KUPU-KUPU ITU BERDARAH
Kak Sandi...
Namanya selalu terfikirkan dalam benakku, entah mengapa hatiku terasa sakit saat mengetahui bahwa ia sudah berpacaran dengan Angel. Mungkin kini aku baru menyadari betapa berartinya ia dalam hidupku, tapi ini juga mungkin salahku, aku tidak menerimanya dulu saat ia memintaku untuk menjadi pacarnya..
"Arghh bodohnya kau Windi.." kesalku pada diriku sendiri.
Disatu sisi, aku bukannya tidak menginginkannya untuk menjadi kekasihku tapi aku takut jika nanti semakin lama, ia semakin tidak nyaman dengan aku apalagi aku ini tidak sehat seperti wanita-wanita lainnya.
Tapi di satu sisi lainnya aku tidak menginginkan Kak Sandi di miliki wanita lain. Apakah aku harus melupakan semua tentang Kak Sandi? Semua candanya, semua gurauannya. Entah kapan aku bisa melupakan itu...
Handphoneku kembali bergetar..
"Kak Sandi" sebuah nama tertera di handphoneku.
Ku buka pesannya.
From : Kak Sandi
Windi, apa kabar kamu? Tandu blng, tadi abis latihan drama ya di rumah kamu? Jgn terlalu capek ya Windi, kaka sayang sama kamu... :)
Air mata ku menetes membaca pesan dari Kak Sandi, aku ingin membalasnya. Tapi ku urungkan niatku. Aku lebih memilih mengambil buku harianku dan menulis semua keluh kesahku di situ.
Ku tulis..
" Dear Kak Sandi,
Sadarkah kau akan diriku disini yang menyayangimu?
Sadarkah kau akan diriku disini yang menginginkanmu?
Apakah kau peduli dengan air mata ini?
Ini air mataku tapi tertetes untukmu...
Aku yakin, Tuhan menciptakanku untuk bertemu denganmu.
Aku menyayangimuu..... "
Ku tutup buku harianku, ku taruh di bawah bantal.
Ku hapus air mataku. Ku tutup mataku, ku ucapkan dalam hati.
"Tuhan, beri aku nafas di esok hari. Agar aku masih bisa menatap senyumnya, Kak Sandi.."
***
Suara celotehan ayam di pagi ini membangunkanku. Aku bergegas mandi dan bersiap-siap. Ku pegang hidungku.
"Ah, syukurlah sudah tidak ada darah menempel lagi.." gumamku
Aku langsung mandi dan berpakaian.
"Bik, sarapannya bawa ke sekolah aja ya.." pintaku pada Bik Isma yang sedang di dapur.
Bik Isma pun langsung memberiku sekotak makanan untuk di bawa ke sekolah, aku langsung duduk di dalam mobil, di susul Pak Surya.
"Pak, nanti jemput ya.."
"Loh? Memangnya enggak pulang sama Mas Sandi Non?"
Aku terdiam mendengar nama itu.
"Eh engga kok Pak, makanya jemput yaa.." jawabku sedikit terbata-bata
Pak Surya hanya mengangguk.
Sesampainya di sekolah, semua teman-temanku menyambutku.
"Windiiii... Selamat datang di sekolah lagi yaa.." teriak Salsa
Aku tersenyum dan kemudian memeluk mereka.
Risa menghampiriku dan memapahku.
"Aku udah sehat Risaaa..." jawabku sambil menepuk pipinya halus.
Risa hanya tertawa-tawa dan menggandeng tanganku.
Sesampainya di kelas....
"Windii...." ujar Wina sambil memelukku
Aku tersenyum dan menyalami mereka.
"Welcome Windii...." sapa yang lainnya.
Aku duduk di kursi ini. Kursi yg sudah dua bulan lamanya aku tinggali, hihi. Kangen sama semua yang ada di kelas ini.
Pelajaran dimulai seperti biasa. Aku dapat mengikuti pelajaran dengan baik, tidak terlalu sulit bagiku.
"Win, masih kepikiran Kak Sandi?" tanya Risa sedikit berbisik
"Bahasnya nanti ya.." jawabku sambil mencatat apa yang ada di papan tulis.
Seusai pelajaran, aku mengajak Risa untuk ke kantin tapi Risa menolaknya.
"Ayo Ris, temenin aku ke kantin. Aku mau beli minum tadi lupa bawa.."
"Gak usah! Mending gak usah ke kantin Win.." kata Risa
"Emangnya ada apa sih? Kok kamu ga mau nemenin aku ke kantin.." pintaku memelas
"Lo mau tau kenapa? Sini gue tunjukin..." kata Risa sambil menarik tanganku keluar.
Aku hanya menurut saja.
Dan ternyata apa yang ku lihat...
Kak Sandi dan Angel sedang makan berdua di kantin.
Agak sedikit nyesek. Kak Sandi menoleh ke arahku. Aku langsung berbalik arah dan berlari menuju kelas. Risa mengejarku. Tuhan, kenapa aku harus melihat pemandangan seperti itu...
Ternyata Kak Sandi mengejarku, saat hendak masuk ke kelas...
"Windii..." ujar Kak Sandi sambil menahanku untuk masuk ke dalam kelas.
Aku segera menghempaskan tanganku yang di genggam oleh Kak Sandi.
"Maaf, mau masuk kelas.." jawabku tanpa menoleh sedikitpun ke arahnya.
Kak Sandi melepaskan tanganku dan membiarkan ku masuk ke dalam kelas.
Tak lama kemudian Risa duduk disampingku.
"Itu alesan kenapa gue gak mau ngajak lo ke kantin, karena gue gak mau ngeliat lo netesin air mata Win.." kata Risa sambil menghapus air mata yang tanpa ku sadari sudah menetes .
Aku memeluk Risa, dan berusaha menghentikan tangisku ini.
Kak Sandi hendak masuk ke kelasku tapi ternyata kekasihnya Angel menarik tangannya.Aku mencoba tahan tangisku ini.
"Aku baik-baik aja Riss..." jawabku pelan.
Risa mencoba menenangkanku.
Bagaimana dengan pentas drama yang akan ditampilkan kurang dari satu bulan ini? Aku harus beradu peran dengan Kak Sandi. Apa aku mampu berperan tanpa air mata ini? Aku yakin air mata ini pasti tertetes saat melihat dirinya.
Tuhan, aku tak mampu menggapainya...
***
"Ris, bagaimana dengan pentas drama nanti?" tanyaku pada Risa saat hendak keluar kelas.
"Nanti pulang sekolah, kita latihan lagi Win.." jawabnya.
Aku hanya menangguk-angguk.
Risa langsung menggandengku menuju ruang drama, di situ sudah banyak teman-teman drama lainnya yang sudah bersiap-siap dengan naskah masing-masing.
Bu Suci menghampiriku.
"Windiii, kamu udah sehat? Yuk latihan lagi.." katanya sambil memelukku.
Aku hanya tersenyum. Lalu mengambil naskah drama ku yang di berikan Bu Suci.
"Ris, Sandi mana?" tanya Bu Suci pada Risa.
"Aku gak tau, Bu.."
Aku membaca lagi naskah drama ini, dan ternyata memang benar. Disini hampir semua peranku, beradu peran dengan Kak Sandi. Apa aku mampu menatap wajahnya? Entah..
10 menit kemudian, Kak Sandi masuk ruangan ini. Dia tersenyum padaku, aku pun membalas senyumnya. Tapi ternyata, Angel mengikutinya. Tuhan, ingin rasanya aku menangis dan berteriak "AKU CEMBURU" ...
Air mata ini semakin menjadi-jadi. Mataku semakin memerah tapi aku tahan semuanya sampai pada akhirnya Bu Suci meminta kami semua untuk berlatih.
Hana mulai membacakan jalan cerita, aku bersiap-siap dengan kostum kupu-kupuku. Kak Sandi berdiri disampingku dengan kostum kakatuanya. Kamu berdua berdiri di atas panggung ini sedangkan di tempat duduk penonton ada Angel yang sedang melihat Kak Sandi berlatih.
Tuhan, aku ingin menangis.....
Tapi aku harus profesional dengan peranku disini, aku tidak boleh tidak konsesn untuk pentas ini. Aku buang jauh-jauh semua perasaan sakit itu. Sepertinya Kak Sandi tau, bahwa aku menahan air mataku.
"Jangan nangis sayang..." bisiknya
Aku tersentak dan seraya menghapus air mataku.
Kemudian latihan drama pun di mulai.
Sekitar 1 jam kami berlatih. Akhirnya usai sudah latihan drama "KUPU-KUPU DAN KAKATUA" ini.
Aku melepas kostum kupu-kupu ini. Kak Sandi menghampiriku.
"Nanti malam, aku telepon ya..." katanya singkat lalu meninggalkanku.
Aku hanya tersenyum-senyum memaksa lebih tepatnya.
"Tuh kayaknya Kak Sandi mau deketin lo lagi Win.." kata Risa
Aku hanya diam dan tertawa-tawa.
Saat hendak keluar ruangan, tiba-tiba...
"Permisi Nona kupu-kupu...." sapa seorang lelaki yang aku pun tidak mengenalinya.
Aku menoleh,
"Siapa ya?" tanyaku.
"Kenalin nama gue Rasya, gue anak drama dari SMA 67.." katanya sambil menyodorkan tangannya.
Aku menjabat tangannya,
"Gue Windi.." jawabku singkat
"Eh kayaknya ga enak kalo ngobrol disini, di "SMILE" aja yuk...." saran Risa.
Rasya pun mengangguk dan kemudian kami menuju Cafe "SMILE" .
Rasya cowok yang mengaku anak drama dari SMA 67 ini memang lumayan memikat. Tapi aku masih bingung kenapa dia tiba-tiba memanggilku "Nona Kupu-kupu".
Perbincangan kali ini ditemani segelas Orange Squash.
"Ada urusan apa lo ke sini?" tanya Risa mengawali perbincangan.
"Haha Bu Suci juga ngajar drama di sekolah gue, dia cerita katanya ada salah satu muridnya yang pinter dan cantik, namanya Windi.." jelasnya sambil melirik ke arahku.
"Oh gitu, terus lo ke sekolah ini buat ketemu gue?" tanyaku
"Ya, itu sih alasan kedua, alasan pertamanya gue pengen liat akting lo.." katanya lagi.
"Ohhh..." jawabku singkat.
Tiba-tiba..
"Sayang mau makan apa?" tedengar suara yg ku kenali, ya Angel.
"Win, ada Kak Sandi sama Angel.." bisik Risa
Aku enggan untuk menoleh ke belakangku. Kata Risa, Kak Sandi senyum padanya.
"Eh, lo kelas berapa Sya?" tanyaku pada Rasya.
"Sama kayak lo Win, kelas 2 juga kok.." jawabnya
"Rumah lo dimana Win?" tanyanya lagi.
"Di perumahan Villa Indah Sya.." jawabku
"Nanti mau di antar pulang?"
"Eh enggak usah Sya, gue pulang sama Risa kok.."
"Yaudah nomer lo aja deh sini.." katanya sambil memberi handphonenya padaku.
Aku pun memasukkan nomer handphoneku di handphonenya.
Terdengar suara Angel di belakangku yang ku pikir ia sengaja mengencangkan suaranya. Aku menjadi risih.
"Ris, pulang yuk.." bisikku pada Risa.
Risa pun mengangguk.
Aku dan Risa pun meminta izin pada Rasya untuk pulang lebih dulu.
Aku naik mobilnya Risa, dan di antar sampai rumah.
Di dalam rumah, aku langsung masuk ke kamar dan mengambil buku catatanku. Aku menangis.
Kak Sandi, menyayangimu begitu sakit. Apa harus ku buang sayang ini.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar