“Kenapa harus ada
pertemuan kalo akhirnya di pisahin?”
Hanya satu pertanyaan itu yang terus ada di pikiranku, kenapa harus ada perpisahan ini? Perpisahan dari pertemuan yang amat indah. Ya Tuhan, lebih baik tak usah kau pertemukan aku dengannya jikalau hanyalah perpisahan yang terjadi. Apakah kau mempunyai maksud lain dari semua kehendakmu? Tuhan, beri aku jawaban atas semua ini..
Hanya satu pertanyaan itu yang terus ada di pikiranku, kenapa harus ada perpisahan ini? Perpisahan dari pertemuan yang amat indah. Ya Tuhan, lebih baik tak usah kau pertemukan aku dengannya jikalau hanyalah perpisahan yang terjadi. Apakah kau mempunyai maksud lain dari semua kehendakmu? Tuhan, beri aku jawaban atas semua ini..
“Kita putus..”
Satu pesan dari Rafa malam ini, ya satu . Satu pesan saja di hari ini, satu-satunya dan gak akan pernah ada lagi pesan darinya. Aku masih diam, tak bicara. Hatiku kacau, pikiranku tak menentu. Tuhan, inikah yang kau bilang “Cinta” ? Inikah yang kau bilang “Janji” ? Mengapa begitu sakit, mengapa begitu menyiksa? Aku masih terpaku, terdiam menatap pesan dari Rafa.
“Kita putus..” 2 kata itu amat sangat membuatku di rundung sedih, gundah, kecewa. Apakah semua yang di awali dengan kebersamaan harus berpisah hanya dengan 2 kata menyakitkan itu? Aku mengacuhkan pesan dari Rafa, tak lama Rafa mengirim pesan lagi,
“Jangan ganggu gue lagi. Gue mau jauh dari lo..”
Cukup! Cukup kirimi aku pesan jika hanya ingin membuat hatiku semakin hacur. Ya Tuhan...
Satu pesan dari Rafa malam ini, ya satu . Satu pesan saja di hari ini, satu-satunya dan gak akan pernah ada lagi pesan darinya. Aku masih diam, tak bicara. Hatiku kacau, pikiranku tak menentu. Tuhan, inikah yang kau bilang “Cinta” ? Inikah yang kau bilang “Janji” ? Mengapa begitu sakit, mengapa begitu menyiksa? Aku masih terpaku, terdiam menatap pesan dari Rafa.
“Kita putus..” 2 kata itu amat sangat membuatku di rundung sedih, gundah, kecewa. Apakah semua yang di awali dengan kebersamaan harus berpisah hanya dengan 2 kata menyakitkan itu? Aku mengacuhkan pesan dari Rafa, tak lama Rafa mengirim pesan lagi,
“Jangan ganggu gue lagi. Gue mau jauh dari lo..”
Cukup! Cukup kirimi aku pesan jika hanya ingin membuat hatiku semakin hacur. Ya Tuhan...
“Lo putus sama Rafa, Mit?” tanya Hana ketika di sekolah.
“Lo tau dari mana, Na?” jawabku dengan suara kecil.
“Gue liat status hubungan Rafa di facebook. Statusnya single. Ada masalah apa Mit? Bukannya selama ini lo baik-baik aja sama dia?” lanjut Hana.
“Gue gak tau Na, udah ya gak usah di bahas. Gue pusing, Na..” jawabku sambil menundukkan kepalaku di meja kelas.
Ternyata Rafa serius. Dia
benar-benar ingin jauh dariku, ada apa? Kenapa harus secepat ini? Aku saja
belum tau kalau dia mengganti status hubungannya di facebook. Ah pagi yang tak
menyenangkan. Menangis lagi...
Sekarang rasanya malas membuka facebook. Entah kenapa..
Aku sekarang sendiri, Rafa pergi dariku..
Segampang itukah mengucap kata “putus” ? Tak pernahkah ia ingat semua kebahagiaan yang pernah ada? Semua canda tawa yang pernah terlukis? Semua kenangan itu. Aku masih mengingatnya, masih merindukannya, bahkan aku masih menganggapnya pacar..
Maafkan aku yang terlalu sulit membuang kenangan ini, andai aku mempunyai hati seperti hatimu yang dengan mudahnya membuang semua kenangan indah itu..
Beri aku jawab atas semua ini, kenapa? Kenapa hanya aku yang masih berharap diatas semua kemunafikan ini? Kenapa harus ada sayang berbalas tangis?
Rafa, ini sakit. Terima kasih...
Sekarang rasanya malas membuka facebook. Entah kenapa..
Aku sekarang sendiri, Rafa pergi dariku..
Segampang itukah mengucap kata “putus” ? Tak pernahkah ia ingat semua kebahagiaan yang pernah ada? Semua canda tawa yang pernah terlukis? Semua kenangan itu. Aku masih mengingatnya, masih merindukannya, bahkan aku masih menganggapnya pacar..
Maafkan aku yang terlalu sulit membuang kenangan ini, andai aku mempunyai hati seperti hatimu yang dengan mudahnya membuang semua kenangan indah itu..
Beri aku jawab atas semua ini, kenapa? Kenapa hanya aku yang masih berharap diatas semua kemunafikan ini? Kenapa harus ada sayang berbalas tangis?
Rafa, ini sakit. Terima kasih...
Air mata masih mewarnai
mataku. Hana berusaha menenangkanku.
“Jangan nangis lagi Mita. Percaya ya Allah udah mempersiapkan seseorang yang lebih dari Rafa...”
“Jangan nangis lagi Mita. Percaya ya Allah udah mempersiapkan seseorang yang lebih dari Rafa...”
Tapi percuma saja. Rafa
sudah terlalu dalam masuk ke hatiku. Ini salah siapa? Ini salahku, yang terlalu
dalam memendam rasa. Rafa, kenapa kamu pergi tanpa alasan? Apa ada wanita lain?
Kalaupun ia, aku akan merelakan kamu untuknya jika ia dapat menyayangimu lebih
dari aku..
***
Rafa, Rafa dan Rafa...
Dua hari setelah kejadian itu. Air mata masih setia menemaniku, tertetes. Rafa, tengok berapa banyak kebahagiaan yang telah kau teteskan dan telah kau lunaskan dengan air mata ini. Setetes air mataku adalah setitik kebahagiaan yang telah kau lukai...
Malam itu, aku masih sendiri..
“Hei kamu...”
Terdengar suara seseorang entah siapa, sepertinya ia menyapaku..
Aku menoleh ke kanan, kiri, dan belakang. Tak ada siapa-siapa, “suara siapa itu?”
Dua hari setelah kejadian itu. Air mata masih setia menemaniku, tertetes. Rafa, tengok berapa banyak kebahagiaan yang telah kau teteskan dan telah kau lunaskan dengan air mata ini. Setetes air mataku adalah setitik kebahagiaan yang telah kau lukai...
Malam itu, aku masih sendiri..
“Hei kamu...”
Terdengar suara seseorang entah siapa, sepertinya ia menyapaku..
Aku menoleh ke kanan, kiri, dan belakang. Tak ada siapa-siapa, “suara siapa itu?”
Mungkin imajinasiku.
Suara itu terdengar jelas, memanggilku. Ah apa ini hanya bayang-bayangku saja?
Yang masih terpikirkan Rafa?
Kejadian ini terjadi bukan hanya sekali, setiap malam saat aku sendiri aku masih mendengar panggilan-panggilan itu. Aku belum terlalu serius memikirkan panggilan aneh itu, aku masih menganggapnya imajinasiku. Sampai pada suatu ketika, aku di kagetkan dengan tulisan-tulisan yang tiba-tiba ada di buku harianku.
“Hah? Tulisan siapa ini?”
Aku membaca semua tulisan-tulisan yang ada di buku harianku.
“ Aku masih memperhatikanmu, bahkan aku tau apa-apa saja yang kamu sukai. Pada saat ketika aku melihatmu bercermin, aku terkesima sungguh aku terpesona akan keindahan wanita yang ada di cermin itu, maaf aku lancang. Satu yang ku tau, aku masih menyukaimu”
Kejadian ini terjadi bukan hanya sekali, setiap malam saat aku sendiri aku masih mendengar panggilan-panggilan itu. Aku belum terlalu serius memikirkan panggilan aneh itu, aku masih menganggapnya imajinasiku. Sampai pada suatu ketika, aku di kagetkan dengan tulisan-tulisan yang tiba-tiba ada di buku harianku.
“Hah? Tulisan siapa ini?”
Aku membaca semua tulisan-tulisan yang ada di buku harianku.
“ Aku masih memperhatikanmu, bahkan aku tau apa-apa saja yang kamu sukai. Pada saat ketika aku melihatmu bercermin, aku terkesima sungguh aku terpesona akan keindahan wanita yang ada di cermin itu, maaf aku lancang. Satu yang ku tau, aku masih menyukaimu”
“Siapa pun orang yang
menulis ini, dia ada di kamarku. Dia memperhatikanku..” gumamku
Hah? Apa? Di kamar? Siapa dia? Dia tinggal dimana? Di kamarku? Aku masih terdiam dan memperhatikan tulisan asing ini. Aku kembali menyapu pandanganku ke sudut-sudut kamarku. Tak ada siapa-siapa di kamar ini selain aku. Apa ini tulisan kakakku? Dia kan iseng, tapi apa iya dia se-iseng ini padaku? Ah ya,udah aku gak mau terlalu jauh memikirkan hal konyol ini..
Hah? Apa? Di kamar? Siapa dia? Dia tinggal dimana? Di kamarku? Aku masih terdiam dan memperhatikan tulisan asing ini. Aku kembali menyapu pandanganku ke sudut-sudut kamarku. Tak ada siapa-siapa di kamar ini selain aku. Apa ini tulisan kakakku? Dia kan iseng, tapi apa iya dia se-iseng ini padaku? Ah ya,udah aku gak mau terlalu jauh memikirkan hal konyol ini..
“Na, masa ada yang iseng
nyoret-nyoret buku harianku..” kataku
pada Hana yang sedang main ke rumahku.
“Orang iseng? Coret-coret apa Mit?”
Aku pun menunjukkan semua coretan-coretan konyol itu. Hana terbengong-bengong, dan bertanya-tanya, siapa ini? Tapi Hana bilang, itu hanyalah orang-orang iseng.
Aku pun melupakan itu..
“Orang iseng? Coret-coret apa Mit?”
Aku pun menunjukkan semua coretan-coretan konyol itu. Hana terbengong-bengong, dan bertanya-tanya, siapa ini? Tapi Hana bilang, itu hanyalah orang-orang iseng.
Aku pun melupakan itu..
Dua kali, tiga kali
kejadian ini berkelanjutan. Aku semakin merasa ada yang memperhatikanku tanpa
sepengetahuanku.
“Siapa pun orang iseng itu, ia pasti memperhatikanku. Dia tau apa-apa aja kesukaanku. Mungkin jika nanti aku tau orang itu, aku akan memperkenalkannya pada teman-temanku..”
“Siapa pun orang iseng itu, ia pasti memperhatikanku. Dia tau apa-apa aja kesukaanku. Mungkin jika nanti aku tau orang itu, aku akan memperkenalkannya pada teman-temanku..”
Hal aneh itu terjadi
lagi, satu lagi kertas di buku harianku diwarnai tulisannya. Dan kali ini
benar-benar membuat aku tercengang.
“ Aku tau saat kamu sedih karena Rafa. Rafa gak
benar-benar ninggalin kamu, dia cuma lagi pengen sendiri, suatu saat nanti dia
butuh kamu Mita. Kamu harus percaya itu..”
Siapa ini! Kenapa
membuatku benar-benar penasaran.
Satu pesan masuk di handphoneku, “Tania” . Adiknya Rafa. Ada apa dia mengirimiku pesan? Dengan penuh rasa ingin tahu, aku pun membuka pesan dari Tania yang isinya,
Satu pesan masuk di handphoneku, “Tania” . Adiknya Rafa. Ada apa dia mengirimiku pesan? Dengan penuh rasa ingin tahu, aku pun membuka pesan dari Tania yang isinya,
“kak, kakak dimana? Kak Rafa koma kak. Dia masih
belum siuman sampe sekarang, kakak aku tungguin disini, tapi kakak gak dateng2.
Kakak kesini dong kak L aku
mohon. Aku dirumah sakit Harapan, ke sini ya kak please.”
“Hah? Rafa koma? Sakit
apa?” tanyaku dalam hati
Tanpa membalas pesan
Tania, aku langsung pergi ke rumah sakit Harapan. Ya Tuhan, apa yang terjadi
sama Rafa. Tolong jaga nafasnya ya Tuhan..
Saat di taksi, Tania meneleponku.
Saat di taksi, Tania meneleponku.
“Halo kak, dimana? Cepet
kesini..”
“Iya sayang, aku otw ke sana. Kamu tunggu di depan ya..”
“Iya kak, cepet ya..”
Klik.
“Iya sayang, aku otw ke sana. Kamu tunggu di depan ya..”
“Iya kak, cepet ya..”
Klik.
“Nih pak, kembaliannya
ambil aja. Makasih ya..” kataku pada supir taksi yang memberhentikan mobilnya
tepat di depan rumah sakit harapan
“Makasih mbak..”
“Makasih mbak..”
Aku langsung berlari dan
ku lihat Tania sudah berdiri di depan ruang UGD. Aku segera menghampirinya.
“Kak,ayo cepet lihat keadaannya Kak Rafa..” katanya sambil menarik tanganku
Aku menurut.
“Kak,ayo cepet lihat keadaannya Kak Rafa..” katanya sambil menarik tanganku
Aku menurut.
Di dalam ruang UGD.
“Astagfirullah.. Rafa
kenapa? Ya Tuhan..” kataku sambil mendekat ke arah Rafa
Rafa tertidur.
“Rafa kenapa Tania?” tanyaku pada Tania
“Kak Rafa kecelakaan kak, kepalanya bocor. Dia terkena gegar otak kak, dari tiga hari yang lalu dia belum sadar..”
Rafa tertidur.
“Rafa kenapa Tania?” tanyaku pada Tania
“Kak Rafa kecelakaan kak, kepalanya bocor. Dia terkena gegar otak kak, dari tiga hari yang lalu dia belum sadar..”
Aku menangis.
Ku lihat di meja kecil yang ada di situ terdapat sebuah buku.
“Itu bukunya Kak Rafa yang aku temui di kamarnya kak..”
Ku lihat di meja kecil yang ada di situ terdapat sebuah buku.
“Itu bukunya Kak Rafa yang aku temui di kamarnya kak..”
Aku membacanya. Dan apa
yang aku lihat, tulisan di buku itu sama seperti apa yang ada di buku harianku.
Ya tulisan aneh itu. Ya Tuhan, ada apa ini? Apa rencanamu kali ini?
Dibuku itu tertulis..
Mita, putri kecilku.
Maafkan aku, aku terpaksa menyuruhmu pergi dari hidupku. Aku tau kamu sayang aku, dan aku pun lebih menyayangimu. Aku merasa, sayangmu terlalu berarti. Aku takut akan melukai hatimu, dan bila saat itu terjadi, kamu pasti akan menangis. Aku gak siap kalau harus melihat kristal-kristal-kristal itu tertetes, itu terlalu berarti jikalau kamu teteskan untukku, Mita.. Aku harap, setelah kamu membaca ini, aku sudah kembali ke pangkuan-Nya. Aku gak akan buka mata lagi, karena aku gak mau lihat air matamu yang mulia itu. Mita, sekali lagi maafkan aku. Jangan takut, aku akan tetap ada, aku ada di sudut kamarmu, dekat boneka teddy dariku. Aku ada disitu saat kamu sedang memikirkanku. Maaf juga aku sudah membuatmu penasaran akan tulisan-tulisan aneh itu. Aku hanya ingin kamu tau, aku masih memperhatikanmu walaupun aku sudah berusaha keras untuk melupakanmu. Aku tau dan aku yakin itu mustahil. Sekali lagi aku mohon, jangan kamu teteskan air mata itu ya? Aku sedih kalo lihat kamu sedih. Love u Mita J
Dibuku itu tertulis..
Mita, putri kecilku.
Maafkan aku, aku terpaksa menyuruhmu pergi dari hidupku. Aku tau kamu sayang aku, dan aku pun lebih menyayangimu. Aku merasa, sayangmu terlalu berarti. Aku takut akan melukai hatimu, dan bila saat itu terjadi, kamu pasti akan menangis. Aku gak siap kalau harus melihat kristal-kristal-kristal itu tertetes, itu terlalu berarti jikalau kamu teteskan untukku, Mita.. Aku harap, setelah kamu membaca ini, aku sudah kembali ke pangkuan-Nya. Aku gak akan buka mata lagi, karena aku gak mau lihat air matamu yang mulia itu. Mita, sekali lagi maafkan aku. Jangan takut, aku akan tetap ada, aku ada di sudut kamarmu, dekat boneka teddy dariku. Aku ada disitu saat kamu sedang memikirkanku. Maaf juga aku sudah membuatmu penasaran akan tulisan-tulisan aneh itu. Aku hanya ingin kamu tau, aku masih memperhatikanmu walaupun aku sudah berusaha keras untuk melupakanmu. Aku tau dan aku yakin itu mustahil. Sekali lagi aku mohon, jangan kamu teteskan air mata itu ya? Aku sedih kalo lihat kamu sedih. Love u Mita J
Aku langsung menoleh ke
arah Rafa. Dan ternyata Rafa sudah tak bernyawa. Aku menangis, Tania
menenangkanku.
“Rafa bangun..” bisikku di telinga Rafa
“Kak, ternyata Kak Rafa nungguin Kak Mita kesini buat baca apa yang ada di buku itu..”
“Rafa bangun..” bisikku di telinga Rafa
“Kak, ternyata Kak Rafa nungguin Kak Mita kesini buat baca apa yang ada di buku itu..”
Ku kecup keningnya.
Tunggu aku disana ya. Aku akan nyusul kamu secepatnya agar tak ada air mata
lagi tertetes dari mataku. Itu kan yang kamu mau?
Tuhan, rencanamu kali ini benar-benar membuat aku terkagum-kagum. Kau membawa Rafa kembali padamu. Aku tau sayangku tak berarti apa-apa jika dibanding sayangmu pada Rafa..
Tuhan, rencanamu kali ini benar-benar membuat aku terkagum-kagum. Kau membawa Rafa kembali padamu. Aku tau sayangku tak berarti apa-apa jika dibanding sayangmu pada Rafa..
Siang itu Rafa di
makamkan. Berat rasanya, sangat berat untuk merelakannya. Matanya tertutup,
senyumnya tetap mewarnai jasadnya.
Selamat jalan, Rafa. Aku selalu menyayangimu...
Malam ini, aku terdiam.
Sambil terus memandangi boneka teddy. Berharap Rafa ada di balik situ,
memperhatikanku yang sedang memperhatikannya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar