Minggu, 11 Desember 2011

Ayah, aku menyayanginya........

KUPU-KUPU ITU BERDARAH


selagi kita semua bergurau ria. tiba-tiba Ayahku masuk ke dalam ruangan ini.
"Ayaaaaaaaah" teriak ku sambil berjalan setengah berlari mendekati Ayah. tapi aku masih terlalu lemah, aku terjatuh setelah tanganku menggapai tangan Ayah.
"astagfirullah Windi" sahut Ayah sambil memapah badanku dan menaruhku di kasur.
kak Sandi duduk di samping kiri kasur rumah sakit, sedangkan Ayahku beliau duduk disamping kananku sambil terus mengelus-elus keningku.
"aku kangen Ayah" jawabku sambil menitikkan air mata
Ayah menangis dan mencium keningku.
"Ayah lebih kangen kamu Windi,maafin ayah ya sering ninggalin kamu sendiri. sampe kamu sakit gini" jawab Ayah mencoba menahan air matanya.
"Ayah jangan nangis, nanti aku gak sembuh-sembuh kalo Ayah nangis.hehehe" candaku pada Ayah sambil menghapus air mata yg membendung dikelopak matanya.
Ayah pun tersenyum dan menyuruhku untuk istirahat. lalu keluar dari ruangan.

"kamu istirahat dulu deh ya.kita semua pulang dulu lagian juga udah hampir jam 9" kata kak Sandi sambil mengelus tanganku.
"tapi aku masih kangen kalian,aku masih mau bareng kalian" jawabku sambil menatap Risa dan Tandu yg berdiri disamping kak Sandi.

Tandu menangis, begitu juga Risa. aku tau mereka semua berat untuk meninggalkanku .
tapi kak Sandi bilang kepada mereka kalau aku perlu istirahat. akhirnya mereka bertiga meninggalkanku.
aku tertidur dikasur rumah sakit ini. ditemani Pak Surya yang sedari tadi duduk disofa sambil membaca koran.
aku hanya bisa menatap langit-langit ruangan ini. sambil sesekali mengganti posisi tidurku. tidak nyaman tidur ditempat seperti ini, aku merindukan kamarku.
"arghhhhhhh" teriakku sambil memegangi kepalaku.
Pak Surya langsung menghampiriku.
"non,kenpa non? sakit lagi? bapak panggilin dokter ya non sebentar . tahan ya non" kata pak Surya terburu-buru .
"gak kenapa-kenapa pak, aku baik-baik aja cuma sakit sedikit" jawabku sambil terus menahan kesakitanku.

Ayah masuk ke ruangan bersama dokter, mungkin tadi Ayah mendengar aku berteriak dan beliau langsung memanggil dokter untuk memeriksa apa yg terjadi pada diriku.
Dokter memegang-megang kepalaku. aku merasa kesakitan dan menangis.
Ayah duduk disampingku sambil menangis dan berkata
"seandainya bisa, biarkan Ayah yang merasakan akit itu nak"
aku terus menangis, dokter pun menyuntikkan ku obat agar sakit dikepalaku ini mereda. aku pun tertidur.

di dalam tidurku, aku bermimpi sedang menonton drama kawan-kawanku. semuanya baik-baik saja dan berjalan lancar. tapi ditengah-tengah mimpiku itu aku duduk dikursi roda. entah ada maksud mimpi itu, yang jelas aku tidak tampil dalam pentas itu. aku terbangun. ku tengok jam udah pukul 05.00 . aku segera bangun dan membangunkan Ayah dan Pak surya untuk melaksanakan sholat subuh.
kami semua melaksanakan sholat berjama'ah ,tapi aku?aku sholat sambil duduk karena aku masih terlalu lemas untuk berdiri.
seusai sholat, suster membersihkan tubuhku dan mengganti pakaianku. pukul 07.00 sarapan sudah tersedia diruangan ini. tapi enggan rasanya menyantap makanan itu. hanya sekotak bubur yang rasanya asin itu. menjijikkaaaaaaan!! aku benci disini!

"Ayaaaah! aku mau pulang!" kataku pada Ayah sesaat setelah Ayah duduk disampingku
"kenapa Windi?kamu harus disini.katanya mau sembuh" jawab Ayah sambil mengupas apel
"aku gak mau makan seperti ini! aku kangen rumah yah" jawabku sambil menyodorkan sekotak bubur itu kepada Ayah.
Ayah hanya tersenyum,mengelus rambutku dan berkata,
"nanti Ayah tanya ke dokter ya tentang kamu, kalau memang sudah boleh dirawat dirumah ,nanti kita pulang"
akupun tersenyum.

kemudian Ayah keluar untuk menemui dokter, aku hanya bisa tiduran ambil makan apel yang dikupas Ayah tadi.
Ayah masuk ke ruangan dr.Fandi .
"permisi dok" kata Ayah sambil membuka pintu ruangan dr.Fandi
"iya pak,silahkan masuk" jawab dr.Fandi ramah
"begini dok, anak saya sudah tidak betah dirumah sakit ini. sedari tadi dia merengek minta untuk dirawat dirumah, tapi saya masih khawatir dengan kondisinya dok" kata Ayahku membuka percakapan
"Windi ini memiliki sifat yang tidak bisa diam, seharusnya dia bisa lebih mengkontrol kegiatannya agar kanker dikepalanya tidak semakin meluas, kanker yg di derita anak bapak ini tergolong kanker biasa tapi mematikan. karena kita tau kanker itu penyakit yang membunuh secara perlahan, tapi kita masih bisa usahakan agar kanker ini tidak meluas. jika Windi menginginkan untuk dirawat dirumah baiklah asal harus bisa menjaga kesehatannya. nanti saya kasih obat-obat yang harus diminum. jika dalam seminggu penyakitnya tidak membaik, segera bawa kemarin ya pak" jelas dr.Fandi panjang lebar
Ayah tersenyum dan berkata
"ok! baiklah saya akan semaksimal mungkin menjaga kesehatannya" sambil berjabat tangan dengan dr.Fandi
Ayah dan dr.Fandi pun menuju ruanganku.

"nah Windi, sekarang kamu boleh pulang" kata dr.Fandi ambil melepas alat pernafasan yang sedari tadi malam nyangkut di hidungku.
"bener dok?makasih yaaa!!!" ujarku senang dan tersenyum lebar
Ayah hanya tersenyum-senyum kecil melihat aku yang sangat bahagia.
Ayah mendorong kursi roda yang aku naiki, menuju keluar rumah sakit untuk kembali ke rumah. pak Surya membawa tas-ta yang berisi pakaian-pakaian dan buah-buahan yang dikasih sama orang-orang yang menjengukku.

dengan wajah senang, aku naik ke mobil .
45 menit kemudian, kamu sampai dirumah. Ayah menurunkan kursi roda dan langung menaruhku diatas kursi roda. Ayah mendorong kursi roda sampai ke ruang keluarga.
Bik Isma langsung menyambutku, ia mencium keningku sambil menitikkan air mata.
"non,udah makan belum?mau bibi bikinin makanan kesukaan non?" tanya Bik Isma kepadaku
"gak usah bi,aku cuma kangen sama rumah" jawabku sambil berusaha bangun dari kursi roda ini
"eh kamu jangan bangun dulu nanti kamu lemas lagi" perintah Ayah sambil menahanku untuk bangun dari kursi roda ini.
aku hanya tersenyum sambil menahan tangis. kemudian Ayah mengelus kepalaku lalu menuju ke luar rumah. "Bik,aku mau nonton tv" pintaku pada Bik Isma
Bik Isma pun tersenyum lalu mendorong kursi rodaku. Bik Isma menyalakan tv untukku. tapi pada saat itu....

"Bik, hidungku berdarah lagi" kataku pada Bik Isma sambil menahan derasnya tetesan darah yang mengucur.
"astagfirullah non Windi...Tuan, Windi Tuan" teriak Bik Isma memanggil Ayahku sambil membersihkan darah ini.
Ayah langsung datang aku pun langsung memeluknya.
"Ayah,sakit yah" keluhku pada Ayah sambil memperlihatkan tanganku yang penuh darah.
Ayah memelukku sambil menangis
"Windi sembuh kok, Windi pasti sembuh" kata Ayah sambil mengelap tanganku yang belepotan darah.
Aku menangis, Bik Isma menangis. Ayah langsung menggendongku dan membawaku ke kamar.
Ayah menyuruhku istirahat dan aku pun tertidur.

Ayah meninggalkan kamarku. aku membuka mata, aku sadar apa yang terjadi pada diriku. aku tidak sempurna, aku sakit, aku lemah. tetesan air mataku pun terus menetes.
*I can show you the world.......* nada dering handphone ku berbunyi, aku mengambil handphone ku yang ada di meja kecil disamping kasurku. ternyata kak Sandi menelfonku.

"Assalamualaikum" jawabku lemas
"Waalaikumsalam,Windi gimana keadaan kamu?kata Risa kamu udah dirumah? kenapa udah pulang Windi. kamu tuh masih sakit" kata kak Sandi
"aku gak betah di rumah sakit kak, aku pengen dirumah aja"
"yaudah nanti sore kaka ke rumah kamu ya" pinta kak Sandi
"iya kak,aku mau tidur dulu ya.kepala aku sakit" jawabku sambil memegang kepalaku
"yaudah kamu istirahat,maaf ya ganggu waktunya, bye Windi"
"bye kak"
telfon terputus.

Aku pun memejamkan kedua mataku. dan berharap aku masih bisa membuka mata ini sampai nanti sore untuk melihat kak Sandi. entah kenapa hanya dia yang aku fikirkan sekarang. apa aku menyayanginya? Entah......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar