Sabtu, 10 Maret 2012

Sahabat? Gak Nusuk Ya!


Sahabat? Gak Nusuk Ya! 
( Karya : Ratna Kusuma Putri - @rhatnaphutry



Sore itu, aku tertegun mendengar sesuatu hal yang benar-benar membuatku kaget dan sempat sedikit shock. Maaf bukan bermaksud lebay, tapi ini emang benar-benar membuat aku sedikit nyesek. Namaku Nana, aku biasa dipanggil Na. Sekarang aku duduk di kelas 3 SMP, aku bersekolah di SMP 4. Aku punya seorang sahabat, namanya Lia. Lia ini sahabatku sejak aku duduk di kelas 1 SMP. Mau tau gak sesuatu apa yang bikin aku sedikit shock itu? Baca ya 

Di suatu sore yang gak terlalu gelap, aku tengah asyik duduk di depan rumah sambil memainkan handphoneku. Tak lama kemudian, ada satu pesan dari sahabatku, Lia. Isinya, “Na, gue mau cerita nih sama lo”. Aku pun membalasnya, “Iya, cerita apa?”. Agak sedikit lama aku menunggu balasan dari Lia, akhirnya Lia membalas pesanku, “Gue udah jadian sama Bagus.” . Aku terdiam, membaca pesan dari Lia, aku masih terus memperhatikan pesan itu. “Ha? Jadian sama Bagus? Dia kan tau kalau aku menyukai Bagus sejak lama, tapi kenapa dia malah pacaran sama Bagus?” gumamku. Tanpa terasa, air mata pun tertetes dari mataku. Aku sedih, kenapa sahabatku tega melakukan ini? Dengan rasa sedih, aku membalas pesan Lia. “Serius?” . Lia membalas, “Iya serius, kenapa? Lo gak suka?” . Aku tersentak membaca pesannya, ya Tuhan aku ingin teriak sekencang-kencangnya. “Gak, biasa aja kok. Yaudah semoga bahagia deh..” pesan terakhir yang ku kirim untuk Lia. Kemudian tak ada balasan dari Lia. 

Malam harinya, aku yang tengah asyik menikmati alunan musik dari mp3 ku merasakan kegalauan. Ya aku galau, salahkah? Tak salah, tak ada larangan untuk galau. Bagaimana tidak? Sore tadi sahabatku sendiri bilang bahwa ia berpacaran dengan Bagus, cowok yang selama ini aku taksir. Sedikit menyesakkan bukan? Aku langsung meletakkan mp3 ku di meja kecil di samping tempat tidurku. Ku rebahkan badanku di tempat tidurku ini, aku masih membayangkan kejadian tadi sore dan tanpa terasa lagi air mata ku menetes untuk yang kesekian kalinya. Tuhan, apa maksud dari semua ini?

Keesokan harinya, aku bersekolah seperti hari-hari biasanya. Sebenarnya agak malas bersekolah dihari ini, karena aku takut jikalau nanti aku bersekolah dan melihat Lia sedang berduaan dengan Bagus, aku takut cemburu. Aku takut jika nanti air mataku menetes dan bila nanti air mataku menetes, itu bukanlah kemauanku.
Tapi aku mencoba lupakan masalah itu, aku coba untuk menjalani hari-hari biasa. Lia menunggu di depan rumahku untuk berangkat sekolah bersama, aku dan Lia memang sudah sering berangkat dan pulang sekolah bersama.
“Ayo, Na..” kata Lia sambil menggandeng tanganku
“Iya, Li. Bentar gue salam ke nyokap dulu..”
“Ibu, aku berangkat...” teriakku di depan pintu kepada Ibuku yang tengah asyik memasak di dapur
“Iya, hati-hati ya..” sahut Ibuku

Aku menggunakan angkutan umum untuk ke sekolah.
“Oh iya, Bagus itu romantis banget ya, Na?” kata Lia tiba-tiba membuka percakapan
“Oh ya? Romantis gimana?” jawabku dengan senyum yang terpaksa
“Iya, tadi malem dia telpon gue. Cuma buat ngucapin selamat tidur..”
“Oh..”
Angkutan umum yang kami tumpangi pun berhenti di depan sekolah. Bagus sudah menunggu Lia di depan gerbang.
“Gue sama Bagus ya, Na. Duluan. Bye..” kata Lia sambil meninggalkanku
Aku memperhatikan mereka, dari jauh. Bagus terlihat begitu sayang pada Lia. Apa aku salah memendam rasa pada Bagus? Bukankah perasaan itu datang dengan sendirinya? Oh my God! Bantu aku, bantu aku menahan semua ini. Kuatkan aku...
Di kelas, aku langsung bergabung dengan semua teman-teman sekelasku. Aku mencoba untuk menjaga jarak dengan Lia, karena aku merasa Lia sudah mengkhianatiku. Ia sudah tega membuatku menangis, aku tau tak ada seorang pun yang dapat melarang mereka untuk berpacaran. Tapi seharusnya Lia tau bahwa aku menyukai Bagus sejak lama. 
“Hei Na, kantin yuk?” ajak Lia pada saat jam istirahat tiba.
Aku menggeleng, “Gak, lagi gak pengen ke kantin. Lo aja sendiri..”
“Lo marah sama gue?” kata Lia sambil duduk di sebelahku
Aku menggeleng lagi, kemudian langsung menjauh dan bergabung ke teman-teman sekelasku yang lainnya.
Lia pun langsung meninggalkan kelas. Lia, harusnya kamu sadar akan perbuatanmu. Aku terluka, aku sudah menganggapmu lebih dari sahabat. Tapi ternyata, kamu gak sebaik yang aku kira. Maafkan aku Lia, aku rasa kamu bukanlah sahabat yang baik untukku. Aku menceritakan masalah ini kepada seseorang yang ku percaya, Nurul namanya. Dia memang sedikit pendiam, tapi dia pandai menyimpan rahasia. Aku pun menceritakannya dan Nurul pun memberikanku nasihat dan kata-kata penyemangat yang membuatku tak berlarut-larut memikirkan masalah itu. Tapi maaf, aku terlalu bodoh, tak semudah itu melupakan kejadian kemarin. Tapi semuanya butuh proses, aku yakin suatu saat nanti aku akan terbiasa akan semua ini.
Lia, terima kasih atas semuanya. Cukup tau aku akan semua ini, aku yakin suatu saat nanti penyesalan itu akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar