Rabu, 10 Desember 2014

SEMUA TENTANG KITA



Putih abu-abu. Masa-masa yang masih saya alami sekarang. Masa-masa yang paling membahagiakan dalam kehidupan remaja saya. Masa-masa yang paling menyedihkan. Masa-masa yang tak akan pernah saya lupakan. Masa-masa itu mengalir, terukir, indah, penuh warna, penuh tetesan air mata. Dan semuanya terangkum dalam untaian penuh kasih perpisahan dari segala pertemuan. Tulisan ini saya persembahkan untuk semua siswa siswi kelas 12 MAN 2 Jakarta, terutama dan yang paling saya sayangi kelas 12 Bahasa.

Kawan, kita dulu tak pernah menjadi kita. Saya hanyalah saya dan kamu hanyalah kamu. Saya dan kamu tak pernah menjanjikan pertemuan disini. Saya dan kamu tak mengenal sebelumnya. Maka dari itu saya berterimakasih kepada Tuhan, karena sesungguhnya Tuhan berperan penting dalam pertemuan saya dan kamu sehingga mampu bersatu menjadi kita.

Kawan, saya tak pernah membayangkan sebelumnya masa-masa putih abu-abu saya akan diwarnai dengan manusia-manusia seperti kalian. Kalian yang selalu bisa menjadi pelipur lara saya. Kalian yang selalu bisa menjadi alasan kenapa saya bersemangat sekolah. Kalian yang selalu bisa menjadi sesuatu yang sangat amat saya takuti untuk bertemu perpisahan.
Kawan, baca tulisan ini ya. Semoga nanti kita semua akan dipertemukan lagi oleh pena Tuhan yang maha Esa.
***
Juli 2010

Dengan senyuman renyah dan penuh rasa bangga saya langkahkan kaki ini menuju gerbang MAN 2 Jakarta. Sekolah yang sekarang akan menjadi tempat dimana saya berkreasi dan menuntut ilmu. Jantung terasa berdegup kencang. Perasaan bangga kini bergulat dengan takut. Takut bagaimana nanti kawan-kawan saya disini. Apakah mereka semua menyebalkan? Sombong? Atau bahkan mereka semua sangat ramah? Saya semakin bertanya-tanya dan memantapkan langkah saya lebih menjauhi gerbang. Dan tibalah saya di depan kelas yang di pintunya ditempelkan satu kertas bertuliskan “Ilmu Pengetahuan Bahasa”. Bismillah saya ucapkan sambil melangkahkan langkah pertama saya di kelas yang baru ini. Di dalam kelas, sudah banyak terdapat siswa siswi yang dengan diam duduk di kursinya masing-masing. Semuanya terasa dingin. Hanya ada sepatah dua patah kata yang terucap, selebihnya? Diam lebih mendominasi. Apakah ini sifat mereka? Atau masih ada rasa canggung dalam diri mereka? Aku hanya diam sambil terus memperhatikan satu per satu siswa siswi di kelas.

Hari demi hari saya lewati bersama kawan-kawan baru. Lama kelamaan, mereka semua ternyata tak seperti dulu saat pertama kali masuk kelas ini. Saya mencoba bersosialisasi dengan yang lainnya dan ternyata mereka semua ramah, meski ada beberapa orang yang masih canggung. Tapi saya yakin, kita semua mampu menjadi satu kesatuan.
***

Kelas 10 pun terlewati dengan cepatnya. Kini saya sudah duduk di kelas 11 dan masih bersama kawan-kawan yang lama. Di kelas 11 ini, kita semua berusaha untuk lebih menyatukan satu dengan yang lain. Dan di kelas ini pun baru terlihat sifat-sifat asli mereka. Ternyata mereka semua ramah, asyik dan tak membosankan rasanya berlama-lama di kelas ini.

Setiap harinya selalu kita lewati penuh canda dan tawa. Semuanya tersaji dengan begitu sederhana namun cukup mengesankan. Meskipun saat ini kita belum mampu bersatu, tapi suatu saat nanti kita harus yakin, kita mampu menjadi satu. Satu dan utuh. Satu kesatuan rasanya sulit sekali kita raih bersama. Entah karena faktor apa. Entah karena siapa. Rasanya semuanya susah untuk menyatu. Apa mungkin sejauh ini kita satu kelas masih menyimpan rasa canggung? Saya paham itu tapi seharusnya kita berpikir bagaimana kita nanti. Tapi saya dan kawan-kawan lainnya hanya diam dan masih mengikuti alur cerita dari kelas ini, kelas yang unik, membanggakan.

Kawan, kelas 11 ini tak akan berjalan lama. Semuanya tak akan terasa. Dan sekarang semakin lama, kita semua hampir menyatu. Kita semua berhasil membentuk satu kesatuan, meskipun belum sepenuhnya bersatu. Tapi setidaknya kita sudah berusaha untuk menyatukan perbedaan menjadi sesuatu yang mengesankan.
Kawan, saya bangga menjadi salah satu bagian dari kelas ini. 11 Bahasa.
***

Waktu terus bergulir, dan tak akan kata stop ditengahnya. Kini sampailah kita di masa-masa akhir, kita sampai di kelas 12. Kelas 12 tak akan berjalan lama, kita akan terus termakan waktu sia-sia jika kita tak memanfaatkan waktu yang singkat ini. Kawan, saya mohon bersatulah..

Kawan, saya tak pernah berharap banyak dari kalian. Saya hanya mau, kita mampu menghiasi lembaran kelas 12 ini. Menghiasinya dengan satu kesatuan penuh kasih.
2 tahun lebih kita berada di kelas yang sama. Kawan yang sama. Sifat-sifat yang tak akan pernah berubah. Dan kini perpisahan semakin dekat, kawan. Perpisahan seakan memaksa saya untuk menitikkan air mata ini. Saya takut, perpisahan ini berakhir dengan kita yang belum mampu menjadi satu. Kawan, ayo kita bersatu, langkahi niatan hati untuk menjadi satu.

Kawan, kalian ingat? Saat-saat kita bergerombol makan bersama di kantin? Saat-saat dimana kita bernyanyi-nyanyi di kelas? Saat-saat dimana kita mengotori papan tulis dengan gambar-gambar aneh hasil karya kita? Dan yang paling dan sangat sulit saya lupakan adalah saat-saat dimana dua guru Bahasa Jerman mengatakan kalau kelas kita adalah “Kelas Galau” dan “Kelas Complicated”. Oh, God, kalian bisa lihat seberapa gilanya kita, guys! Kelas kita tak akan pernah bisa menjadi kelas lain. Kelas lain tak akan pernah bisa menjadi kita.

Kawan, kita nggak perlu uang banyak untuk bahagia. Kita gak perlu barang-barang mewah untuk bersatu. Kita hanya perlu niat dan rasa sayang. Dan saya tau, sekarang, di masa ini, di kelas 12 ini, kita semua sudah menyatu sama lain. Kita sudah mampu menjadi satu kesatuan. Tak ada lagi canggung yang dulu sempat mewarnai kelas ini. Ya, beberapa tahun yang lalu.

Kawan, waktu berjalan semakin cepat. Kita tak akan pernah bisa memberhentikan semuanya. Semuanya tak akan pernah bisa terulang lagi. Dua tahun yang lalu, saya, kamu, kalian tak pernah mengenal. Dan di tahun ketiga ini, saya, kamu dan kalian sudah menjadi kita, kita yang sebentar lagi akan berpisah.

Kawan, hampir 3 tahun kita bersama. Dan selama itu pula kita berusaha untuk menjadi satu. Tapi rasanya waktu tak berpihak pada kita. Kita sudah menyatu di saat-saat terakhir. Tuhan, bolehkah kali ini saya salahkan waktu? Tuhan, bolehkah kali ini saya mohon, berikan kebahagiaan yang sejatinya untuk kelas saya?

Kawan, saya bangga menjadi salah satu bagian dari kelas ini.

Kawan, saya bangga mengenal kalian semua.

Kawan, waktu kita sebentar lagi. Tak akan lebih dari dua bulan. Kita akan berpisah. Tak akan ada lagi canda tawamu.

Kawan, jikalau nanti kalian semua merindukan kelas ini. Saya mau kalian dengarkan lagu Peterpan yang berjudul Semua Tentang Kita. Lagu itu benar-benar menceritakan tentang bagaimana perpisahan yang sesungguhnya. Coba kalian pahami lirik lagu ini.

Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua sepi dihati
Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka, saat kita tertawa
Teringat disaat kita tertawa bersama
Ceritakan semua tentang kita

Kawan, semua kertas putih sudah tergores pena tawa kalian. Lembar demi lembar kisah telah kita lalui. Tangis, tawa, sendu, seakan bercampur menjadi satu.

Kawan, cerita ini tak akan pernah ada habisnya. Cerita ini tak akan berakhir disini. Saya ingin, kita akan bertemu lagi untuk meneruskan cerita kita dalam satu ikatan persahabatan.

Kawan, masa putih abu-abu tinggal menghitung hari. Masa mengesankan itu akan segera habis. Dan setelah masa itu habis, kita hanya bisa mengais sisa-sisa kebahagiaan, sisa-sisa tawa dan sisa-sisa kebersamaan.

Kawan, tak akan ada yang seperti kalian. Tak akan ada yang seabstrak kalian. Kalian yang paling paling! Kalian yang paling melekat.

Kawan, tetaplah menjadi satu. Tetaplah menjadi yang paling utuh. Tetaplah menjadi kita.

Kawan, saya, kamu dan semuanya bertemu karena satu skenario Tuhan.

Kawan, skenario Tuhan indah, ya? Semoga perpisahan ini akan menjadi skenario Tuhan yang lebih indah setelah pertemuan yang sangat indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar