Senin, 27 Februari 2012

Malam itu, 23 Februari 2012...

Mataku lebih tegar daripada hatiku.
Mataku mampu menahan airnya ketika melihatmu memuji dia disana.
Tapi hatiku?
Hatiku rapuh, lemah, tak berdaya.
Satu kata, kecewa

Jangan salahkan aku yang masih terpikirkan semua tentangmu.
Jangan pula salahkan airmataku.
Airmataku lebih sempurna dibandingmu.
Ia selalu menemaniku kala aku sendiri, sepi.
Tak seperti kamu.

Aku sendiri, tertatih melihat kebahagiaanmu bersamanya.
Aku menyayangimu, setulus tulusnya.
Meski ku tau sayangku dibalas dengan kemunafikan.
Semua ketulusan yang dulu berseri, sekarang pergi tanpa izin.

Bantu aku, melupakan semua kebahagiaan yang terlalu indah itu.
Bantu aku, membuang semua rasa tulus yang ada.
Bantu aku, menjadi lebih kuat
Lebih kuat atas balasan yang jauh dari kata tulus yang ku berikan.

Entah bodoh atau tolol.
Aku masih terus menerus menangis, menangisimu.
Maaf aku yang salah.
Aku terlalu bodoh untuk menyayangimu teramat dalam.
Percuma. Ya percuma...

Sekarang sesal pun percuma.
Pergimu tak akan kembali lagi.
Sendiriku berteman sisa ketulusan yang ada.
Kembalimu pun tak akan ku harapkan.
Cukup sudah kemunafikan ini terungkap.
Sedih pun percuma.
Terima kasih atas semuanya.
Jangan datang lagi.
Jangan ungkap janji lagi.
Aku muak, aku benci.

Aku akan mencoba melupakan ini.
Semoga gak akan ada penyesalan.
Aku gak terima maaf lagi.


3 komentar: