Aku mencintainya,pangeran kupu-kupu itu. Hanya ia yang sedari dulu tinggal di
hati kecil ini. Tapi kini aku tak lagi menemukannya. Dulu kami tinggal bersama,
di dahan pohon itu. Kami selalu bersama
sejak kami berdua masih menjadi ulat. Ah, aku ingat saat pertama kali
mengaguminya. Ia menggeliat-menggeliat,
menampakkan kulitnya yang indah. Bewarna kekuningan emas disisipi warna hijau
muda yang begitu mengkilau. Sangat indah, dan aku sangat yakin jika nanti pada saatnya
ia menjadi kupu-kupu, ia akan menjadi kupu-kupu yang sangat tampan dan benar
saja setelah ia terlebih dulu menetas dari kepompong, kini ia menjadi seekor
kupu-kupu yang sangat indah. Karena kepakan sayapnya yang indah itu pula-lah ia
dijuluki “Pangeran Kupu-Kupu” . Beberapa jam setelah ia menetas dari
kepompongnya, aku pun ikut menetas. Tapi sayang, aku tak terlahir sebagai
kupu-kupu yang indah. Sayapku tak seindah sayap pangeran kupu-kupu. Ya, pangeran pun lupa bahwa ia pernah berkata ia akan menyayangiku, hingga nanti
kematian-lah yang memisahkan cinta ini.
Hai, namaku Butterliza. Mereka biasa memanggilku
Liza. Aku hanya seekor kupu-kupu yang memiliki paras tak begitu indah. Tak
seperti kupu-kupu kebanyakan. Aku terlahir disebuah dahan pohon yang ku tau
pohon itu sudah tua karena akarnya pun sudah menjalar kemana-mana. Dan pohon
itu masih setia menjadi tempat tinggalku, sampai sekarang. Kalian tau? Menjadi
kupu-kupu sepertiku tak terlalu menyenangkan. Aku tak bisa bermain bebas
disini, aku tak bisa terbang bebas diatas sana. Karena apa? Aku malu, aku malu
akan parasku yang berbeda dengan kupu-kupu yang lainnya. Ya, aku hanya memiliki
dua buah sayap berwarna hitam diselingi kuning yang tak terlalu menarik. Wajar
banyak yang tak ingin berteman denganku. Dan aku hanya mampu tinggal sendiri
didalam pohon ini. Di pohon ini terdapat sebuah lubang, dan lubang ini
kujadikan tempat untukku tinggal. Sendiri, padahal kawan-kawanku yang lain
berpasang-pasangan. Ya, aku malang, sangat malang.
Aku ingin sekali menyapanya. Menyapanya yang dulu
pernah menjadi bahagiaku. Kita pernah bersama-sama menghabiskan pucuk daun teh
yang nikmat itu. Ya, aku dan dia, dia yang kini menjadi pangeran kupu-kupu. Ah,
entah ia masih mengingatku atau tidak. Tapi yang kutau kini ia telah hidup
mapan di kerajaan kupu-kupu-nya. Dan mungkin ia tak akan ingat bahwa dulu kami
pernah menjadi kepompong bersama di pohon ini.
“Perhatian
kepada seluruh rakyat kupu-kupu untuk berkumpul di lapangan samping istana.”
Terdengar suara pengawal
kerajaan mengumumkan berita melalui speaker yang dibuat menggunakan daun yang
dibuat sedemikian rupa. Mendengar itu seluruh rakyat kupu-kupu keluar dari
rumahnya dan segera terbang menuju lapangan yang terdapat disamping istana. Begitu
pula aku. Perlahan lapangan yang tadinya kosong, kini telah dipenuhi oleh
ribuan kupu-kupu. Dan aku berdiri di barisan paling depan. Aku melihat pangeran
kupu-kupu berjalan didampingi pengawal kerajaannya menaiki panggung. Ah sayap
itu... Lebih dari indah.
Semua mata tertuju kepadanya. Aku yakin semuanya tak
akan percaya bila tau aku pernah bahagia berdua pangeran itu. Aku masih tetap
memandangi pangeran itu, memandangi sayap indahnya. Sayap yang menjadi idola
dari setiap kupu-kupu. Ingin rasanya aku membelai lagi pipi sang pangeran yang
kini hanya tinggal angan bagiku.
“Selamat siang
semua rakyatku. Saya mengumpulkan kalian disini ingin memberitakan sebuah berita
penting. Minggu depan akan diadakan
sayembara untuk menjadi putri di kerajaan ini. Dan putri itu akan menjadi
istriku nantinya. Jadi siapapun kupu-kupu wanita, boleh mengikuti sayembara
ini. Cukup sekian dan terima kasih akan perhatiannya.”
Ya, pangeran pun menuruni panggung dikawal pengawalnya. Kupu-kupu wanita
yang ada disebelahku langsung berbicara dengan semangatnya, satu sama lain.
“Aku harus jadi istri pangeran!” sahut kupu-kupu wanita yang tinggal dipohon yang
sama denganku tapi ia tinggal dibagian bawah.
“Tidak! Aku
yang akan menjadi penerus kerajaan ini.” sahut yang lainnya.
“Huh, tentu
saja aku. Lihatlah parasku sangat cantik dan pangeran pasti jatuh hati.” Sahut
kupu-kupu wanita yang ku tau bernama Flywings. Ia biasa dipanggil wings oleh
kawan-kawannya. Ia dijuluki sebagai kupu-kupu cantik, ia memiliki sayap yang
sangat indah. Berwarna merah muda beserta warna putih yang sangat bersih.
Jujur, aku iri pada kepakan sayapnya yang indah. Dan aku yakin pangeran akan
jatuh kepadanya. Pupuslah sudah harapanku...
***
Seminggu kemudian....
Wings bersama kawan-kawannya bersolek didepan cermin. Mereka menggunakan
baju pesta yang sangat indah, aku memandangi mereka dari balik jendela rumahku.
Semua kupu-kupu wanita berusaha berpenampilan sebaik mungkin untuk menarik
perhatian pangeran. Ya, mereka semua sangat cantik. Berbeda denganku. Aku hanya
duduk dibalik jendela memperhatikan mereka semua. Aku tak berniat untuk hadir
dalam sayembara itu. Karena aku tau semua itu hanya akan menjadi kesia-siaan
saja. Jadi lebih baik aku disini dan mendengarkan sayup-sayup meriahnya di
istana.
Pukul 10 pagi, semua kupu-kupu wanita keluar dari
rumah masing-masing dan segera terbang menuju istana. Aku memandang semuanya
dengan penuh rasa iri dan perlahan air mataku menetes. Aku sedih aku tak dapat hadir ke pesta
sayembara itu. Ya, mau bagaimana lagi? Aku tak punya gaun-gaun indah seperti
yang mereka kenakan. Ah, sudahlah biarkanlah pangeran menemukan cinta
sejatinya. Dan aku harus menerima jikalau bukan aku cinta sejatinya...
Terdengar suara kemeriahan pemain musik istana
memainkan alunan musik yang sangat indah. Dari jendela aku juga mampu
menyaksikan balon-balon berwarna putih diterbangkan ke udara. Semuanya pasti
berbahagia disana, dan aku bingung harus ikut bahagia atau....
***
Sementara itu di istana...
“Pengawal, semua kupu-kupu wanita
sudah ku perhatikan. Tapi aku tak menemukan sosok wanita yang mampu membuatku
jatuh hati. Bagaimana ini? Apakah semua wanita sudah berkumpul disini?” tanya pangeran.
“Semua
wanita sudah berkumpul disini, wahai pangeran.” jawab pangeran lembut.
“Coba temui aku
dengan kupu-kupu tercantik di wilayah ini.” perintah pangeran kepada
pengawalnya.
pengawalnya.
Pengawalnya pun membawa pangeran
menuju Wings. Kupu-kupu yang memiliki sayap paling indah. Alangkah senangnya
Wings ketika dihampiri sang pangeran. Ia pun langsung berjalan layaknya model
iklan yang sedang naik daun. Sayapnya telah dihias dengan manik-manik bewarna
keemasan, sangat sempurna. Pangeran memperhatikan Wings, tapi kenapa tak ada
getaran cinta yang ia rasakan. Pangeran merasakan ada seekor kupu-kupu wanita
lagi yang belum hadir, tapi siapa?
“Pengawal, keluarkan kereta
kencanaku. Marilah kita berkeliling wilayah sini, aku masih ragu bahwa semua
kupu-kupu wanita sudah hadir disini.” perintah pangeran.
“Lalu bagaimana
dengan pesta sayembara ini, pangeran?”
“Halah,
sudahlah. Biarkan pesta ini berjalan seperti ini, biarkan mereka menikmati
semua
yang ada disini. Cepat turuti saja perintahku!”
yang ada disini. Cepat turuti saja perintahku!”
“Baik
pangeran.” pengawal segera pergi mengeluarkan kereta
kencana dan menuruti
perintah pangeran.
perintah pangeran.
Pangeran berdiri di depan istana dan kemudian masuk ke dalam
kereta kencana. Ia bersama para pengawalnya segera menuju perkampungan disini. Setelah
sekitar 15 menit perjalanan, pangeran meminta pengawalnya memberhentikan kereta
kencananya didepan sebuah pohon yang sangat besar.
“Berhenti! Aku
teringat sesuatu akan pohon ini.” katanya kepada salah satu pengawal.
“Ingat apa,
pangeran?”
“Aku
pernah tinggal disini, dulu, sewaktu aku menjadi ulat. Ya, dan aku bersama
seekor
ulat wanita. Namanya.... Aduh
aku lupa nama wanita itu. Ia sangat cantik.”
“Bagaimana
kalau kita telusuri rumah-rumah yang ada dipohon itu, pangeran?”
“Baiklah.”
Pangeran beserta para
pengawalnya pun terbang menuju rumah-rumah yang ada dipohon besar ini. Dipaling
bawah pohon pangeran hanya menemukan rumah yang kosong, ya mungkin semua
kupu-kupu di rumah ini sudah pergi semua ke istana. Begitu pula ketika sampai
dipohon yang paling atas. Semua rumah kosong, kalaupun ada hanya tinggal
kupu-kupu jantan.
“Semua rumah
disini kosong dan tak ada wanita lagi, pangeran.” Sahut salah satu
pangeran.
Tapi pangeran tak
menghiraukan tiba-tiba saja ia terbang ke atas pohon yang lebih tinggi lagi.
Karena ia melihat ada sebuah pintu disana. Dan ternyata rumah ini adalah rumah
yang ditinggali Liza.
Pangeran mengetuk pintu
rumah Liza. Dan tentu saja ini membuat Liza kaget karena belum pernah ada
seorang pun yang bertamu ke rumahnya. Liza membukakan pintu. Alangkah
terkejutnya ia melihat sosok yang ia cintai ada dihadapannya. Pangeran diam, Liza pun diam. Mereka saling
berpandangan. Ya, ada cinta dipandangan mereka.
“Pangeran..”
kata Liza lembut.
“Namamu Liza?” tanyanya sambil memandang mata Liza.
“Namamu Liza?” tanyanya sambil memandang mata Liza.
Liza tak menyangka
pangeran masih mengenalinya.
“Kamu masih
mengenaliku?”
“Tentu.
Mana mungkin aku lupa dengan seekor ulat semanis kamu.”
“Ah,
kamu berlebihan. Dulu aku memang seekor ulat yang manis. Tapi lihatlah
sekarang.”
Liza menunjukkan sayapnya
yang sama sekali tak indah.
“Aku tak peduli
itu. Aku hanya tau, aku pernah bahagia bersamamu. Kamu pernah ada
dihidupku, Liza.”
dihidupku, Liza.”
Liza masih diam tak
berbicara lagi. Ia bingung harus melakukan apa. Kemudian pangeran mengajaknya
untuk terbang menuju istana. Tak mungkin Liza menolaknya, dan terbanglah mereka
berdua menuju istana.
Sesampainya di istana, betapa terkejutnya Wings dan
kawan-kawannnya. Ia tak menyangka Liza, seekor kupu-kupu yang jauh dari kata
indah itu mampu dicintai dan sekarang resmi menjadi istri dari pangeran yang
sangat tampan. Semua kupu-kupu wanita disana memandang iri ke arah Liza ketika
pangeran memeluk dan memakaikannya sebuah mahkota.
Kini, Liza dan pangeran hidup bahagia. Sebahagia
mereka sewaktu dulu. Liza dan Pangeran saling mencintai. Pengawal meminta
kepada Liza untuk didandani, tapi pangeran menolaknya.
“Tidak, biarlah
dia seperti ini. Karena seperti inilah aku mencintainya.”