Jumat, 16 Desember 2011

Tuhan, ini menyiksaku. apa ini cobaan darimu Tuhan?...

KUPU-KUPU ITU BERDARAH




Adzan magrib berkumandang....

"Masuk yuk Win, udah adzan tuh" peringat kak Sandi menyadarkan ku yang sedari tadi memandangi kupu-kupu yang terbang disekitarku.
Aku pun tersenyum dan membiarkan kak Sandi mendorongku yang terduduk diatas kursi roda ini masuk ke dalam rumah.

"Aku ambil air wudhu dulu yah Windi" izin kak Sandi sambil melangkah menuju mushollah dirumah ku.
"Kak...aku ikut" kataku
kak Sandi tersenyum dan membawaku menuju tempat wudhu. Seusai aku berwudhu, aku berusaha bangun dari kursi roda ini. terasa sakit memang. tapi kalau terus menerus bermalas-malasan di kursi roda ini aku tidak akan bisa menjalani hari-hariku. aku berdiri sambil mengenakan mukena milikku.
tak lama kak Sandi datang dan langsung berdiri di depanku. untuk menjadi imamku dalam magrib ini.
kami pun melaksanakan sholat maghrib ini berjama'ah .

seusai sholat, kak Sandi membalikkan badannya dan aku pun langsung meraih tangannya dan mencium tangannya. Kak Sandi mengelus kepalaku sambil berkata
"aku selalu sebut nama kamu disetiap sujud aku" sambil tersenyum ia mengecup keningku.
Aku meneteskan air mata, kak Sandi laki-laki pertama yang mengucapkan seperti itu. rasanya semua beban dihatiku hilang mendengar perkataannya.

setelah itu kak Sandi menuntunku keluar dari mushollah. kemudian....
"kak....." kataku pelan sambil memperlihatkan tanganku yang penuh darah keluar dari hidung dan mulutku
"astagaa Windii...." kata Kak Sandi sambil menggendongku dan membawaku ke kamarku.

Tanganku bermandikan darah yang tak kunjung berhenti menetes. kak Sandi panik dan memanggil Ayahku. Ayahku langsung menyuruhku untuk ke rumah sakit tapi aku berkata tidak. aku masih kuat menahan ini. kak Sandi membersihkan tanganku dan mulutku yang berlumuran darah. Ayah menelfon dr.Fandi untuk segera ke rumah. Beliau begitu khawatir dengan keadaanku. Ayah menyuruh kak Sandi untuk menjagaku dikamar.

"Kak, apa aku akan sehat seperti yang lain?" jawabku sambil menatap darah di tanganku
kak Sandi tersenyum dan menjawab "kamu selalu terlihat sehat dimata aku"
aku tersentak mendengar jawab darinya.
air mata pun menetes bercampur darah yang tak kunjung berhenti.

"Windi jangan nangis, aku disini buat kamu kok" kata kak Sandi sesaat setelah air mataku menetes.
"aku sayang kakak" jawabku singkat.
"aku tau itu sayang" jawab kak Sandi sambil mengecup keningku.

Pintu kamarku terbuka, Ayah masuk bersama dr.Fandi . Kak Sandi langsung menjauh dariku dan membiarkan dr.Fandi memeriksa kondisi ku. dr.Fandi pun memeriksa ku dan menyuntikkan obat ke tubuhku. setelah itu aku tertidur.
dr.Fandi keluar dari kamarku dan Ayah membiarkan kak Sandi menemaniku di kamar. kak Sandi menangis, sesekali ia menyeka air matanya. sambil mengelus tanganku ia berkata
"apa harus kamu tau semua tentangku?aku menyayangimu...." katanya singkat.
kak Sandi mencium keningku lagi dan meninggalkanku sendiri dikamar ini. ya karena sekarang sudah malam kak Sandi memutuskan untuk pulang dan datang ke rumahku esok hari.
"cepet sembuh yaa sayang...." katanya dan pergi.


***
Keesokan paginya....
"udah bangun non?kalo masih lemes tidur lagi ajaaa non" kata Bik Isma yang sedang membereskan kamarku.
"aku baik-baik aja Bik, kepalaku sakit Bik" kataku sambil memegang kepalaku
"bentar ya non, bibi ambilin makan terus abis itu non minum obatnya" jawab Bik Isma sambil meninggalkan kamarku.
aku mengangguk dan bersandar dikasurku.

"Tuhan, ini teramat sakit. ambil penyakitku ini Tuhan..." teriakku di dalam hati.
aku mengambil kertas dibawah bantal aku menulis sesuatu
"Tuhan, peluk aku sebentar saja. aku lelah dengan semua ini"

Bik Isma datang duduk disampingku dan menyuapiku dengan sabar.
"Bik, ayah mana?" tanyaku
"Tuan tadi pagi berangkat ke kantor non" jawab Bik Isma singkat
"hmmmm..."
seusai makanan habis, Bik Isma meracik obat untukku setelah itu membersihkan badanku dan mengganti pakaianku.
"Bik, aku mau duduk dihalaman belakang...." pintaku.
Bik Isma pun mendorongku yg terduduk dikursi roda menuju halaman belakang.

di halaman belakang, aku menatap seekor kupu-kupu bertengger di bunga-bunga itu. Kupu-kupu bewarna putih bersih itu seakan berkata padaku "kamu harus bisa terbang bebas seperti aku.jgn terpuruk" . ah indahnya......
Kupu-kupu itu mendekat, andai ia bisa berbicara dan mendengar apa perkataanku. mungkin aku sudah menceritakan semua keluh kesahku padanya . aku tersenyum saat Kupu-kupu itu terbang diatas kepalaku. ia seakan mengajakku bercakap-cakap. sepertinya ia tau bahwa aku memerankan tokoh "KUPU-KUPU" dalam dramaku. Kupu-kupu itu terbang menjauh dariku. mendekati bunga-bunga . aku berusaha bangkit dan berjalan untuk mengejarnya . ya mengejar SAHABAT BARUKU ! tapi apa daya, badanku terlalu lemah untuk menggapai kupu-kupu yang tegar itu.
kepalaku terasa sakit dan aku pun terjatuh diatas rumput-rumput yang bermandikan embun ini. aku berusaha bangun. aku meraih kaki dari bangku taman dan mencoba berdiri.
akhirnya aku mampu berdiri. langkah demi langkah ku tapaki kakiku berjalan.

Pak Surya melihatku yang sedang tertatih berjalan pun menghampiriku.

"ya ampun Non,kenapa gak minta tolong bapak sih"

"aku bisa ko pak.."

Pak Surya menuntunku dan mendudukkanku di kursi roda ini.
"kalo ada apa-apa panggil bapak ya Non" kata Pak Surya sambil mendorong kursi roda ini ke dalam rumah.
"Pak, titip bunga-bunga di halaman belakang yaa.disiram tiap hari.." kataku pada Pak Surya
Pak Surya bingung dan pada akhirnya ia mengangguk.
aku tersenyum dan mengucapkan Terima Kasih.
Tuhan...
Jaga kupu-kupu itu. jangan biarkan binatang besar melahapnya. biarkan dia hidup, biarkan dia bebas tidak seperti aku yang harus hidup dengan bantuan kursi roda ini.
pesanku dalam hati.

Entah kenapa..
aku begitu mengagumi sesosok KUPU-KUPU .
Entah kenapa..
aku banyak belajar dari sesosok KUPU-KUPU .
Tuhan..
Biarkan aku terbang bebas menyentuh langitmu seperti KUPU-KUPU .....

tiba-tiba...
handphoneku berbunyi. "Kak Sandi" sebuah nama tertera dilayar handphoneku.

"Haloooo.."
"Iya kak, ada apa?"
"Gimana keadaan kamu Windi?"
"Aku udah sehat kok..." perlahan darah menetes dari hidungku
aku pun pingsan, handphoneku terjatuh.
"Windii!! kamu kenapa!!!!!..." terdengar suara panik dari jauh sana

Tubuhku terjatuh dari kursi roda, keningku berdarah .
Bik Isma memanggil Pak Surya dan membawaku ke mobil dan aku dibawa kerumah sakit.
aku merasakan sakit dikepalaku yang teramat sakit. Tuhan, ini menyiksaku. apa ini cobaan darimu Tuhan?..



*bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar