Senin, 05 Maret 2012

Yurita dan Johan


Yurita dan Johan
( oleh : Rizki Kusuma Wardani )
“Aku gak bisa..”
“Kenapa? Aku janji akan selalu ada buat kamu..”
“Aku gak bisa, Jo..”
“Gak bisa kenapa, Yur?”
“Aku gak bisa nerima semua janji-janji itu, aku terlalu muak. Aku terlalu lelah sama semua janji-janji gak bermutu itu..”
“Kali ini aku serius sama kamu..” kata Johan sambil menatap mata Yurita
Yurita menangis. Dalam hati berkata, buktikan semua janjimu itu, Jo. Jangan hanya berbicara. Aku terlalu penat dengan semua kegelisahan ini. Yakinkan aku jika kamu benar-benar mencintaiku, Jo. Kamu datang dengan janji-janji lagi, sedangkan dulu? Kamu pergi membawa janji-janjimu yang belum kamu tepati. Apa yang harus aku percayai akan dirimu sekarang? Adakah satu alasan yang membuatku mau menerimamu lagi?
Jo menghapus tetesan air mata Yurita.
“Tolong, percaya sama aku. Aku sadar, karma sudah menghampiriku sekarang, aku sadar aku membutuhkanmu. Kamu yang benar-benar mencintaiku, dulu aku datang ke hati dia, ya hati yang salah. Hati yang seharusnya gak aku sambut. Aku sadari semua itu, Yur. Tolong terima aku lagi..” sambil berlutut
“Bangun, Jo. Jangan berlutut seperti itu..”
“Kamu ingat saat pertama kali aku memintamu untuk menjadi kekasihku? Aku berlutut seperti ini. Membawakan bunga-bunga indah untukmu..”
“Ya, aku ingat. Tapi semua itu terasa sampah saat aku tau kalau kamu lebih memilih bersamanya dibanding aku...”
Air mata itu tertetes lagi.
Johan tertunduk.
“Aku mencintai kamu, Yurita..” bisiknya
Johan adalah sosok lelaki yang memiliki sifat teguh pada pendiriannya. Tapi terkadang ia amat sangat menjengkelkan. Aku ingat 2 tahun yang lalu, saat hubungan ini sempat terputus, ya Johan pernah memutuskan hubungan ini karena ada seorang wanita di luar sana. Sakit? Engga. Sedih? Engga. Cuma satu, kecewa. Merelakannya untuk bersama yang lain itu bukan sesuatu yang mudah. Aku ingat kata-kata terakhirnya,
“Lupain aku ya, Yur. Maaf kalau aku udah nyakitin kamu..”
Ya. Itu kata terakhirnya. Dia memilih untuk melupakanku dan memilih untuk bersama wanita itu. Aku menangis pun percuma, semuanya tak akan kembali lagi. Johan sudah memilih jalan untuk bersama wanita itu dan mengehempaskan hubungannya denganku yang sudah berjalan gak sebentar ya...
Aku hanya menunggu, menunggu karma datang kepadanya. Dan benar saja, sekarang ia datang padaku lagi. Menceritakan semua kesalahan yang telah di perbuatnya dulu. Maaf, bukannya aku tak ingin memaafkanmu, aku masih belum mempercayai semuanya. Aku hanya perlu beberapa waktu untuk kembali seutuhnya menyayangimu seperti dulu. Sayangku tulus, tapi sayang kamu mengacuhkannya.
“Please, terima aku lagi. Sekali lagi, izinin aku buat ada di hati kamu untuk selamanya..” ujar Johan sambil menggenggam tangan Yurita.
“Aku masih belum bisa sembuhin luka aku yang dulu digoresin sama kamu..” jawab Yurita
“Iya. Biarin aku yang sembuhin luka itu, aku janji akan buang jauh-jauh semua luka itu. Aku mohon, biarin aku ganti semua itu dengan ini..” katanya sambil berlutut kemudian mengeluarkan sesuatu dari kantongnya
“Yurita. Will you marry me?”
Ya, Tuhan..
Johan menginginkan aku untuk menjadi istrinya. Astaga, ini mimpi? Kalau memang ini mimpi, bangunkan aku ya Tuhan.. Aku ingin menjadi istrinya di alam nyata, bukan mimpi. Ia meminangku disini, di taman tempat pertama kali kita di pertemukan. Sebuah cincin emas dipegangnya..
“Jawab aku, Yurita..”
Aku masih terdiam. Aku bingung harus bagaimana. Aku ingin mengganggukkan kepala ini tapi masih ada keraguan dihatiku. Aku pun memberikan satu pertanyaan untuk Johan.
“Tolong yakinkan aku, bila ini serius. Aku ingin besok pagi-pagi sekali kamu datang ke rumahku untuk meyakinkan kedua orang tuaku. Bilamana mereka setuju, aku pun akan setuju..”
“Oke. Itu gak masalah, Yur. Aku mencintaimu dari dulu hingga sekarang...”
Keesokan harinya, pukul 3 pagi. Johan mempersiapkan semuanya untuk di bawa ke rumah Yurita. Ia merapihkan jas hitam, dasi kupu-kupunya dan kemudian membawa serta kedua kakaknya dan budenya. Sebenarnya ia ingin membawa serta kedua orang tuanya tapi sayang kedua orang tuanya telah berpulang ke yang Maha Agung.
“Assalamualaikum Mah, Pah, aku akan meminang Yurita, gadis yang dulu kalian banggakan itu. Aku senang kalian sempat mengenalnya meskipun kalian tak dapat hadir dihari  bahagia ini. Mah, Pah, bantu doa ya semoga hari ini lancar. Aku gak berharap apa-apa. Aku hanya berharap semoga Yurita mau menemaniku, mendampingi hidupku sampai maut menjemput, seperti Mamah dan Papah. Wassalamualaikum Mah, Pah..” kata Johan sambil memandang foto kedua orang tuanya.
“Kak, lo pegang bunga ini ya. Nanti lo kasih ke Yurita..” kata Johan kepada Kak Andre
“Kok gue yang kasih? Kenapa gak lo aja?”
“Gue nanti yang kasih cincinnya, Kak..”
Kak Andre menggangguk. Dan kemudian mengambil kunci mobil yang ada di meja.
“Gue aja yang bawa mobilnya, Kak..” kata Johan
“Yee, lo duduk aja di belakang. Biar gue yang bawa..” jawab Kak Andre
“Udah sini gue yang bawa..” kata Johan sambil merampas kunci mobil yang di pegang Kak Andre
“Ya, udah terserah lo aja deh..”
Johan pun duduk di belakang setir mobil. Kak Andre, Kak Dion dan Bude Suci pun masuk dan duduk di dalam mobil. Semuanya sudah siap. Oh iya Johan lupa mengirimkan pesan untuk Yurita, permata hatiku..
“ Sayang, aku on the way ke rumah kamu. See u honey”
Johan mengendarai mobil dengan perasaan hati yang tak menentu. Antara senang, bercampur was-was. Bude Suci menceramahiku, beliau menjelaskan apa-apa saja yang harus aku lakukan jikalau kelak aku akan menjadi imam bagi Yurita, gadis cantik itu.  Tapi di tengah-tengah perjalanan..
Johan kehilangan konsentrasi mengemudinya. Jalanan di depan semakin menurun, rem mobil blong. Kak Andre berusaha mengambil alih kemudi, namun naas. Mobil itu menabrak pohon besar. Johan terbanting ke depan setir, kepalanya berdarah. Ia tak sadarkan diri. Bude Suci pun begitu, Kak Dion dan Kak Andre hanya terbentur sedikit, Kak Dion luka di kepalanya, sedangkan Kak Andre hanya lecet. Kak Andre langsung berusaha mengeluarkan Johan dari dalam mobil, Kak Dion mengeluarkan Bude Suci.
Handphone Johan berdering. “My Pretty” .
“Pasti ini Yurita..” gumam Kak Andre sebelum mengangkat teleponnya
“Yur, kita kecelakaan! Di jalan Kemuning 3. Tolong kesini, Johan gak sadar..”
Telepon terputus.
Kak Andre buru-buru menelepon Rumah Sakit terdekat untuk membawa Johan dan Bude Suci. 20 menit kemudian ambulance tak kunjung datang, namun Yurita datang dan langsung berteriak memanggil-manggil Johan.
“ Ya Tuhan.. Johan bangun sayang..” kata Yurita sambil mengelus-ngelus kening Johan.
“Kak, Johan gak sadar..” kata Yurita pada Kak Andre yang sedang was-was menunggu ambulance.
“Iya, sabar. Tunggu ambulance, gak lama lagi..”
Dan benar saja, ambulance datang. Kak Dion menggotong Bude Suci ke ambulance. Yurita masih menggenggam tangan Johan, berharap ia akan segara sadar. Kak Andre menggotong Johan. Yurita duduk di samping Johan sambil terus membisikkan doa-doa di telinganya.
Yurita menangis. Kemudian ia memegang nadi di tangannya Johan, nadinya tak bergerak. Terhenti. Yurita panik..
“Kak! Johan nadinya berhenti..”
Kak Andre mencoba menaruh tangannya di jantungnya Johan, ternyata benar. Jantungnya terhenti. Innalillahi. Johan berpulang..
Yurita menangis sejadi-jadinya. Ia terus menyebut-nyebut nama Johan dan menciumi kening Johan. Sesampainya di rumah sakit, aku masih berusaha keras menyuruh dokter untuk menyelamatkan Johan. Tapi dokter bilang, benturan keras di kepala Johan mengakibatkan nyawanya tak dapat di tolong lagi. Sementara itu, Bude Suci selamat. Hanya luka sedikit di bagian kepalanya..
Pagi, pukul 07:00 aku terduduk sendiri di depan kamar jenazah. Dimana ada Johan yang tak bernyawa sedang tertidur disana.
“Yur, ini bunga dari Johan. Tadi sebelum berangkat, dia nyuruh gue buat ngasih bunga ini ke lo..” kata Kak Andre
“Sabar ya, Yur. Ini rencana Tuhan, kita gak bisa mengelak..” kata Kak Dion sambil mengusap-usap kepala Yurita
Yurita menangis. Ya Tuhan, apa ini rencanamu? Memanggilnya di hari bahagia ini? Kenapa?!
Bude Suci berusaha menenangkanku saat aku menyaksikan jenazah calon suami ku, Johan tengah di kafani. Entah berapa banyak air mata tertetes di pagi ini. Aku benar-benar kehilangan, kehilangan orang yang baru akan menepati janjinya. Tuhan, jaga dia untukku disana.  
Di pemakaman, Yurita menaruh kotak kecil, berisi cincin yang tadinya akan diberikan kepadanya. Semoga cincin ini akan mempersatukan kami di alam sana nanti.
Tuhan, terima kasih atas cinta yang kau beri...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar