Senin, 23 Januari 2012

Dialah hidupku. Hanya Dia, Ayahku......

KUPU-KUPU ITU BERDARAH




"Bik, aku mau Ayah..." kataku pada Bik Isma yang sudah menanti kedatanganku di depan rumah.

Bik Isma memelukku dan menuntunku masuk ke dalam rumah.

Aku duduk di sofa. Pak Surya mengampiriku dan memberiku segelas air.
Mataku sudah bercucuran air mata.

"Jangan nangis terus Non, kita doakan yang terbaik buat Tuan.." kata Bik Isma sambil menghapus air mataku.

Aku meneguk segelas air yang di berikan Pak Surya.

"Bik, kita ke Pontianak kapan? Sekarang aja ya Bik?" kataku terisak
"Mungkin besok pagi Non, sekarang udah malam.." jawab Bik Isma
"Sekarang Non Windi tidur dulu ya. Istirahat..." kata Pak Surya

Aku menggangguk dan langsung menuju kamarku.

Di dalam kamar, aku menangis sejadi-jadinya. Tuhan, tolong jangan kau siksa Ayahku dengan penyakitnya. Biarkan dia sehat seperti kemauanku. Cabut penyakitnya ya Tuhan...
Rasanya ingin sekali malam ini segera habis dan berganti cerahnya esok pagi. Aku ingin secepatnya menemui Ayah.

Aku mengambil handphoneku. Aku mengirimi pesan singkat ke Risa.

To : Risaaaaaaaaa
Ris, besok aku ga masuk. Aku izin mau ke Pontianak. Ayahku sakit Ris.


Tak ada balasan dari Risa.
Aku segera merebahkan tubuhku di empuknya kasur kamarku. Ku tarik selimutku dan ku pejamkan kedua mataku. Tuhan, izinkan aku menatap Ayah di esok hari...


****
Keesokan paginya, pukul 04:30 Bik Isma sudah bangun dan membereskan semua keperluanku yang akan di bawa ke Pontianak.
Bik Isma membangunkanku.

Aku membuka mata dengan beratnya dan ku buka tirai kamarku. Langit masih gelap.

"Pesawatnya jam berapa Bik" tanyaku pada Bik Isma
"Jam setengah 8 Non.." jawab Bik Isma sambil memasukkan bau-bajuku yang akan di bawa ke Pontianak.

Aku duduk di kasurku dengan muka lemas.
"Apa udah ada kabar dari Ayah?" tanyaku lagi

Bik Isma menggeleng.
Ya Tuhan, kau pasti mendengar isi hatiku yang merasakan betapa khawatirnya aku terhadap kondisi Ayahku. Semoga Ayah selalu dalam lindunganmu ya Tuhan..

"Udah sana mandi dulu Non, abis itu sholat subuh.." kata Bik Isma kepadaku

"Nanti Bik.." jawabku singkat

Bik Isma hanya tersenyum kemudian mengelus kepalaku, lalu pergi dari kamarku. Aku masih duduk diam di atas kasurku. Perasaanku tidak enak sekali, ada apa ini ya Tuhan...
Handphoneku berdering..
"Kak Sandi" sebuah nama tertera di layar handphoneku.
"Ada apa Kak Sandi meneleponku pagi-pagi seperti ini?" tanyaku dalam hati

Aku pun mengangkat teleponnya.

"Assalamualaikum.." kataku membuka pembicaraan
"Waalaikumsalam, Windi kata Risa kamu mau ke Pontianak?" tanya Kak Sandi
"Hemm, ya.." jawabku singkat
"Kamu kok masih jutek sih? Kamu berangkat jam berapa?" tanyanya lagi
"Gak, biasa aja kok. Jam 8an.."
"Ya ampun Windi. Harus berapa kali aku bilang, aku sama sekali gak ada rasa sama Angel.." katanya lagi
"Yaudah.." jawabku sedikit cuek
"Aku sayang sama kamu Windi, dan aku harap kamu sadarin itu..." katanya
"Iya, udah ya. Mau siap-siap.." kataku bertanda ingin cepat-cepat menyudahi telepon ini
"Yaudah, kalo udah sampai sana, kabarin aku ya Windi. Assalamualaikum.." jawabnya
"Waalaikumsalam.." jawabku. Telepon terputus

Entah kenapa setelah mendapat telepon dari Kak Sandi, aku langsung duduk di depan meja riasku. Dan ku pandangi pita kecil berbentuk kupu-kupu pemberian Kak Sandi.

"Kenapa aku harus membohongi perasaanku sendiri?" gumamku sambil menatap pita mungil itu.

"Non Windi, cepet mandi.." teriak Bik Isma menyadarkan lamunanku.

Aku langsung bergegas mandi untuk langsung pergi ke airport. Seusai mandi, aku membawa tas kecilku berisi parfum, tissue , handphone dan accesories. Seperti ikat rambut, pita dan lainnya. Tapi aku enggan membawa pita pemberian Kak Sandi, aku lebih memilih menaruhnya di meja riasku. Sebelum bergegas keluar dari kamar, aku mencium pita kupu-kupu pemberian Kak Sandi ini.
Ku keluar kamar dan Bik Isma pun sudah bersiap-siap . Bik Isma hanya membawa satu tas yang tidak terlalu besar, berisi pakaianku dan pakaiannya.
Pak Surya nampak sedang memanaskan mobil, tapi ia tidak menggunakan baju rapih.

"Bapak gak ikut ke Ponti?" tanyaku pada Pak Surya
"Aduh Non, bapak jaga rumah aja yaa. Non Windi sama Bik Isma aja..." jawabnya
"Oh gitu ya Pak, aku pikir Bapak ikut.." jawabku sambil masuk ke dalam mobil, disusul Bik Isma.

45 menit kemudian, kami tiba di airport.

"Hati-hati ya Non, salam buat Tuan.." pesan Pak Surya kepadaku
Aku menggangguk dan mencium tangan Pak Surya.

Bik Isma menggandeng tanganku.
"Ayuk Non, nanti telat.." katanya
"Iya Bik. Pak, jaga rumah hati-hati yaaa.." pesanku pada Pak Surya
Pak Surya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Aku dan Bik Isma langsung masuk ke dalam airport.

"Baguslah kita tidak telat.." kataku sambil duduk di dalam pesawat
"Iya Non..." jawab Bik Isma

Di pesawat, aku terus memikirkan kondisi Ayahku. Semoga beliau dalam keadaan baik-baik saja. Kurang lebih 2 jam setengah kami tiba di Pontianak. Setibanya di Bandar Udara Supadio, kami langsung menaiki taksi yang sudah menunggu kedatangan para penumpangnya. Kurang lebih 1 jam setengah dari sini untuk mencapai Kota Pontianak. Di taksi, aku tertidur di bahu Bik Isma. Ngantuk sekali rasanya. Entah berapa lama ku tertidur. Bik Isma membangunkanku.

"Non, bangun. Udah mau sampe.." katanya
Aku membuka mataku yang masih sepet ini. Lalu mengucek-nguceknya.

"Udah sampai rumah Ayah Bik?"tanyaku
"Kita tinggal naik bus itu sekali lagi, lalu turun di rumah Tuan.."jawab Bik Isma.

Setelah itu, kami turun dari taksi. Ku tengok jam di tanganku.
"Hmm jam 12 siang.." gumamku

Kemudian aku dan Bik Isma menaiki bus kecil untuk mencapai rumah Ayah.
10 menit kemudian, kami sampai di depan rumah Ayah. Tidak terlalu besar seperti rumahku di Jakarta. Disini Ayah tinggal bersama adiknya. Sebenarnya aku bukan asli orang Pontianak. Aku asli orang Jakarta, tapi karena urusan pekerjaan Ayah yang memaksaku untuk berpindah-pindah tempat tinggal. Saat kami masuk ke dalam rumah Ayah tiba-tiba....

"Windi..."

Terdengar ada suara orang memanggilku. Aku pun menoleh ke belakang. Sesosok lelaki sebayaku memanggil namaku. Aku sedikit bingung dan menghentikan langkahku.

"Siapa?" jawabku padanya yang semakin mendekatiku
"Kamu lupa sama aku?" katanya dengan wajah serius

Aku menggaruk-garuk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal. Aku menaikkan kedua bahuku.

"Ya ampun, aku Wisnu. Sepupumu.." jawabnya

"Haaa? Sepupu? Sejak kapan aku punya keluarga yang tinggal disini..." gumamku
Aku menyeritkan keningku, menandakan aku bingung.

"Aku anaknya Om Rizal.." jawabnya lagi.
"Oh ya? Aku baru tau kalau Om Rizal punya anak sebaya denganku.." jawabku dengan senyum
"Ah kamu payah! Dulu waktu kita kecil kan kita sering main bareng.." jawabnya lagi
Aku pun tertawa.

"Oh iya, nih kunci rumahnya aku yang pegang. Tadi Papahku bilang katanya aku suruh berjaga-jaga disini menanti kedatanganmu.." jawabnya sambil megulurkan kunci.
"Terima kasih, yuk masuk juga.." jawabku

Wisnu pun menghampiri Bik Isma yang sudah menunggu di depan rumah Ayah.

"Bik, apa kabar..." katanya pada Bik Isma sambil mencium tangannya.
"Eh, Wisnu ya? Ya ampun udah besar. Dulu tuh masih bayi, bibi gendong-gendong.." jawab Bik Isma sambil mengelus kepala Wisnu.

Sementara aku membuka pintu.
"Yuk masuk.." kataku pada Bik Isma dan Wisnu.

Wisnu membawakan tas yang dibawa Bik Isma. Aku langsung masuk dan duduk di sofa.

"Aku buatin minum yaaa.." kata Wisnu sambil menaruh tas bawaan Bik Isma
"Eh bibi aja yang buatin Den.." jawab Bik Isma
"Ih si bibi, bibi kan tamu. Jadinya gak apa-apa kok biar Wisnu aja yang buatin. Tunggu sebentar ya..." jawabnya.

"Bik, kapan kita ke rumah sakitnya Ayah.." tanyaku pada Bik Isma
"Mungkin nanti sore ya Non, kita beres-beres dulu..." jawab Bik Isma, mukanya nampak lelah.

Aku mengambil handphoneku. Ada 5 pesan baru, 2 dari Risa, 1 dari Rasya dan 2 dari Kak Sandi.

From : Risaaaaaaaa 09:00
Windi kalo udah sampe sms gue salam buat ayah lo ya :)
---
From : Risaaaaaaaa 10:20
Windi, tadi rasya nanyain lo. gue bilang ke dia kalo lo lagi di Ponti.




From : Rasyaaa 11:00
Win, kata Risa kamu nyusul Ayah kamu ke Ponti? kalau udah sampe sms aku ya Windi. aku disini bantu doa buat kesembuhan Ayah kamu... :D




From : Kak Sandi 08:00
Windi, hati-hati ya di jalan. jangan lupa makan juga ya...
---
From : Kak Sandi 11:00
Sayang, udah sampe? sms aku yaa. Aku nungguin kamu..




Aku membalas pesan untuk mereka bertiga.

To : Risaaaaaaa , Rasyaaa , Kak Sandi
Aku udah sampe. rencana nanti sore mau ke rumah sakit. makasih doanya.




Lalu Wisnu datang membawa segelas teh dingin untuk aku dan Bik Isma.

"Nih Win, di minum dulu.." katanya

Aku mengambil segelas teh lalu meminumnya.

"Ayahku di rawat di rumah sakit mana Wis?" tanyaku setelah meneguk teh
"Di RSUD Soedarso. Gak terlalu jauh kok dari sini.." jawabnya

Ku tengok jam. Sudah menunjukkan pukul 01:30 . Aku ingin tidur sejenak. Lelah sekali rasanya.

"Wis, aku mau istirahat dulu ya di kamar.." izinku pada Wisnu
"Oh iya Win, selamat istirahat ya. Nanti sore aku bangunin buat tengok Ayahmu.." katanya sambil tersenyum

Aku langsung menuju kamar tamu yang ada dirumah Ayah ini. Ku rebahkan diriku di kasur empuk ini.
"Hoaaaammm.." sesekali ku menguap dan kemudian tertidur.

" Windi, bangun Win!!!!!" teriak Wisny menggedor-gedor kamarku

Dengan malas, aku bangun dan membuka pintu.
"Ada apa sih Wis, gedor-gedor gitu.." jawabku sambil mengucek-ngucek mata.

"Ayahmu meninggal Windi.." jawab Wisnu kemudian duduk lemas bersandar tembok

Aku yang tadinya terkantuk-kantuk langsung terbangun. Kakiku bergetar lemas, keringat membasahi wajahku. Ayahku meninggal? Astaga :( . Aku terjatuh dari tegaknya tubuhku. Mataku meneteskan airnya.

"Ini gak mungkin Wis.." ujarku pelan.
"Tapi ini kenyataannya..." tegas Wisnu

"GAK! AYAH GAK BOLEH PERGI NINGGALIN AKU WIS! GAK ! GAK!!" teriakku. Kemudian masuk ke kamar.

Tiba-tiba.....

"Non, bangun...." teriak Bik Isma mengguncang-guncangkan tubuhku
"Ah, astaga jadi tadi mimpi? Bik, Ayah baik-baik kan? Ayah gak kenapa-kenapa kan?" jawabku tergesa-gesa.
Badanku berlumuran keringat. Perasaanku tidak menentu.

"Bik, ayo ke rumah sakit sekarang...." jawabku sambil menarik Bik Isma keluar kamar.
Kemudian.....


*Bersambung......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar