Rabu, 04 Januari 2012

Tuhan, jangan biarkan air mata ini terus menetes...

KUPU-KUPU ITU BERDARAH




Handphoneku bergetar.
Satu nomer yang tidak ku kenali.

*1 message from 082176893422*

From : 082176893422

Windi, ini gue Rasya :) save yaaa..

"Oh Rasya..." gumamku
Aku pun membalasnya.

To : 082176893422

Oke sya....

Setelah itu kami saling berbalas pesan. Ternyata Rasya tinggal di komplek sebelah rumahku. 
Tak lama kemudian Bik Isma masuk ke kamarku.

"Non, ini vitaminnya di minum dulu.." katanya seraya memberikanku sebotol obat.
"Hah? Aku masih sakit Bik? Aku udah sehat kan?" tanyaku heran
"Memangnya orang sehat tidak boleh minum vitamin?" jawab Bik Isma sambil duduk disampingku
Aku hanya tersenyum, kemudian minum vitamin yang diberi Bik Isma.

"Ada acara kemana Non hari sabtu ini?" tanya Bik Isma sambil membereskan kasurku.
"Gak tau nih Bik, di rumah ajaa kali.." jawabku
"Gak jalan sama Mas Sandi Non?" tanya Bik Isma lagi
"Hah? Aduh Bik, jangan sebut namanya dia lagi.." jawabku sambil berjalan keluar kamar.

Bik Isma diam dan meneruskan membereskan kamarku, sedangkan aku duduk di halaman belakang.
Ku duduk di kursi putih panjang yang ada di halaman rumahku. Ku termenung.
"Tuhan, aku sudah sehat. Apakah aku boleh merasakan jatuh cinta..."

Ku pandangi semua bunga-bunga yang tumbuh di halamanku. Cukup banyak koleksi bunga di halaman ini. Karena dulu almh.Bunda ku memang mempunyai hobi berkebun.
Tiba-tiba telepon rumah berdering.
"Bik....tuh telepon rumah bunyi.." teriakku

"Non, ini tuan telepon..." kata Bik Isma mengagetkanku
Aku segera menuju ruang tengah untuk merima telepon.

"Windii.." terdengar suara Ayah yang jauh disana.
"Iya yah, apa kabar?" jawabku
"Baik sayang, kamu? Vitaminnya di minum ya.." pesan Ayah
"Hmm iya yah, tenang aja. Windi baik-baik kok disini, Ayah nggak usah khawatir ya.."
Cukup lama aku dan Ayah berbincang di telepon. Akhirnya Ayah pun menyudahi telepon ini.

Aku segera menuju kamarku. Saat ku lihat handphoneku, ada pesan dari Risa. Katanya hari ini ada latihan drama di rumahnya. Aku pun mengiyakan dan langsung bergegas mandi.
Seusai mandi aku berpakaian.
"Pak, antar aku ke rumah Risa ya.." pintaku pada Pak Surya yang tengah santai minum kopi di depan rumah.
"Oh iya Non, sekarang?" tanyanya lagi
Aku mengangguk dan langsung naik ke mobil.

*Di perjalanan*
"Non, kok Mas Sandi gak pernah ke rumah lagi?" tanya Pak Surya
"Pak, berapa kali sih aku bilang. Jangan pernah sebut nama dia lagi. Aku muak.." jawabku ketus
"Eh iya Non, aduh maafin bapak ya. Gak lagi-lagi deh.." ujar Pak Surya
Aku pun mengangguk.

"Arghhh..mood ku hilang ketika mendengar nama itu.." gerutuku dalam hati
30 menit kemudian sampailah aku di depan rumah Risa.
"Pak nanti gak usah jemput, aku nanti pulang sama Risa.." jawabku pada Pak Surya kemudian mencium tangannya.
Pak Surya pun mengiyakan.

Aku masuk ke rumah Risa dan ternyata di dalam sudah banyak anak-anak drama pastinya ada juga Kak Sandi tapi aku tidak melihat Angel di situ.
"Latihannya nanti sekitar jam 1-an ya, soalnya Bu Suci bari bisa kesini jam segitu.." kata Risa

Semuanya pun sibuk dengan kesibukannya masing-masing. Aku dan Risa hanya ngobrol-ngobrol biasa.
Tiba-tiba...
"Windi, aku mau ngomong.." kata Kak Sandi sambil menarik tanganku.
"Eh iya, gak usah narik-narik dong.." jawabku sambil melepaskan tanganku.

Kak Sandi menarikku ke depan rumah.
"Kamu pasti benci banget ya sama aku.." katanya sambil menatapku
Aku menggeleng.
"Windi, jawab.." katanya lagi.
"Gak ada yang perlu di jawab..." kataku singkat
Kak Sandi mengambil nafas panjang.

"Aku di jodohin sama Angel..." katanya
"Terus?"
"Aku rasa itu gak adil, aku gak sayang sama Angel. Yang aku sayang itu kamu Windi.." katanya sambil menggenggam tanganku.
"Hmmmm..." gumamku

"Please, percaya sama aku Windi.." katanya sambil duduk di depanku
"Yaudah gak usah di bahas ka, mending kita ke dalam aja. Gak enak sama anak-anak yang lain.." jawabku sambil berdiri.
"Tapi Windi.."
"Udah kak gak usah di omongin sekarang.." jawabku memotong pembicaraan Kak Sandi dan langsung masuk ke rumah Risa.

Kak Sandi hanya berdiri mematung sedangkan aku masuk ke rumah Risa.

"Ngomong apaan Kak Sandi?" tanya Risa tiba-tiba.
"Apaan sih udah gak usah di bahas ah, gak penting.." jawabku cuek
"Yeeeee lu mah, penasaran gue Win.." kata Risa mengikutiku duduk di sofa
"Nanti aja aku ceritainnya.." jawabku santai
"Huuuhhh..." helaan nafas Risa menandakan kecewa
Aku hanya tertawa-tawa

Tak lama Kak Sandi masuk dan duduk di samping Tandu.
Kak Sandi melirik ke arahku, aku tidak menghiraukannya.

"Oh iya kita kapan sih pentasnya?" tanyaku pada Tandu.
"Minggu depan Windi.." jawabnya sambil asik berkutik dengan pspnya.

Sementara itu aku hanya diam dan melirik ke arah Kak Sandi yang sedari tadi memperhatikanku.
Tuhan, aku tak bisa sembunyikan perasaan ini. Apa yang di bilang Kak Sandi benar? Bahwa ia menyayangi aku? Bukan Angel? Tuhan, hanya engkau yang tau perasaanku ini.

"Assalamualaikum.." suara Bu Suci sambil mengetuk pintu rumah Risa
"Eh ada Bu Suci Ris.." kata Tandu sambil berjalan untuk membukakan Bu Suci pintu.

Semuanya bersiap-siap dengan teks masing-masing.
Bu Suci masuk dan kami semua pun menyalaminya.

"Loh? Sandi sama Windi kok jauh-jauhan duduknya.." kata Bu Suci sambil menepuk pundak Kak Sandi
Aku hanya tertawa-tawa sedangkan Kak Sandi hanya tersenyum-senyum.
"Yaudah Bu, ayo kita latihan.." kata Kak Sandi berusaha mencairkan suasana.
"Ayoo, nih pakai kostumnya.." jawab Bu Suci sambil memberikan sekantong besar yang berisi kostum-kostum kami.

Kami semua berpakaian kostum masing-masing.
Setelah siap, kami semua berlatih.

"Aku menyayangimu kakatua.." kataku memerankan kupu-kupu.
"Aku lebih menyayangimu kupu-kupu.." jawab Kak Sandi memerankan kakatua

Jujur sebenarnya yang ku ucapakan tadi adalah isi hatiku yang sesungguhnya. Tapi sayang, dialog itu hanya drama.

"Akhirnya kakatu harus merelakan kupu-kupu yang telah pergi untuk selamanya.." Hana membacakan akhir dari cerita Kupu-Kupu dan Kakatua.

Aku pun duduk dan mengelap keringatku.
"Nih.." kata Kak Sandi sambil menyodorkanku sapu tangan.
"Engga, makasih.." jawabku singkat
"Win, please.." katanya sambil memegang tanganku
Aku hanya diam. Bu Suci menoleh ke arahku.

"Oh Windinya lagi ngambek ya..." godanya padaku
"Ah engga Bu.." jawabku sambil melepas tanganku yang di pegangi Kak Sandi.

"Aku tau kamu sayang sama aku.." kata Kak Sandi sambil berlalu dan menaruh sapu tangannya di sampingku
Aku terdiam.

"Gue duluan ya.." kata Tandu sambil mengambil kunci motor yang ada di meja.
"Oh iyaa Ndu, hati-hati ya.." pesan Risa

Setelah Tandu pergi, Rasya mengirimiku pesan.

From : Rasya 
lo dimana Win? ada acara ga? nonton yuk ? :)


Aku pun membalasnya,

To : Rasya
gue lagi di rumahnya Risa Sya, lagi latihan drama




Sekitar 5 menit kemudian dia membalas pesanku,

From : Rasya
rumahnya Risa dimana? gue jemput lo deh.




Risa mendekatiku,
"Sms dari siapa Win?" tanyanya
"Rasya.." jawabku singkat . "Katanya dia mau jemput aku disini Ris.."
"Oh yaudah suruh jemput aja Win, bikin Kak Sandi jealous.." katanya sedikit berbisik
Entah kenapa aku pun segera memberikan alamat Risa kepada Rasya dan menunggu Rasya untuk menjemputku.

"Ibu pulang duluan ya, tuh suami Ibu udah nunggu di depan.." kaya Bu Suci sambil bangkit dari kursinya.
"Oh iya Bu, hati-hati ya..." jawabku sambil mencium tangannya, disusul yang lainnya.

Bu Suci pun keluar dari rumah Risa, sekarang tinggal ada aku, Kak Sandi dan Hana.
"Lo balik sama siapa Han?" tanya Risa
"Sama Yudi lah, haha.." jawabku sambil tertawa
"Lah? Lo pacaran beneran sama Yudi ? Gue kirain gosip doang.." kata Risa ikut tertawa
Hana pun hanya tertawa-tawa.

"Kamu pulang sama siapa Windi?" tanya Kak Sandi.
"Aku pulang sama..." tak selesai aku berbicara tiba-tiba handphoneku berbunyi dan ternyata Rasya sudah ada di depan rumah.
"Eh aku duluan ya Ris, Han, Kak Sandi.." kataku sambil berlalu

"Di jemput siapa dia?" tanya Kak Sandi pada Risa
"Liat aja sendiri Kak.." jawab Risa

Kak Sandi pun keluar rumah dan melihat aku boncengan sama Rasya. Aku menyadari bahwa Kak Sandi melihatku saat itu. Tapi aku tidak menghiraukannya.

"Itu siapa Ris?" tanya Kak Sandi pada Risa sesaat setelah aku pergi.
"Kenalan barunya Windi Kak, Rasya namanya.." jawab Risa singkat

Kak Sandi pun segera pulang. Aku tau pasti ia cemburu melihat aku bersama Rasya, tapi ah entah lah peduli setan dengan itu. Toh aku pun merasakan sakit waktu dia bermesraan dengan Angel. Kalau memang Kak Sandi benar-benar menyayangi aku, seharusnya dia bisa tegas untuk menolak di jodohkan oleh Angel itu. Tapi ah entahlah...

"Mau makan dulu apa nonton dulu?" tanya Rasya mengagetkanku
"Eh kayaknya makan aja ya, soalnya gue takut kemaleman Sya.." jawabku
"Hemm okay Nona kupu-kupu.." jawabnya
"Ish gak usah manggil gitu dong.." jawabku sambil mencubit pinggangnya
"Ih kenapa? Oh iya salah lo kan lebih cantik daripada seekor kupu-kupu.." godanya lagi dan tangan kirinya memegang tanganku yang sedang mencubit pinggangnya.
Aku langsung melepaskan tanganku yang di pegangnya.

Sampailah kita di suatu cafe. Ya tempat anak-anak muda makan. Rasya langsung menggandengku dan menyuruhku duduk di sofa bewarna coklat ini. Suasana cafe yang nyaman, romantis, dekorasinya bagus. Di dominasi warna putih, hitam dan coklat. Suara musik-musik trendy jaman sekarang pun di nyanyikan disini.
Aku terus memperhatikan Cafe ini. Tanpa ku sadari Rasya sudah tidak ada disampingku dan aku lihat dia bertemu dengan seorang Bapak yang cukup berumur, dan ia menghampiriku bersama Bapak itu.

"Windi, ini papah gue.." kata Rasya sambil memegang pundak Bapak itu.

Aku jadi salah tingkah.
"Eh..em iya Om.." jawabku sambil mencium tangannya

"Oh ini pacar kamu Sya, pintar juga kamu cari pacar.." kata Papahnya Rasya sambil menepuk pundak Rasya

Aku dan Rasya hanya terdiam dan tersenyum.

"Selamat menikmati hidangan di Cafe ini yaa calon menantuku.." kata Papahnya Rasya sambil tersenyum ke arahku dan kemudian meninggalkanku.

Aku langsung menarik tangan Rasya.
"Ini Cafe punya bokap lo?" tanyaku
Rasya mengangguk.
"Terus kenapa lo bilang gue pacar lo?" tanyaku sedikit emosi

"Maaf Win, gue gak tau lagi gimana caranya biar bokap gue tuh bangga sama gue. Karena gue bisa punya pacar yang mirip sama alhmarhumah nyokap gue. Dan itu lo Windi.." katanya sambil memegang tanganku dan menatap mataku.

"Nyokap lo udah meninggal? Nyokap gue juga udah gak ada Sya.." jawabku dengan suara merendah

Rasya menatapku.
"Kita sama-sama kehilangan seseorang yang udah bikin kita lahir di dunia ini.."

Aku menahan air mataku.
"Windi, jangan nangis.." kata Rasya sambil menyeka air mataku.

Secara refleks, aku memeluk Rasya.
"Sya, gue kangen nyokap gue.." jawabku sambil terisak
"Windi, udah dong jangan nangis.." katanya berusaha menenangkanku.

Tiba-tiba handphoneku berbunyi.
" Homeeyyy " sebuah nama tertera di layar handphoneku. Ya itu telepon rumahku.

"Haloo, Non Windi dimana?" terdengar suara Bik Isma cukup panik sepertinya
"Ada apa Bik? Kok panik gitu?" jawabku
"Tuan masuk rumah sakit Non..."
"Ayah? Ayah kenapa Bik.." suaraku semakin serak karena tangis.
"Jantungnya Tuan kambuh Non, Non pulang sekarang ya. Kita susul Tuan.."
"Iy Bik.." jawabku

"Sya, anterin gue pulang sekarang..." kataku lemas
"Tenangin dulu hati lo Windi, nih minum dulu.." jawab Rasya sambil menyodorkan air mineral kepadaku
Aku pun meminumnya dan kemudian setelah pamit sama papahnya Rasya, aku pun pulang di antar Rasya.

Di perjalanan aku tak henti-hentinya memanjatkan doa untuk Ayah. Ya Tuhan sembuhkanlah Ayahku, jauhkan ia dari segala penyakit. Aku menangis.

"Sya, doain Ayah gue ya. Biar gak terjadi apa-apa sama dirinya.." kataku pada Rasya

Rasya pun menggangguk.
"Jangan nangis, semuanya bakal baik-baik aja.." jawabnya

Sesampainya dirumah aku langsung masuk dan memeluk Bik Isma....


*bersambung...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar