Yurita dan Johan
( oleh : Rizki Kusuma Wardani )
( oleh : Rizki Kusuma Wardani )
“Aku gak bisa..”
“Kenapa? Aku janji akan selalu ada buat kamu..”
“Aku gak bisa, Jo..”
“Gak bisa kenapa, Yur?”
“Aku gak bisa nerima semua janji-janji itu, aku terlalu muak. Aku terlalu lelah sama semua janji-janji gak bermutu itu..”
“Kali ini aku serius sama kamu..” kata Johan sambil menatap mata Yurita
“Kenapa? Aku janji akan selalu ada buat kamu..”
“Aku gak bisa, Jo..”
“Gak bisa kenapa, Yur?”
“Aku gak bisa nerima semua janji-janji itu, aku terlalu muak. Aku terlalu lelah sama semua janji-janji gak bermutu itu..”
“Kali ini aku serius sama kamu..” kata Johan sambil menatap mata Yurita
Yurita menangis. Dalam hati berkata, buktikan semua
janjimu itu, Jo. Jangan hanya berbicara. Aku terlalu penat dengan semua
kegelisahan ini. Yakinkan aku jika kamu benar-benar mencintaiku, Jo. Kamu
datang dengan janji-janji lagi, sedangkan dulu? Kamu pergi membawa
janji-janjimu yang belum kamu tepati. Apa yang harus aku percayai akan dirimu
sekarang? Adakah satu alasan yang membuatku mau menerimamu lagi?
Jo menghapus tetesan air mata Yurita.
“Tolong, percaya sama aku. Aku sadar, karma sudah menghampiriku sekarang, aku sadar aku membutuhkanmu. Kamu yang benar-benar mencintaiku, dulu aku datang ke hati dia, ya hati yang salah. Hati yang seharusnya gak aku sambut. Aku sadari semua itu, Yur. Tolong terima aku lagi..” sambil berlutut
“Tolong, percaya sama aku. Aku sadar, karma sudah menghampiriku sekarang, aku sadar aku membutuhkanmu. Kamu yang benar-benar mencintaiku, dulu aku datang ke hati dia, ya hati yang salah. Hati yang seharusnya gak aku sambut. Aku sadari semua itu, Yur. Tolong terima aku lagi..” sambil berlutut
“Bangun, Jo. Jangan berlutut seperti itu..”
“Kamu ingat saat pertama kali aku memintamu untuk menjadi kekasihku? Aku berlutut seperti ini. Membawakan bunga-bunga indah untukmu..”
“Ya, aku ingat. Tapi semua itu terasa sampah saat aku tau kalau kamu lebih memilih bersamanya dibanding aku...”
Air mata itu tertetes lagi.
“Kamu ingat saat pertama kali aku memintamu untuk menjadi kekasihku? Aku berlutut seperti ini. Membawakan bunga-bunga indah untukmu..”
“Ya, aku ingat. Tapi semua itu terasa sampah saat aku tau kalau kamu lebih memilih bersamanya dibanding aku...”
Air mata itu tertetes lagi.
Johan tertunduk.
“Aku mencintai kamu, Yurita..” bisiknya
“Aku mencintai kamu, Yurita..” bisiknya
Johan adalah sosok lelaki yang memiliki sifat teguh pada
pendiriannya. Tapi terkadang ia amat sangat menjengkelkan. Aku ingat 2 tahun
yang lalu, saat hubungan ini sempat terputus, ya Johan pernah memutuskan
hubungan ini karena ada seorang wanita di luar sana. Sakit? Engga. Sedih?
Engga. Cuma satu, kecewa. Merelakannya untuk bersama yang lain itu bukan
sesuatu yang mudah. Aku ingat kata-kata terakhirnya,
“Lupain aku ya, Yur. Maaf kalau aku udah nyakitin kamu..”
Ya. Itu kata terakhirnya. Dia memilih untuk melupakanku
dan memilih untuk bersama wanita itu. Aku menangis pun percuma, semuanya tak
akan kembali lagi. Johan sudah memilih jalan untuk bersama wanita itu dan
mengehempaskan hubungannya denganku yang sudah berjalan gak sebentar ya...
Aku hanya menunggu, menunggu karma datang kepadanya. Dan benar saja, sekarang ia datang padaku lagi. Menceritakan semua kesalahan yang telah di perbuatnya dulu. Maaf, bukannya aku tak ingin memaafkanmu, aku masih belum mempercayai semuanya. Aku hanya perlu beberapa waktu untuk kembali seutuhnya menyayangimu seperti dulu. Sayangku tulus, tapi sayang kamu mengacuhkannya.
Aku hanya menunggu, menunggu karma datang kepadanya. Dan benar saja, sekarang ia datang padaku lagi. Menceritakan semua kesalahan yang telah di perbuatnya dulu. Maaf, bukannya aku tak ingin memaafkanmu, aku masih belum mempercayai semuanya. Aku hanya perlu beberapa waktu untuk kembali seutuhnya menyayangimu seperti dulu. Sayangku tulus, tapi sayang kamu mengacuhkannya.
“Please, terima aku lagi. Sekali lagi, izinin aku buat
ada di hati kamu untuk selamanya..” ujar Johan sambil menggenggam tangan
Yurita.
“Aku masih belum bisa sembuhin luka aku yang dulu
digoresin sama kamu..” jawab Yurita
“Iya. Biarin aku yang sembuhin luka itu, aku janji akan
buang jauh-jauh semua luka itu. Aku mohon, biarin aku ganti semua itu dengan
ini..” katanya sambil berlutut kemudian mengeluarkan sesuatu dari kantongnya
“Yurita. Will you marry me?”
Ya, Tuhan..
Johan menginginkan aku untuk menjadi istrinya. Astaga,
ini mimpi? Kalau memang ini mimpi, bangunkan aku ya Tuhan.. Aku ingin menjadi
istrinya di alam nyata, bukan mimpi. Ia meminangku disini, di taman tempat
pertama kali kita di pertemukan. Sebuah cincin emas dipegangnya..
“Jawab aku, Yurita..”
Aku masih terdiam. Aku bingung harus bagaimana. Aku ingin
mengganggukkan kepala ini tapi masih ada keraguan dihatiku. Aku pun memberikan
satu pertanyaan untuk Johan.
“Tolong yakinkan aku, bila ini serius. Aku ingin besok
pagi-pagi sekali kamu datang ke rumahku untuk meyakinkan kedua orang tuaku.
Bilamana mereka setuju, aku pun akan setuju..”
“Oke. Itu gak masalah, Yur. Aku mencintaimu dari dulu
hingga sekarang...”
Keesokan harinya, pukul 3 pagi. Johan mempersiapkan
semuanya untuk di bawa ke rumah Yurita. Ia merapihkan jas hitam, dasi
kupu-kupunya dan kemudian membawa serta kedua kakaknya dan budenya. Sebenarnya
ia ingin membawa serta kedua orang tuanya tapi sayang kedua orang tuanya telah
berpulang ke yang Maha Agung.
“Assalamualaikum Mah, Pah, aku akan meminang Yurita,
gadis yang dulu kalian banggakan itu. Aku senang kalian sempat mengenalnya
meskipun kalian tak dapat hadir dihari
bahagia ini. Mah, Pah, bantu doa ya semoga hari ini lancar. Aku gak
berharap apa-apa. Aku hanya berharap semoga Yurita mau menemaniku, mendampingi
hidupku sampai maut menjemput, seperti Mamah dan Papah. Wassalamualaikum Mah,
Pah..” kata Johan sambil memandang foto kedua orang tuanya.
“Kak, lo pegang bunga ini ya. Nanti lo kasih ke Yurita..”
kata Johan kepada Kak Andre
“Kok gue yang kasih? Kenapa gak lo aja?”
“Gue nanti yang kasih cincinnya, Kak..”
“Kok gue yang kasih? Kenapa gak lo aja?”
“Gue nanti yang kasih cincinnya, Kak..”
Kak Andre menggangguk. Dan kemudian mengambil kunci mobil
yang ada di meja.
“Gue aja yang bawa mobilnya, Kak..” kata Johan
“Yee, lo duduk aja di belakang. Biar gue yang bawa..” jawab Kak Andre
“Udah sini gue yang bawa..” kata Johan sambil merampas kunci mobil yang di pegang Kak Andre
“Ya, udah terserah lo aja deh..”
“Yee, lo duduk aja di belakang. Biar gue yang bawa..” jawab Kak Andre
“Udah sini gue yang bawa..” kata Johan sambil merampas kunci mobil yang di pegang Kak Andre
“Ya, udah terserah lo aja deh..”
Johan pun duduk di belakang setir mobil. Kak Andre, Kak
Dion dan Bude Suci pun masuk dan duduk di dalam mobil. Semuanya sudah siap. Oh
iya Johan lupa mengirimkan pesan untuk Yurita, permata hatiku..
“ Sayang, aku
on the way ke rumah kamu. See u honey”
Johan mengendarai mobil dengan perasaan hati yang tak
menentu. Antara senang, bercampur was-was. Bude Suci menceramahiku, beliau
menjelaskan apa-apa saja yang harus aku lakukan jikalau kelak aku akan menjadi
imam bagi Yurita, gadis cantik itu. Tapi
di tengah-tengah perjalanan..
Johan kehilangan konsentrasi mengemudinya. Jalanan di depan
semakin menurun, rem mobil blong. Kak Andre berusaha mengambil alih kemudi,
namun naas. Mobil itu menabrak pohon besar. Johan terbanting ke depan setir,
kepalanya berdarah. Ia tak sadarkan diri. Bude Suci pun begitu, Kak Dion dan
Kak Andre hanya terbentur sedikit, Kak Dion luka di kepalanya, sedangkan Kak
Andre hanya lecet. Kak Andre langsung berusaha mengeluarkan Johan dari dalam
mobil, Kak Dion mengeluarkan Bude Suci.
Handphone Johan berdering. “My Pretty” .
“Pasti ini Yurita..” gumam Kak Andre sebelum mengangkat teleponnya
“Pasti ini Yurita..” gumam Kak Andre sebelum mengangkat teleponnya
“Yur, kita kecelakaan! Di jalan Kemuning 3. Tolong
kesini, Johan gak sadar..”
Telepon terputus.
Kak Andre buru-buru menelepon Rumah Sakit terdekat untuk
membawa Johan dan Bude Suci. 20 menit kemudian ambulance tak kunjung datang,
namun Yurita datang dan langsung berteriak memanggil-manggil Johan.
“ Ya Tuhan.. Johan bangun sayang..” kata Yurita sambil
mengelus-ngelus kening Johan.
“Kak, Johan gak sadar..” kata Yurita pada Kak Andre yang sedang was-was menunggu ambulance.
“Iya, sabar. Tunggu ambulance, gak lama lagi..”
“Kak, Johan gak sadar..” kata Yurita pada Kak Andre yang sedang was-was menunggu ambulance.
“Iya, sabar. Tunggu ambulance, gak lama lagi..”
Dan benar saja, ambulance datang. Kak Dion menggotong
Bude Suci ke ambulance. Yurita masih menggenggam tangan Johan, berharap ia akan
segara sadar. Kak Andre menggotong Johan. Yurita duduk di samping Johan sambil
terus membisikkan doa-doa di telinganya.
Yurita menangis. Kemudian ia memegang nadi di tangannya
Johan, nadinya tak bergerak. Terhenti. Yurita panik..
“Kak! Johan nadinya berhenti..”
Kak Andre mencoba menaruh tangannya di jantungnya Johan, ternyata benar. Jantungnya terhenti. Innalillahi. Johan berpulang..
Kak Andre mencoba menaruh tangannya di jantungnya Johan, ternyata benar. Jantungnya terhenti. Innalillahi. Johan berpulang..
Yurita menangis sejadi-jadinya. Ia terus menyebut-nyebut
nama Johan dan menciumi kening Johan. Sesampainya di rumah sakit, aku masih
berusaha keras menyuruh dokter untuk menyelamatkan Johan. Tapi dokter bilang,
benturan keras di kepala Johan mengakibatkan nyawanya tak dapat di tolong lagi.
Sementara itu, Bude Suci selamat. Hanya luka sedikit di bagian kepalanya..
Pagi, pukul 07:00 aku terduduk sendiri di depan kamar
jenazah. Dimana ada Johan yang tak bernyawa sedang tertidur disana.
“Yur, ini bunga dari Johan. Tadi sebelum berangkat, dia
nyuruh gue buat ngasih bunga ini ke lo..” kata Kak Andre
“Sabar ya, Yur. Ini rencana Tuhan, kita gak bisa
mengelak..” kata Kak Dion sambil mengusap-usap kepala Yurita
Yurita menangis. Ya Tuhan, apa ini rencanamu?
Memanggilnya di hari bahagia ini? Kenapa?!
Bude Suci berusaha menenangkanku saat aku menyaksikan
jenazah calon suami ku, Johan tengah di kafani. Entah berapa banyak air mata
tertetes di pagi ini. Aku benar-benar kehilangan, kehilangan orang yang baru
akan menepati janjinya. Tuhan, jaga dia untukku disana.
Di pemakaman, Yurita menaruh kotak kecil, berisi cincin
yang tadinya akan diberikan kepadanya. Semoga cincin ini akan mempersatukan
kami di alam sana nanti.
Tuhan, terima kasih atas cinta yang kau beri...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar