Jujur, ini tulisan yang benar-benar mengharukan. Bahkan, saya saat kali pertama saya membaca cerita ini, saya sangat terharu dan meneteskan butir-butir air mata saya. Penasaran? Bisa di baca sendiri :)
nb:sediakan tissue sebelum membaca ini.
+++
Pengorbanan Seekor Kupu-Kupu
Di sebuah kota kecil yang indah, hiduplah sepasang kekasih yang saling
mencintai. Setiap pagi, mereka selalu bersama memandang matahari terbit di
puncak gunung. Bila matahari tenggelam, mereka menghabiskan waktu berdua di
pesisir pantai. Sungguh pasangan yang sangat romantis. Setiap orang yang
melihat mereka selalu berdecak kagum. Pasangan itu benar-benar saling mengasihi
satu sama lain.
Namun, pada suatu hari, sang lelaki mengalami
kecelakaan saat berjalan menuruni bukit. Ia terjatuh dan kepalanya terbentur
pohon besar. Ia pun dilarikan ke rumah sakit. Di sana ia mengalami perawatan
serius. Ia kehilangan kesadarannya selama berhari-hari.
Setiap pagi, sang perempuan, kekasihnya, menunggui
sang lelaki dengan setia. Tiada henti, perempuan itu terusmemanggil-manggil
nama kekasihnya dengan lirih. Perempuan itu juga selalu menangis sambil
memegang tangan kekasihnya dan berkata “Kumohon, bangunlah demi aku...”
Pada malam hari, perempuan itu pun selalu pergi ke
gereja dan memanjatkan doa kesembuhan bagi kekasihnya. Tapi, kekasihnya tak
kunjung sadar juga.
Seminggu pun berlalu, sang lelaku tetap pingsan tak
sadarkan diri. Sedangkan si wanita telah berubah menjadi pucat pasi dan kurus. Tapi,
atas kebesaran Tuhan, pada suatu hari datang seorang laki-laki berpakaian putih
dan bersayap mendatanginya. Betapa terkejutnya sang perempuan. “Siapa kamu?”
tanyanya.
“Aku adalah malaikat yang diutus Tuhan untuk
menemuimu.”
Antara percaya atau
tidak, tapi perempuan itu tetap bersikap tenang.
“Apa kau sangat mencintai laki-laki itu?” tanya
malaikat.
“Ya, aku sangat mencintainya.”
“Apa kau ingin dia sadar kembali?”
“Ya, aku sangat mencintainya.”
“Apa kau ingin dia sadar kembali?”
Perempuan itu mengangguk
sambil menitikkan air mata.
“Apa kamu rela berkorban untuk kesembuhannya?” tanya
malaikat serius.
“Apapun akan kulakukan, asalkan dia sembuh. Bahkan, jika nyawaku dibutuhkan, aku akan merelakan untuknya...”
“Apapun akan kulakukan, asalkan dia sembuh. Bahkan, jika nyawaku dibutuhkan, aku akan merelakan untuknya...”
Malaikat lantas berkata, “Baiklah.
Aku bisa segera membuat kekasihmu sembuh kembali namun kamu harus bersedia
menjadi kupu-kupu selama tiga tahun. Dan setiap berakhir musim panas, kamu
harus pergi jauh darinya. Kau bisa datang jika tiba musim semi berikutnya lagi.
Bagaimana, apakah kamu bersedia?”
Perempuan itu diam
sejenak, lantas mengangguk. “Ya, aku bersedia...”
Maka seketika itu, jadilah perempuan itu seekor
kupu-kupu kecil yang sangat cantik. Laki-laki kekasihnya pun tiba-tiba siuman. melihat kekasihnya bangun, kupu-kupu jelmaan perempuan tadi mengucapkan terima kasih pada malaikat yang akhirnya pergi menghilang.
Namun, sekalipun laki-laku itu sadar, ia masih harus dirawat beberapa hari. seperti biasa, laki-laki itu dirawat oleh seorang dokter yang cantik. Baru seminggu kemudian, laki-laki itu dinyatakan sehat dan diperbolehkan pulang.
Hanya saja, sepertinya lelaki tidak bahagia. Sebab, ia mencari-cari kekasihnya, namun tak juga dapat ditemukannya. Ia bertanya pada kerabat kekasihnya, tetangganya, teman dekat, juga orang-orang yang tinggal di gunung dan pesisir, namun tak satu pun dari mereka yang bisa memberitahukan keberadaan kekasihnya itu.
Sepanjang hari, sang lelaki terus mencari tanpa makan dan istirahat. Ia begitu rindu kepada perempuannya. ia tidak tahu bahwa sebenarnya kekasihnya selalu ada di dekatnya, berputar-putar disekitarnya, dan memanggil-manggil namanya,
Sebaliknya, sang kupu-kupu selalu menangis. Walaupun ia selalu mendekati kekasihnya, tapi keberadaannya seolah tak ada. Kekasihnya tak pernah peduli kepadanya.
Musim panas pun berakhir dan berganti musim gugur. Kupu-kupu harus meninggalkan tempat tersebut. Sebelum pergi, kupu-kupu itu hinggap di bahu kekasihnya. Ia bermaksud menggunakan sayapnya yang kecil dan halus untuk membelai wajahnya. Ia juga ingin menggunakan mulutnya yang kecil dan lembut mencium keningnya. Tapi, ia tidak berdaya sebab kekasihnya itu merasa risih dengan keberadaan kupu-kupu di bahunya. Ia mengusir kupu-kupu itu dengan tangan kanannya. Maka, terbanglah kupu-kupu itu dengan berlinang air mata.
Sampai datanglah lagi musim semi tahun berikutnya. Sang kupu-kupu sudah tidak sabar lagi ingin melihat kekasihnya. Ia datang lagi ke tempat tinggal kekasihnnya dengan rindu menggebu-gebu. Namun, kupu-kupu itu melihat kekasihnya sedang bersanding dengan perempuan cantik yang tidak asing lagi baginya. Yakni dokter yang selama ini merawat kekasihnya. Ia benar-benar tak percaya dengan pemandangan yang dilihatnya. Ia pun mencari tahu bagaimana kekasihnya bisa bersanding mesra dengan dokter itu. Ia pun mendengar kabar dari pembicaraan seseorang yang tak jauh tinggal disana bahwah kekasihnya sudah sepantasnya mencintai dokter yang sudah dengan setia dan susah payah merawatnya saat sakit.
Sang kupu-kupu sangat sedih. Beberapa hari berikutnya, ia sering kali melihat kekasihnya sendiri membawa dokter itu ke gunung untuk memandang matahari terbit dan mengajaknya untuk melihat matahari tenggelam di pesisir pantai. Kini, segala yang pernah dimiliki kupu-kupu malang dulu telah digantikan oleh dokter itu.
Pada musim semi berikutnya, kupu-kupu kembali datang. Ia melihat hubungan percintaan antara kekasihnya dengan dokter itu kian mesra. Kupu-kupu bahkan melihat mereka berciuman, berpelukan, dan berdua bersenang-senang di keramaian. Semua orang memuji hubungan mereka. Semua orang mendukung dan menyarankan mereka agar bisa segera menikah.
Pada musim semi ketiga, kupu-kupu yang sudah kehilangan semangat hidup, masih bertekad menemui kekasihnya. Ia masih sangat rindu pada kekasihnya, sekalipun kini, kekasihnya sudah memiliki baru. Tapi, saat kupu-kupu bertemu dengan kekasihnya, betapa terpukulnya kupu-kupu itu. Kekasihnya didapati sudah menikah dengan dokter itu. Mereka tinggal bersama, dan ternyata, di perut dokter sudah bersemayam janin berusia satu bulan.
Kupu-kupu itu pun menangis. Ia memutuskan pulang lebih cepat tanpa menunggu berakhirnya musim panas. Dan di tengah perjalanan, kupu-kupu itu bertemu dengan malaikat yang dulu mengubahnya menjadi kupu-kupu.
"Sudah tiga tahun kau menjadi kupu-kupu. Kau berhasil melalui ujian. Sekarang, aku akan mengubahmu menjadi manusia lagi."
Kupu-kupu yang tengah menangis, menggeleng, "Tidak, kau tidak usah repot-repot mengubahku. Tak ada gunanya aku menjadi manusia lagi. Kekasihku sudah menemukan kebahagiaannya dengan perempuan lain. Kehadiranku hanya akan merusak kebahagiaannya..."
Malaikat itu melihat kupu-kupu dengan iba. "Apa kau rela selalu menjadi kupu-kupu?"
Kupu-kupu mengangguk. "Aku selalu rela melakukan apapun untuk kebahagiaan kekasihku..."
"Kau tidak menyesal?"
"Tidak," jawab kupu-kupu itu.
Malaikat itu hanya tersenyum, lalu mengelus sayap kupu-kupu dengan lembut lalu hilang. Kupu-kupu pun pergi dari tempat itu untuk menjalani hidupnya sebagai kupu-kupu.
***
Cinta mampu membuat yang lemah menjadi kuat, yang tidak mungkin menjadi mungkin. Kupu-kupu itu merelakan dirinya terus menjadi kupu-kupu karena ia menghargai cintanya. Dengan membiarkan kekasihnya bahagia, maka sudah bahagia pula dirinya. Sungguh pengorbanan yang indah! :'D
Cinta mampu membuat yang lemah menjadi kuat, yang tidak mungkin menjadi mungkin. Kupu-kupu itu merelakan dirinya terus menjadi kupu-kupu karena ia menghargai cintanya. Dengan membiarkan kekasihnya bahagia, maka sudah bahagia pula dirinya. Sungguh pengorbanan yang indah! :'D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar