan. Kita akan berpisah.
Tak akan ada lagi canda tawamu.
Kawan,
jikalau nanti kalian semua merindukan kelas ini. Saya mau kalian dengarkan lagu
Peterpan yang berjudul Semua Tentang Kita. Lagu itu benar-benar menceritakan
tentang bagaimana perpisahan yang sesungguhnya. Coba kalian pahami lirik lagu
ini.
Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua sepi dihati
Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka, saat kita tertawa
Teringat disaat kita tertawa bersama
Ceritakan semua tentang kita
Kawan,
semua kertas putih sudah tergores pena tawa kalian. Lembar demi lembar kisah
telah kita lalui. Tangis, tawa, sendu, seakan bercampur menjadi satu.
Kawan,
cerita ini tak akan pernah ada habisnya. Cerita ini tak akan berakhir disini.
Saya ingin, kita akan bertemu lagi untuk meneruskan cerita kita dalam satu
ikatan persahabatan.
Kawan,
masa putih abu-abu tinggal menghitung hari. Masa mengesankan itu akan segera
habis. Dan setelah masa itu habis, kita hanya bisa mengais sisa-sisa
kebahagiaan, sisa-sisa tawa dan sisa-sisa kebersamaan.
Kawan,
tak akan ada yang seperti kalian. Tak akan ada yang seabstrak kalian. Kalian
yang paling paling! Kalian yang paling melekat.
Kawan,
tetaplah menjadi satu. Tetaplah menjadi yang paling utuh. Tetaplah menjadi
kita.
Kawan,
saya, kamu dan semuanya bertemu karena satu skenario Tuhan.
Kawan,
skenario Tuhan indah, ya? Semoga perpisahan ini akan menjadi skenario Tuhan
yang lebih indah setelah pertemuan yang sangat indah.