Jumat, 09 Maret 2012

Ragu itu datang - ( My Love in Silence part-4 )


Sepulang sekolah, aku kembali menunggu bus untuk pulang ke rumah. Satu bus datang dan berhenti, menunggu penumpang. Aku naik dan langsung menghempaskan pantatku di atas kursi bus yang empuk ini. Ku alihkan pandanganku ke semua penumpang bus, tak ada gadis mungil itu. Apa dia belum pulang sekolah? Kemana dia? Semoga nanti dia mengirimiku pesan. Ya hanya itu jalan satu-satunya agar aku dapat mengenalnya lebih jauh..
15 menit kemudian, bus berhenti di depan halte “Mawar”, aku turun dari bus dan melangkah tegas menuju rumah.

Malamnya.
“Derttt..Derttt..” getar handphoneku. Ada satu pesan! Dengan antusias aku membuka pesan itu, isinya seperti ini.
“Ini aku yg tadi di bus. Maaf baru sempet sms”
Aku langsung melompat ke kasurku. Berteriak-teriak mengungkapkan kesenangan hatiku. Aku pun membalas pesannya dengan segera,
“Oh iya gadis mungil, gak masalah. Oh iya, namamu siapa?”

Aku menunggu balasan pesannya, ingin rasanya aku meneleponnya. Tapi aku membatalnya niatku itu, ya aku baru ingat kalau dia tak dapat berbicara. Malangnya gadis mungil itu. Satu pesan lagi dari gadis mungil itu.
“Aku Marissa, panggil aja Risa..”

“Oh, namanya Marissa..” gumamku. Tapi ketika hendak membalasnya, ada satu pesan lagi darinya.
“Kamu tau kondisiku? Aku cacat, aku tak mampu berbicara. Aku hanya mampu mendengar dan melihat..”
Aku tertegun membaca pesannya. “Gila ya? Dia cacat aja aku udah tergila-gila gini, apalagi dia gak cacat?” Aku sama sekali gak mempermasalahkan itu, yang terpenting aku bisa dekat dengan gadis mungil itu, bahkan aku ingin memilikinya. Aku ingin menjadi kekasihnya, oh Tuhan inikah rasanya cinta pada pandangan pertama?
“Kamu kok ngomong gitu, Ris ? Aku gak permasalahin itu, oh iya namaku Damar. Aku suka senyuman kamu.” pesanku untuknya.

“Senyuman aku? Ada apa dengan senyumanku? Aku gak merasa memiliki kelebihan, aku merasa mempunyai banyak kekurangan.” pesan dari Marissa.

“Ah kamu jangan merendah gitu. Kamu itu cantik lagi, eh iya besok ketemuan yuk? Pulang sekolah, kita ketemu di halte “Teratai” gimana? Jam 2 ya?” pesanku.
“Oke Damar. Kabari lagi besok ya? Aku mau tidur dulu, nite ;-)”
“Yuhu! Berhasil juga kan bisa lebih dekat sama gadis mungil itu..”  Tapi apakah aku mampu dekat dengannya? Dia beda, dia tak mampu berbicara. Bagaimana cara aku bercakap-cakap dengannya nanti? Ah aku mohon, jauhkan ragu ini. Aku yakin, aku mampu dan aku bisa memilikinya, Marissa si gadis mungil itu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar