Selasa, 28 Februari 2012

Cinta Vanilla











"Aduh. Hati-hati dong.." kataku sambil membereskan buku-buku ku yang jatuh berserakan.
"Maaf ya.." jawab seseorang yang telah menubrukku dari depan

Aku diam kemudian menoleh ke seseorang yang menubrukku. Ia membawakan sebagian buku-buku ku yang tadi terjatuh. Aku sempat diam dan mematung. Aku menengok ke atas sedikit karena cowok yang ada di hadapanku ini lumayan tinggi.
"Ya Tuhan, aku masih di dunia kan? Kenapa ada malaikat setampan ini..." gumamku sambil terus memperhatikan cowok ini.

"Hei? Hello.." kata si cowok itu menggoyang-goyangkan kanan kirinya ke depan mataku

Aku jadi gelagapan sendiri. Aku berpura-pura jutek.
"Eh iya, sini buku gue.." kataku ketus sambil mengambil buku dari genggamannya kemudian berlalu dari cowok itu.

Cowok itu hanya diam. Ya Tuhan, ini cowok bodoh apa gimana sih? Apa tadi dia gak sadar kalo aku lagi terpesona sama ketampanannya? Ah entahlah. Eh tapi tunggu dulu, siapa dia? Aku baru melihatnya. Apa dia murid baru? Mungkin. Kelas berapa? Semoga masuk di kelasku. Pertanyaan-pertanyaan sudah menghampiri pikiranku. Eh kenapa tadi aku gak nanya namanya siapa? Oh iya tadi kan aku berpura-pura menjadi cewek jutek di depannya. Ah bodoh bodoh bodoh...

"Lama banget sih lo.." tegur Kak Nitta
"Ada masalah tadi di luar.."
"Masalah apaan?" tanyanya dengan muka sok serius
"Kepo lo ah, hahaha.." jawabku  konyol

Kak Nitta pun diam. Kemudian aku menggodanya.
"Tadi ada cowok ganteng looh, anak baru tuh kayaknya.."

Kak Nitta langsung tersenyum.
"Hah? Serius? Lo liat dimana?"
"Nanti juga lo tau kak.."

Bu Dumira pun masuk ke kelas. Semua anak memberi salam.
"Anak-anak, sepertinya hari ini adalah hari bahagia kalian. Karena kalian akan segera mendapatkan teman baru.." kata Bu Dumira setelah membalas salam dari anak-anak

Aku mulai terpikirkan cowok yang tadi pagi menubrukku. Apa cowok itu yang akan masuk ke kelasku? Tak lama masuklah seorang cowok ke kelasku. Ya itu cowok yang tadi menunbrukku hingga buku-buku ku terjatuh. Dia tersenyum, ya Tuhan senyumannya indah teramat indah...

"Kenalkan diri kamu.." pinta Bu Dumira
"Halo semuanya, nama saya Hafiz. Nama lengkap saya Muhammad Hafiz Arief.  Saya pindahan dari Bandung. Semoga bisa bersahabat.." katanya tegas namun tetap memancarkan senyumannya.
"Ya, ini Hafiz. Semoga kalian semua bisa besahabat dengan baik. Sekarang kamu pilih tempat duduk yang masih kosong.." kata Bu Dumira

Aku masih terbengong-bengong. "Oh namanya Hafiz.."
Hafiz pun duduk di bangku yang ada di belakangku, kebetulan bangku itu kosong. Ia menoleh ke arahku, ia memancarkan lagi senyumannya. Aku pun membalasnya.
"Bodoh. Bodoh! Bodoh sekali kamu Nillaa. Kenapa kamu membalas senyumnya? Kan tadi udah pura-pura jadi cewek jutek di depan dia.." teriakku dalam hati

Aku melupakan sejenak kebodohanku itu. Kemudian berkonsentrasi pada pelajaran pertama hari ini. Bu Dumira menerangkan tentang geometri. Aku angkat bendera putih aja deh sama pelajaran yang satu ini. Tapi ya mau gak mau tetep harus jalanin pelajaran ini. Di kelas aku hanya menahan rasa kantukku dengan memainkan pulpen yang ada di tanganku. Ku menoleh sedikit ke arah belakangku, Hafiz sedang serius mencatat apa pun yang di terangkan Bu Dumira. Apa dia tidak bosan? Tapi menurutku dia sosok cowok yang mahir di bidang ini. Tuh kan bener, baru sekali Bu Dumira ngasih pertanyaan dia udah maju dan menjawab pertanyaan itu dengan tepat. Bu Dumira pun memujinya..

Saat istirahat pertama. Hafiz hanya duduk di tempat duduknya. Beberapa cowok kelasku mencoba akrab dengannya, ya nampaknya meraka semua tak perlu waktu lama untuk saling bercakap-cakap. Maklum lah mereka kan cowok. Aku dan Nitta masih di kelas.
"Kantin yuk Nill?" ajak Nitta
"Gak, lo duluan aja kak. Gua pengen dikelas.."
"Yaudah dah.."
Kak Nitta pun meninggalkanku. Aku masih asyik berkutik dengan handphoneku.

Hafiz menghampiriku.
"Em, lo yang tadi bukan?"
Aku menoleh.
"Iya, kenapa?"
"Terus yang tadi keluar siapa?" tanyanya
"Itu kakak gue, Nitta namanya. Gue Nilla, gue sama dia kembar.." jawabku
"Hah? Kembar? Pantesan mirip banget. Untung gue gak salah ya. Oh iya yang tadi pagi maaf ya.."
Aku menggangguk.
"Iya gak apa-apa. Udah lupain aja.." jawabku

"Oh iya, Hafiz.." katanya samil menjulurkan tangannya
"Iya gue tau, lo udah tau nama gue kan?" jawabku sambil tersenyum jahil
"Hahaha, iya tapi kan seenggaknya salam buat perkenalan.." katanya
Aku pun meraih tangannya.

"Eh ayo ke kantin Fiz.." kata Rino, teman sekelasku.
"Iya iya. Gue ke kantin dulu ya Nill.." katanya padaku
Aku mengganggukkan kepalaku.

Hafiz, Rino dan yang lainnya pun pergi ke kantin. Ah aku ingin berteriak, ya Tuhan aku menggenggam tangan nya. Si pemilik senyum indah itu. Ia ramah, baik, pintar lagi. Huh sepadan dengan wajahnya..
"Aduh Kak Nita mana sih.." gumamku.
Aku ingin segera menceritakan senangnya hatiku ini..

Aku dan Kak Nitta memang saudara kembar. Kami beda 3 menit. Kak Nitta lahir terlebih dulu, di susul aku. Aku dan Kak Nitta adalah piatu. Ibu kandung kami meninggal saat melahirkan kami. Dari bayi aku dan Kak Nitta di rawat bersama seorang wanita yang selama ini ku panggil dengan sebutan "Bunda" . Ia adalah kakak dari Almh.Ibuku. Kata Bunda, Ibu menitipkanku dan Kak Nitta padanya. Jadi sekarang, aku mempunyai dua ibu, hehe. Aku dan Kak Nitta lahir pada tanggal 5 Maret 1995. Aku terlahir dengan nama Vanilla Putri Shabrina, sedangkan Kak Nitta Vanitta Shabrina Putri. Hihi, namaku dan Kak Nitta lucu ya? Kami berdua memiliki kemiripan yang amat sangat spesifik. Mata, mulut, hidung, yang membedakan hanyalah rambut. Kalo rambutku panjang sepinggang, sedangkan Kak Nitta hanyalah sebahu. Aku sama Kak Nitta pun mempunyai banyak kesukaan yang sama. Terutama dalam hal cowok, kami memiliki tipe-tipe cowok yang hampir sama. Jadi kalo aku bilang cowok itu tampan, ia pun akan bilang seperti itu. Tapi jika aku bilang cowok itu biasa aja, ia pun akan beranggapan yang sama.

"Ah lama lo kak, eh eh itu si Hafiz. Cowok yang tadi pagi gue bilang ganteng itu.." kataku sesaat setelah Kak Nitta masuk ke kelas.
"Iya, emang ganteng sih ya. Eh tapi gue belom kenalan Nill sama dia.." kata Kak Nitta dengan senyum-senyuman yang gak jelas
"Telat lo. Tadi dia udah ngajak gue kenalan duluan. Hhaha.." jawabku dengan tertawa yang bebas
Kak Nitta langsung duduk diam. Sepertinya ia menyukai Hafiz..

Jam sekolah pun berbunyi kembali. Tanda bel masuk untuk mengikuti jam terakhir. Hafiz pun masuk ke kelas bersama anak-anak laki yang lainnya. Saat melewati tempat dudukku ia menoleh dan tersenyum kembali kepadaku, aihh.. senyuman indah itu..

Pelajaran terakhir pun di mulai..
Bahasa Inggris, yaa cukup mengasyikkan lah dibanding aku harus kerkutak atik dengan matematika. Aku cukup semangat dengan pelajaran ini. Ku ambil peralatan menulisku dan sebuah buku cetak bahasa inggris.

"Ya sekarang bentuk kelompok ya. Satu kelompok 3 orang, dan kamu Nitta jangan begabung sama adikmu Nilla ya.." perintah Bu Ismi di depan kelas

"Huh lagi-lagi gak satu kelompok sama Kak Nitta.." gerutuku
Semua guru-guru di sekolahku sudah mengetahui kalau aku dan Kak Nitta adalah saudara kembar. Jadi setiap ada kerja kelompok pasti aku selalu di pisah sama Kak Nitta. Mungkin biar engga tertukar ya? Hahaha.
Aku tak perlu mencari-cari kelompok. Dua orang cowok sudah menghampiriku. Hafiz dan Alvi.

"Gue sama lo ya Nill.." ujar Hafiz kemudian duduk di sebelahku
"Oke, duduk deh sini.." jawabku

Kak Nitta pindah tempat duduk. Hafiz duduk di sampingku, sedangkan Alvi duduk di depanku.

"Sekarang sudah yang sudah berkumpul dengan kelompoknya, catat apa yang ada di papan tulis ya.."

" Buatlah sebuah kliping tentang makanan atau minuman. Dibuat menggunakan bahasa inggris lengkap. Setiap kelompok menjelaskan tentang satu jenis minuman atau makanan"


"Kita bikin apa nih?" tanyaku pada Hafiz
"Gimana kalo tentang Vanilla Blue?" jawab Hafiz
"Itu nama gue Fiz..." jawabku dengan muka sinis
"Hahaha, itu minuman favorit gue tau.." kata Hafiz
"Ya terus gimana nih Vi? Setuju gak?" tanyaku pada Alvi
"Gue sih setuju-setuju ajaaa Nill.." jawab Alvi
"Oke! Deal nih ya kita bikin kliping tentang Vanilla Blue.."

Aku pun mencatat apa-apa saja yang akan di persiapkan untuk pembuatan kliping ini. Aku menyadari sedari tadi Hafiz memperhatikanku. Aku ingin menoleh, tapi aku malu..

"Yaudah, jadinya kapan kita bikin kliping ini?" tanyaku sembari memasukkan pulpen ke tempat pensil.
"Giana kalo sabtu ini? Di toko Vanilla Blue langgananku.." kata Hafiz
"Dimana? Udah punya langganan aja. Lo kan baru di Jakarta.." sahut Alvi
"Iya, toko itu buka cabang disini. Aslinya sih di Bandung. Tapi gue tau kok cabangnya di Jakarta.." jawabnya
"Oke deh. Oh iya masukkin nomer lo ya Fiz, nih di hape gue.." kataku sambil menyerahkan handphoneku

Hafiz pun mengambil handphoneku dan memasukkan nomernya. Aku diam-diam memperhatikannya, senyumannya itu sama sekali tak membosanku untuk dipandang. Alvi sepertinya mengetahui kalau aku diam-diam melirik ke arah Hafiz, ia pun menampakkan wajah yang tidak menyenangkan.

"Biasa aja kali ngeliatinnya.." bisiknya dengan suara kecil namun cukup terdengar di telingaku

Aku meliriknya, "Kenapa Vi?"
Alvi menggelengnya. Dan kembali ke tempat duduknya.

"Nih Nill. Udah gue masukkin nomer gue, namanya Hafiz ya.." katanya sambil mengembalikkan handphoneku
Aku tersenyum dan kemudian duduk, Hafiz pun duduk di tempatnya.


"Lo tentang apaan Kak?" tanya pada Kak Nitta yang sedang membereskan buku ke dalam tas.
"Gue sih tentang Pizza. Kalo lo ?"
"Gue tentang Vanilla Blue. Tuh si Hafiz yang ngusulin.."
"Oh, haha. Eh eh dia lumayan juga kalo di liat-liat ya.." katanya sambil berdiri dan bersiap untuk pulang
"Ah lo mah siapa aja dibilang lumayan. Dah ah ni lo yang bawa motor ya.." jawabku sambil menyerahkan kunci motor kepada Kak Nitta.

Aku dan Kak Nitta pun keluar kelas.
"Pulang bareng yuk Nill.." sapa Alvi kepadaku saat sedang menunggu Kak Nitta di gerbang sekolah.
"Gue sama Kak Nitta, Vi.." jawabku
"Yaelah yang kembar. Berdua-dua terus.." ledeknya
Aku hanya tertawa-tawa.

"Yuk pulang Nill, buru ah. Ngantuk gue.." kata Kak Nitta sambil duduk di atas motor.
Aku mengangguk.
"Duluan ya Vi.." kataku pada Alvi

"Eh itu Alvi demen sama lo dek?" tanya Kak Nitta dengan muka sinis
"Apaan sih lo kak! Asal ceplos aja.." jawabku ketus
"Ya, kalo cowok suka sama cewek sih kebaca dek dari cara dia ngomong sama cewek yang dia suka itu.."
Aku diam.

Benarkah apa yang dibilang Kak Nitta? Berarti kalau saja Hafiz peka, ia akan tau jika sedari tadi aku memperhatikannya. Menatap senyumnya. Ah bukankah cowok tidak terlalu peka dibanding cewek? Entahlah. Tapi jika benar Alvi menyukaiku seharusnya Kak Nitta tadi meneteskan air matanya, karena aku tau sudah sejak lama Kak Nitta memendam rasa pada Alvi.



"Gue pinjem jaket lo ye, buat besok gue ngerjain tugas.." kataku pada Kak Nitta
"Iya pake aja Nill. Lo berangkat jam berapa emang?"
"Jam 10-an kak, lo jam berapa?"
"Jam 12 dek. Gue tidur duluan ye, ngantuk.." kata Kak Nitta sambil menarik selimut.
Aku pun mengambil novelku dan membacanya sampai mataku ini mengantuk.

"Deerrtt...Derrttt.."
Getar handphoneku. Sebuah nomer baru.

"Ni gue Hafiz. Save ya.."

Oh Hafiz, aku pun segera menyimpan nomernya. Tapi aku enggan untuk membalasnya, entah kenapa..
Jam sudah menunjukkan pukul 10:00 malam, mataku belum terasa ngantuk. Ada satu pesan lagi dari Hafiz.

"Selamat tidur Vanilla. Besok ngumpul di sekolah kan?" Bales ya?

Aku pun membalasnya,

"Iya, besok ngumpul jam 10 ya di sekolah.."

Kemudian aku meletakkan novel yang ku pegang dan ku rebahkan badanku. Selamat datang dunia mimpi...


***
"Bunda, aku berangkat ke sekolah ya.." kataku pada Bunda yang sedang asyik bermanja-manja dengan tanaman hiasnya
"Iya, hati-hati Nilla. Kakak kamu gak ikut ke sekolah?" tanya Bunda
"Kak Nitta nanti jam 12 Bun, yaudah aku berangkat ya.." kemudian mencium tangan Bunda

Di depan pagar rumah, Alvi sudah menungguku.
"Loh? Alvi? Kita kan gak janjian?"
"Hehehe, iya gue kan gak pengen wanita secantik lo panas-panasan di angkot. Yuk, naik.."
Aku hanya tertawa-tawa kecil yang sebenarnya hanya paksaan. Tapi ya udahlah daripada panas-panasan naik angkot, mending bonceng aja. Mumpung gratis, hahaha.

"Eh lo udah punya pacar belom Vi?" tanyaku pada Alvi
Alvi diam. Kemudian menjawab, "Emang kenapa Nill? Lo mau jadi pacar gue? Gue single kok.."
"Hah? Enggak, cuma nanya aja kali. Pede banget lo, haha.." jawabku

Aih, Alvi single? Baguslah. Aku berniat untuk menjadi "mak jomblang" untuk Alvi dan Kak Nitta. Semoga saja Alvi menyukai Kak Nitta sebagaimana halnya Kak Nitta. Aku ingat waktu pertama kali Kak Nitta cerita bahwa ia menyukai seorang cowok di kelasku, aku berusaha menebak-nebak. Siapa cowok yang dia taksir, karena menurutku cowok kelasku tak ada yang menarik. Tapi ternyata kali ini aku dan Kak Nitta berpendapat berbeda, ia menyukai Alvi.

"Gue suka sama Alvi nih.." katanya ketika aku sedang mengerjakan PR di sebelahnya
"Hah? Alvi? Yakin? Kenapa bisa suka?" tanyaku lagi
"Gak semua perasaan suka ada alasannya kan Nill?"
Aku langsung terdiam.

Ya benera kata Kak Nitta. Perasaan suka bisa datang bahkan tanpa alasan yang masuk akal dan bahkan tanpa alasan. Oke itu curhatan Kak Nitta di suatu malam. Tapi aku yakin sampai sekarang Kak Nitta masih menyimpan rasa itu buat Alvi.

"Dimana si Hafiz ya.." gumamku sambil duduk di kursi taman sekolah
"Nanti juga dateng, ngapain sih berharap gitu.." jawab Alvi ketus
"Dih? Biasa aja kali."

5 menit kemudian, Hafiz datang dan memarkir motornya tepat disamping motor Alvi.
"Yuk berangkat?" ajaknya
"Gue sama siapa nih?" tanyaku
"Sama gue juga boleh Nill.." kata Hafiz
"Yee udah lo sama gue. Kan daritadi emang sama gue.." ujar Alvi sambil duduk di atas motornya
"Yaudah. Lo jalan duluan ya Fiz, gue sama Alvi kan gak tau tempatnya.." kataku pada Hafiz
Hafiz pun menurut kemudian melaju dengan motornya.

"Eh Hafiz ganteng ya.." kataku pada Alvi.
"Ah biasa aja kali.."
"Ih ganteng tau, Kak Nitta pun bilang begitu.."
Alvi diam.
"Lo kenapa Vi? Kok bete gitu sih?" tanyaku
"Gak apa-apa.."
"Oh iya, lo suka sama cewek kayak gimana Vi?" tanyaku lagi

Alvi diam sejenak.
"Yang gue suka tuh kayak lo Vanilla..." katanya dengan nada kecil
"Hah? Apaan Vi? Gue gak denger.." jawabku
"Gak, emang ada apaan kok lo tanya gitu?"
"Sebenernya gue pengen comblangin lo sama Kak Nitta, Vi. Dia itu suka sama lo udah lama.." kataku
"Hah? Kok Nitta? Bukannya lo sih?" katanya
"Hahaha iya Kak Nitta suka sama lo tau Vi.."
"Udah lah gak usah dibahas disini.." kata Alvi

Kemudian sampailah kita di depan cafe yang gak terlalu besar tapi sangat rindang. Hafiz memakirkan motornya di bawah pohon, begitupun Alvi.
"Yaudah, masuk yuk.." kata Hafiz
"Yuk.." aku segera berjalan disamping Hafiz

Kami bertiga duduk di meja nomer 4.
"Mas mas.." panggil Hafiz pada salah satu pelayan yang ada di situ.
"Iya, pesan apa?" jawab Mas pelayan yang ku tau namanya "Joni" seperti itulah yang tertera di bajunya
"Vanilla Blue nya 3, sama banana spitnya tiga ya.." kata Hafiz

Astaga, banana split. Itu kesukaanku .
Alvi mengeluarkan laptopnya. Aku duduk disamping Hafiz, Hafiz mulai bercerita tentang kehidupannya saat di Bandung. Dia bilang di Bandung, cafe ini adalah tempat biasa dia menghabiskan waktu kosongnya. Dan Vanilla Blue adalah santapan favoritnya. Aku merasa ada yang beda dari percakapanku ini. Hafiz pun memuji penampilanku hari ini, katanya aku nampak anggun. Hahaha entah itu jujur atau hanyalah gombalan semata.

"Ketawa-ketawa aja sih. Ayo ini jadi gak ngerjain tugasnya.." gerutu Alvi
Aku dan Hafiz pun berhenti bercakap-cakap, kemudian konsentrasi ke tugas kliping ini. Hafiz membuat pendahuluan. Aku membantunya, Alvi menarik tanganku keluar dari cafe ini.
"Ih apaan sih Vi. Jangan narik-narik dong!" bentakku pada Alvi
"Kenapa sih lo deket-deket sama dia!"
"Deket apa! Gue cuma bantu! Lagian juga ini tugas kelompok kan?"
"Lo gak ngerti perasaan gue! Gue cemburu Vanilla..." jawabnya dengan suara yang merendah

Aku diam. Kemudian duduk di kursi yang ada di depan cafe, Hafiz memperhatikanku dari dalam cafe.
"Cemburu?" tanyaku lagi pada Alvi
"Iya! Gue cemburu lo muji dia, gue cemburu lo deket dia. Gue tuh udah lama suka sama lo Nilla!" kata Alvi dengan suara yang kembali tinggi
"Tapi Vi, gue sama sekali gak ada rasa apa-apa sama lo, gue cuma anggep lo temen gue. Dan gue tau Kakak gue, Kak Nitta suka sama lo Vi.."
"Ya tapi gue sukanya sama lo Nillaaa. Apa gue harus buang rasa ini dan jadiin orang lain pelampiasan dari rasa ini? Enggak kan?"
"Yaudah lah Vi, gak usah bahas ini lagi. Buang rasa itu ya.." kataku sambil berlalu masuk ke dalam cafe

Hafiz masih seperti posisi awal. Duduk sambil menyusun kliping.
"Lama banget sih, tuh Vanilla Blue nya cair deh.." katanya sambil tertawa
Aku hanya tersenyum, kemudian menyeruput Vanilla Blue yang menyegarkan ini. Alvi masuk dengan mata yang sembab. Sepertinya ia habis menetskan air matanya. Dan sepertinya juga ia sudah melupakan kejadian yang tadi.

"Lo kenapa Vi?" tanya Hafiz sambil mengambil sendok kecil kemudian menyendok banana splitnya.
Alvi menggeleng, "Nill, gue minta nomernya Nitta.."
Aku pun segera memberikan nomer Kak Nitta pada Alvi. Kemudian Alvi sepertinya menelepon Kak Nitta lalu menjauh dari aku dan Hafiz.

"Alvi nembak lo ya?" tanya Hafiz
"Tau dari mana?"
"Feeling aja sih, iya kan?"
Aku menggangguk.
"Lo cantik sih.." kata Hafiz

Aku bengong. Ya Tuhan, cowok setampan Hafiz memujiku. Aku tau cantik itu relatif, tapi tidak akan jadi relatif jikalau cowok setampan Hafiz yang memujiku, hahaha.
"Terima kasih Hafiz.." jawabku dengan sedikit tersipu

Tugas kliping gak perlu lama-lama di buat. Gak sampe 2 jam tugas ini udah selesai. Aku dan Hafiz pun bersantai sambil bercanda. Kemudian Hafiz mengucapkan sesuatu yang bikin aku tertawa-tawa.
"Lo asik ya? Gue pikir lo tuh jutek, soalnya kan pertama kita ketemu aja lo udah jutek , beda sama yang ini.."
"Kan dulu gue belum kenal sama lo Fiz.." jawabku

Kemudian masuklah Alvi dan dia bersama Kak Nitta. Aku dan Hafiz sedikit kaget. Jangan-jangan Kak Nitta akan marah-marah padaku karena aku telah membocorkan rahasianya pada Alvi, tapi wajah mereka berdua nampak bahagia. Apa mereka berpacaran? Mungkin..
"Eh Kak, kok ada di sini? Ciye sama Alvi.." kataku pada Kak Nitta yang semakin mendekat

Kak Nitta duduk di sampingku, sedangkan Alvi duduk disamping Hafiz.
"Makasih yaa Nilla, lo udah bilang ke Alvi tentang perasaan gue ke dia, Tapi sayang banget Nill, Alvi sayang nya sama lo, bukan sama gue.." kata Kak Nitta
"Kak, lo jangan ngomong gitu dong. Gue yakin kok suatu saat nanti lo pasti pacaran sama Alvi. Alvi cuma butuh waktu buat buang rasa itu ke gue, dan itu gak perlu waktu lama.." jawabku

"Iya, bener Nitta. Mungkin sekarang gue emang suka sama Nilla, tapi cuma sebatas suka kok. Dan gue juga tau kalo Nilla itu suka sama Hafiz.." kata Alvi

Aku melotot ke arah Alvi.
"Alvi! Kenapa lo bilang gitu.." gumamku dalam hati.
Ya Tuhan, aku malu. Malu sekali, aku belum siap kalau Hafiz harus mengetahui bahwa aku sudah mulai menyukainya. Karena ku takut, jika ia sudah tahu bahwa aku menyukainya, ia akan menghindar. Tapi mau gimana lagi, Alvi sudah berucap demikian, di depan Hafiz pula..

"Bener apa yang di bilang Alvi, Nill?" tanya Hafiz
Aku bingung untuk menjawab, "emm..iya itu bener.."
"Aku juga suka sama kamu, aku juga senyum kamu, aku suka wajah kamu, aku suka mata imut kamu, aku suka rambut kamu.."
Aku tercengang. Kak Nitta pun begitu. Oh Tuhan, apa itu sungguh ucapan dari hatinya? Hatiku terasa melayang, semoga tak akan dijatuhkan dengan hempasan yang menyakitkan..

"Vanilla, wanna be my girlfriend?"
Tiba-tiba saja Hafiz berlutut di hadapanku dan membuka tangannya.

Ingin rasanya aku teteskan air mata bahagia ini. Tapi aku bingung harus menjawab apa, jujur aku memang menyukainya. Tapi kalau sayang, belum. Mungkin suatu saat nanti sayang itu akan muncul. Dan tanpa lama-lama lagi, aku pun menggangguk dan meraih tangannya. Alvi kemudian pindah duduk di samping Kak Nitta, ia pun melalukan apa yang dilakukan Hafiz kepadaku.

                                                     Ia berlutut di depan Kak Nitta dan berkata,
"Vanitta, wanna be my girlfriend?"
Dan Kak Nitta pun mengatakan "Ya" .

Hari ini tepat tanggal 23 Januari 2012, adalah hari jadi aku dan Hafiz, Kak Nitta dan Alvi. Siang ini, di sebuah cafe kecil di pinggir kota, berteman 3 gelas Vanilla Blue dan 3 porsi banana split telah merubah hari ini menjadi hari yang amat sangat istimewa. Hafiz, aku menyayangimu sejak pertama kamu bilang "Vanilla, wanna be my girlfriend?" . Terima kasih Tuhan, engkau telah mengirimkan ciptaanmu untuk melengkapi hariku dan menciptakan alasan mengapa aku jadi menyukai Vanilla Blue..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar